Fiorella membuka matanya perlahan, gadis itu perlahan bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya tepat di kepala ranjang, ia menggeliat pelan lalu matanya menelisik seisi kamar apartemennya. Tak lama terdengar dering ponsel yang mengganggu pendengarannya. Ia langsung meraih ponselnya dan melihat si penelepon. Matanya langsung membulat saat membaca nama si penelepon.
New Boss Calling
Fiorella langsung menggeser ikon hijau, ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya. "Ya, ada apa boss?"
"Sedang apa?"
"Aku baru saja bangun tidur."
"Baru bangun?"
"Iya maaf."
"Kau lupa hari ini ada jadwal pemotretan?"
"Apa?!"
"Aku bahkan ada di depan pintu apartemen mu."
"APA?!"
"Berhenti teriak, telingaku sakit."
"Ah, maafkan aku boss."
"Bisa kau buka kan pintu apartemen mu Ms. De Lavega?"
"Baiklah, tolong tunggu sebentar."
"Aku selalu menunggumu."
"Tapi aku belum bersiap."
"Tak apa, buka kan saja pintunya."
"Em, baiklah." Fiorella mematikan sambungan teleponnya, ia segera menyibakkan selimutnya lalu memasuki kamar mandi untuk merapihkan sedikit penampilannya. Setelah selesai, gadis itu langsung bergegas ke arah pintu namun tepat di daun pintu terdapat sebuah note.
"Maafkan aku Fio, aku harus cepat pergi pagi ini. Keluargaku sedang ada sedikit masalah, aku harus ke mansion Daddy ku. Semoga pagimu menyenangkan"
-Charlotte-
"Pantas saja dia tak membangunkanku," gumam Fiorella namun sedetik setelah itu ia terkesiap karena mendengar bunyi bell. Fiorella langsung menekan kode apartemen milik Charlotte dan saat pintu terbuka terlihat Christian tengah melipat tangannya di depan d**a seraya menatap Fiorella dengan mengangkat satu alisnya. "Maaf membuatmu menunggu."
"Tak apa."
"Oh, silakan masuk." Christian mengangguk, pria itu berjalan memasuki apartemen milik Charlotte dan ia duduk di sofa tepat berhadapan dengan TV.
"Em, sebenarnya aku belum mandi."
"Maka mandilah, aku akan menunggumu disini."
"Tapi_"
"Jangan membantah atasanmu, Fio."
"Tapi itu akan lama."
"Maka aku akan tetap menunggu."
"Boss, aku_"
"Mandilah, atau kau ingin aku mandikan?"
"Eh?"
"Aku bercanda." Fiorella tersenyum kikuk, ia menganggukkan kepalanya dan akhirnya membalikkan tubuhnya memasuki kamarnya.
Gadis itu dengan cepat memasuki kamar mandi, ia segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia langsung memasuki walk in closet. Gadis itu kini sudah siap dengan menggunakan dress putih selutut dengan corak bunga disertai dengan kalung berliontin kecil. Ia berkaca sebentar dan ia pun segera berjalan keluar kamarnya. Terlihat Christian tengah bermain dengan ponselnya, bahkan pria itu tak merasakan kehadiran Fiorella di belakangnya. "Boss?" Christian menaikkan penglihatannya, ia menatap Fiorella dengan mengangkat satu alisnya. "Sudah siap?"
"Iya."
"Ayo kita pergi bekerja."
"Ya." Fiorella berdiri dengan menautkan jemarinya gugup.
Sementara Christian tengah mendirikan tubuhnya dan berjalan mendekati Fiorella. Jarak mereka tak lebih dari lima jengkal. Pria itu seakan mengungkung tubuh mungil Fiorella. "Kau? Kenapa diam? Dan mengapa kau menutup matamu?" tanya Christian pelan tepat di depan telinga kanan Fiorella.
"Ah, aku aku tak apa!" Christian tersenyum miring, ia lalu meraih jemari Fiorella dan ia pun meraih sebuah kotak dari dalam saku celana bahannya.
Fiorella hanya diam seraya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Christian, hingga matanya membulat saat pria itu memasangkan benda bulat tepat di jarinya. Christian melepaskan tangannya dan ia menatap ekspresi yang ditampilkan oleh Fiorella. "A-apa ini?"
"Cincin."
"Ya, maksudku. Ini untuk apa?" tanya Fiorella dengan menautkan alisnya bingung.
"Itu penanda."
"Penanda?" tanya Fiorella dengan berbagai pertanyaan yang berputar di kepalanya. Christian menganggukkan kepalanya, ia lalu mendekati wajah Fiorella berbisik di telinga gadis itu. "Penanda bahwa kau adalah milikku."
Kedua bola mata Fiorella membulat sempurna. Gadis itu bahkan lupa caranya menghirup udara, ia menahan napasnya sesaat hingga Christian menepuk bahunya. "Bernapaslah, Fio."
"Ah, maaf."
"Bisa kita pergi?"
"Em, ya tentu saja." Christian mengangguk, pria itu lantas menarik tangan Fiorella hingga kini tangan Fiorella melilit lengan kanannya. Mereka berjalan keluar dari apartemen dan segera memasuki mobil Lamborghini Sesto Elemento milik Christian.
Fiorella diam tanpa kata di dalam mobil pria yang menjadi bossnya tersebut, baru dua hari mereka bertemu. Tapi, mengapa Christian seakan sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, sebegitu mudahnya pria itu mengklaim adik Leonardo ini dengan waktu 48 jam! Ini mustahil!
Saat Christian tengah memasang seatbeltnya, pria itu sedikit melirik ke arah Fiorella. Ia mengulurkan tangannya menggapai kepala gadis itu dan menggerakkannya perlahan. "Ada yang kau pikirkan?"
"Em, tidak. Tapi aku agak janggal." Christian membenahi duduknya, ia tatap tanpa celah gadis disampingnya. "Katakan, apa yang janggal."
"Em, aku .…"
"Katakan!" tekan Christian dengan menatap penuh intimidasi pada Fiorella.
Gadis itu perlahan menundukkan kepalanya, ia takut menatap manik tajam milik Christian. "Aku, entahlah. Kurasa hubungan antara aku dan kau itu ... Tidak wajar," jawab Fiorella dengan memelankan dua kalimat terakhirnya.
Christian memasang wajah seriusnya dan jujur saja, Fiorella takut menatap wajah tegas pria di sampingnya. "Memangnya apa hubungan kita?" Skakmat! Apa yang dikatakan oleh Christian seakan menjadi tamparan keras bagi Fiorella.
"Maafkan aku."
Christian terkekeh geli, ia mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Fiorella. Sontak saja gadis itu memundurkan tubuhnya ke belakang hingga terpantuk pintu mobil. Christian menyelipkan anak rambut Fiorella di belakang telinga gadis itu, ia mendekatkan bibirnya dan berucap dengan nada rendahnya.
"You're only mine." Fiorella membeku ditempatnya, ia menatap penuh pertanyaan pada wajah Christian, sesekali gadis itu menelan salivanya kasar.
"M-maksudmu?"
"Kau pasti mengerti," jawab Christian mulai membenarkan dudukannya.
Fiorella ikut membenarkan duduknya, gadis itu menatap Christian dengan malu-malu. Perlahan mobil mulai bergerak menjauhi apartemen. Di tengah perjalanan Christian menatap Fiorella dari ujung matanya. "Jadi, apa kau memiliki seorang kekasih?"
"Ya?"
"Fio, do you have a boyfriend?"
"Belum, em. Maksudku aku masih ingin hidup sendiri," jawab Fiorella dengan senyum tipis di bibirnya.
"Aku punya kesempatan," gumam Christian yang sialnya didengar jelas oleh kedua telinga Fiorella.
Sontak saja, ucapan Christian barusan berhasil membuat rona merah di kedua pipi Fiorella menjalar. Gadis itu menatap malu-malu sekali lagi pada Christian hingga akhirnya mereka telah sampai di depan gedung Christian's Corp.
Christian turun terlebih dahulu, pria itu memutari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Fiorella. Gadis itu lagi-lagi hanya mampu tersenyum. Mereka berjalan beriringan menuju lobby gedung, hingga Liam datang dan menundukkan tubuhnya sedikit menghormati Christian. "Boss, jadwal kita kali ini meeting dengan salah satu klien dari Brazil."
"Batalkan Liam."
"Tapi, Boss_"
"Kau, apa aku harus mengulangi perintahku?"
"Tidak boss."
"Bagus." Fiorella menatap Christian dengan menautkan alisnya bingung.
"Lalu apa yang perlu saya kerjakan boss?"
"Siapkan kendaraan, kita akan berangkat ke Alki Beach Park."
"Tapi untuk apa boss?"
"Kita akan melihat pemotretan di sana."
"B-baik Boss."
Christian melenggang memasuki ruang kerjanya meninggalkan Fiorella dan Liam yang saling pandang. Hingga nama Fiorella dipanggil oleh pria yang kemarin mengurus jalannya photoshoot.
***
Alki Beach Park, Seattle
Fiorella menatap sekeliling pantai, ia menghembuskan napasnya pelan. Gadis itu menjalankan kakinya ke arah tenda yang sudah disiapkan oleh pekerja. Ia memasuki tenda dan menatap desainer yang akan memberinya baju yang akan dikenakan untuk photoshoot kali ini. "Baiklah, kali ini bertema Beach. Seperti yang kita tahu bikini adalah busana ciri khas saat di pantai. Jadi kali ini kita akan memperagakan beberapa set bikini," jelas pria itu dengan menunjukkan beberapa set bikini yang tertata rapih.
Fiorella menganggukkan kepalanya mengerti, ia mencuri pandang pada sosok pria yang tengah mengawasi pekerjaannya. Tak lama tepukan ia dapatkan, Fiorella langsung membalikkan tubuhnya menatap si pelaku. "Ya?"
"Ini set bikini yang akan kau gunakan. Bersiaplah, kemudian segera keluar. Giliranmu setelah Jane."
"Baiklah." Fiorella meraih dua set bikini yang ia dapatkan.
Bukan bikini seperti yang Fiorella bayangkan, Sial! Ini sama saja ia hanya memakai underwear. Fiorella sedikit merasa risih, bagaimana pun ia tak pernah menunjukkan bentuk tubuhnya secara berlebihan pada siapapun. Bahkan, saat ia masih di dalam naungan perusahaan Leonardo, ia tak diperbolehkan mengikuti photoshoot yang bertema pantai, karena inilah alasannya.
Christian yang melihat gerak-gerik Fiorella pun mendekati gadis itu, ia menatap penuh pertanyaan pada Fiorella. "Ada apa?" tanya Christian pelan. Fiorella menengadahkan kepalanya, ia menatap Christian dengan sedikit tidak enak.
"Tidak, aku baik," jawab Fiorella pelan.
"Bohong."
"Tidak, aku tak bohong." Gadis itu menggelengkan kepalanya.
Christian meraih dua bikini yang tengah di pegang oleh Fiorella ia menunjuk Liam. "Panggil Juan kemari!" titah Christian tak terbantahkan.
"Baik." Liam bergegas pergi dari hadapan Christian. Tak lama Liam sudah kembali bersama dengan Juan sang desainer.
"Juan," panggil Christian dengan suara rendahnya.
"Ya boss, ada masalah?"
"Ya."
"Katakan, apa yang bisa aku bantu?"
"Ganti jangan berikan ini pada wanitaku." Fiorella membolakan kedua matanya, hal yang sama pun dilakukan oleh Liam dan Juan. Juan menatap tangan Christian yang mengulur menyerahkan dua bikini yang tadi ia berikan pada Fiorella.
"Tapi, boss-"
"Apa lagi Juan? Aku tak ingin wanitaku merasa risih!"
"Tapi tema kita_"
"Banyak busana lain!"
"Tapi_"
"Carilah busana yang lebih tertutup! Aku tak mau tau!"
Christian menarik tangan Fiorella. Ia menggandeng tangan gadis itu memasuki tenda lain, ia menatap seluruh karyawannya yang ada di dalam tenda.
"Keluar!" Satu persatu karyawannya keluar dengan cepat.
"Boss!"
"Diam, Fio." Fiorella membungkam mulutnya rapat, gadis itu hanya mampu berdiam dan menatap punggung Christian yang menegang. Tak lama Juan datang membawa dua set baju pantai lainnya. Pria itu meletakkan busana yang ia bawa ke atas sofa. "I-ini yang paling tertutup boss," cicit Juan tanpa menatap manik elang Christian.
Christian menatap dua busana yang dibawa oleh Juan. "Baiklah, kau bisa pergi." Juan langsung bergegas keluar dari tenda, menyisakan Christian yang masih menatap dua busana yang tadi dibawa oleh Juan. Memang benar, dua busana kali ini terlihat lebih tertutup, dan jujur saja Fiorella tak risih lagi.
"Kau bisa memakainya?"
"Ya, aku bisa." Christian mengangguk, ia menjalankan kakinya mendekati Fiorella. Ia ulurkan tangannya menyentuh kening gadis itu.
"Bersiaplah." Fiorella mengangguk, Christian mulai keluar dari tenda, namun suara Fiorella berhasil menghentikan kaki pria itu.
"Boss, bisa aku bertanya sesuatu?" Christian membalikkan tubuhnya, ia menatap lekat Fiorella. "Katakan!"
"Kenapa kau menyebutku sebagai wanitamu?" tanya Fiorella dengan mengangkat satu alisnya.
"Jawabannya ada di cincin yang terpasang di jarimu." Setelah mengucapkan itu Christian langsung pergi dari hadapan Fiorella. Gadis itu lantas menatap cincin pemberian Christian. Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan Christian mengenai cincin yang tengah ia pakai saat ini.
"Itu Penanda."
"Penanda bahwa kau adalah milikku."
"You're only mine!"
Astaga! Fiorella langsung menepuk jidatnya. "Pria itu serius dengan ucapannya?!" gumam Fiorella dengan menggelengkan kepalanya.
"Fio, waktumu lima menit lagi!!" teriak seseorang dari luar tenda.
"Ya, aku tengah bersiap!" Fiorella langsung menggelengkan kepalanya lagi, gadis itu langsung bersiap dan kembali memperbaiki riasan di wajahnya.
Setelah selesai dengan acara dandannya, ia langsung keluar dan segera di sambut oleh fotografer dan Christian yang duduk di salah satu kursi pantai dengan Liam yang masih menenteng buku agenda kegiatan milik Christian.
Fiorella menghembuskan napasnya kuat, ia berjalan pelan dan langsung mendekati spot photoshoot. "Bisa dimulai Fio?" tanya sang fotografer.
"Ya." Fiorella mulai bergaya dengan apik, gadis itu sesekali tersenyum di dalam fotonya. Angin yang berhembus menerpa ranbutnya yang terurai berhasil menambah kecantikan yang terpancar jelas dari diri Fiorella. Fiorella berganti ke busana kedua. Masih dengan ekspresi yang sama, Christian terus mengawasi pergerakan Fiorella.
Lagi dan lagi, wajah dan tubuh mungil itu berhasil membuat Christian seakan menjadi pria munafik. Ia memuja gadis yang tengah bergaya di hadapannya, namun di lain sisi ia membencinya!
Sial! Kenapa takdir begitu tak berpihak baik padanya?! Seakan Christian dilahirkan hanya untuk menjadi pria munafik!
"Oke! Kerja bagus Fio!" puji sang fotografer.
"Terimakasih." Fiorella menerima air mineral yang diberikan oleh salah satu staf pembantu di sana. Gadis itu langsung berbaring di kursi pantai dengan memakai kacamatanya. Ia menatap hamparan langit yang seakan tak berujung, namun kegiatannya buyar saat seseorang memanggilnya.
"FIO?" Fiorella menatap ke asal suara, gadis itu perlahan mulai mendirikan tubuhnya. "Iya?"
"Ayo bermain," ajak Jane salah satu model yang sudah melakukan photoshoot.
"Tapi_"
"Ayolah, tugas kita sudah selesai. Dari pada kau diam di sana, lebih baik kita bermain."
"Ya, kau benar.”
Jane dan Fiorella mulai bermain air. Berlari kecil dan saling menyiram air ke tubuh masing-masing. Namun saat Fiorella hendak mengejar Jane, ia menginjak sesuatu. Air laut perlahan mulai berubah warna, rasa perih perlahan mulai terasa. "Ahk!"
Jane langsung membalikkan tubuhnya menatap Fiorella yang meringis kesakitan. "Fio, ada apa?" Jane melihat ke arah bawah, air laut jelas sekali menunjuk warna merah. "Astaga!"
"Sst, sakit Jane …."
"Sebentar." Jane menatap sekeliling, begitu sibuk. "TOLONG!!!" Jane langsung memapah tubuh Fiorella ke tepi pantai dan mendudukkan tubuh itu di salah satu kursi pantai.
"Tolong, Fio terluka," ucap Jane pada salah satu staf pembantu di sana.
"Kami akan cari obat."
"Tolong, aku phobia darah," ucap Jane tak berani melihat ke arah Fiorella. Jane memang phobia saat melihat darah, bahkan gadis itu rasanya sangat lemas saat ini. Tapi sebisa mungkin ia menyelamatkan Fiorella terlebuh dahulu.
♣♣♣