14. The Silent Pain

2060 Words

Chapter 14 “Kak.. buka pintunya..” Jeisya memanggil dari luar. Tapi tak peduli bagaimanpun Jeisya memanggil, meski ia marah sekalipun, Rifki tak akan membukakan istrinya itu pintu. Ini adalah hari paling keramat di mana tak ada satu orangpun yang boleh mengganggu Rifki. Bahkan keluarga Jeisya pun tak akan bisa melakukan apapun. “Udah biarin aja. Kamu kan tau tanggal segini Rifki emang nggak bisa diganggu,” Mama Jeisya yang tak lain adalah Mama Greya berusaha meyakinkan sang putri. Jeisya memang bukan anak kandungnya, tapi mereka semua menyayangi Jeisya seperti anak sendiri. Apalagi Jeisya tak punya siapapun lagi selain keluarga Papanya ini. Sikap baik dan lemah lembut Jeisya membuat seluruh keluarga begitu menyayanginya. Tak ada yang tega untuk membenci wanita itu. “Enggak, Ma. Ini u

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD