2. Mesin Waktu

1095 Words
Nuansa kecoklatan menyapa ketika mereka memasuki permainan. Mereka ada di tengah-tengah sebuah gerbang yang melingkar. Ada enam gerbang tepatnya. Gerbang tersebut berwarna perak dengan berbagai macam ukiran seperti ukiran naga, bunga mawar, daun dan juga akar. “Pantas saja dinamakan gerbang kematian,” ujar Allura Altezza. “Kita akan masuk ke dalam gerbang ini, tapi di mana sistem yang mereka katakan? Apa kita harus memilih salah satu gerbang dan masuk ke dalam? Tapi apa yang akan kita dapati di dalam sana?” Gabino Aydin bertanya kebingungan. “Mungkin saja belum dimulai,” Mahavir menjawab. Lantas ia melirik ke arah Maxime yang tampak terpukau. “Kamu belum memperkenalkan diri.” “Oh,” Maxime agaknya canggung setelah mendengarkan ucapan itu dari pria yang ia ketahui sebagai pemegang rank satu. “Aku, Maxime Alisher. Kalian bisa memanggilku Maxime.” “Namamu bagus, tapi wajahnya seperti orang imbesil,” celetuk Nori tanpa melihat kepada Maxime yang ia ejek. Sebelum mereka memperkenalkan diri kepada Maxime. Sebuah suara sistem mulai terdengar. “Selamat datang para gamer dalam gamer 'Six Gates Of Death' enam gerbang menuju kematian yang mana kalian bisa dikubur dalam salah satu gerbang atau lolos dari Kematian itu sendiri.” Suara Sistem semakin terdengar keras. Mereka mencari-cari suara tersebut. “Memperkenalkan para gamer dari rank teratas. Mahavir Bagaskara memegang rank 1. Allura Altezza, rank rank 2. Arzan Barra, rank 3. Nori Merekon, rank 4. Gabino Aydin, rank 5. Dan Maxime Alisher, rank 6.” Rank tersebut muncul di dad4 mereka. Jadi Maxime mengetahui nama-nama mereka tanpa mereka perlu memperkenalkan diri lagi. Toh, mereka juga enggan memepekenalkan diri pada Maxime. Ia hanya dianggap orang imbesil. “Sistem akan menemani kalian setelah memasuki gerbang pertama. Pada gerbang ini kalian akan bermain perseorangan. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau kalian akan bertemu nanti. Lihat baik-baik di depan kalian dan pilih nama dari gerbang yang ingin kalian masuki.” Kelima orang tersebut memilih dengan cepat, sedangkan Maxime masih berpikir. Akan tetapi, ia hanya mempunyai satu pilihan yang disisakan oleh lima orang itu. Melihat wajah Maxime tampak kecewa, Gabino tidak tahan untuk mengejek Maxime. “Kamu ini lambat sekali tidak ada bedanya dengan siput. Aku rasa otakmu memang berjalan lambat.” Maxime mengacuhkan Gabino, dan melihat pada layar transparan di depannya yang bertuliskan 'Gerbang Berduri' dengan susah payah Maxime menelan salivanya. Gerbang berduri, apakah akan ada banyak duri di sana? Pikir Maxime. “Permainan dimulai. Semua gamer masuk ke gerbang yang telah dipilih.” Saat permainan telah dimulai satu persatu masuk ke gerbang yang telah mereka pilih. Mahavir masuk ke gerbang Owl, Allura telah masuk ke gerbang padang rumput, gerbang flower dimasuki oleh Nori, Arzan memasuki gerbang kolam bulan, dan Gabino masuk ke dalam gerbang musim semi. Sementara itu, Maxime masih belum masuk ke dalam gerbang berduri. Ia melihat lagi ke layar transparan dan waktu terus berjalan setiap detiknya. Maxime mengerutkan kening lantaran kesal. Dalam sepuluh menit ia harus menyelesaikan misi yang tidak ia ketahui. Namun, ini hanya permainan, mengapa Maxime harus takut? Toh, kalau ia gagal, ia akan tetap dibayar oleh Windtech. Maxime menelan keraguannya dalam-dalam. Tangannya perlahan mendorong pintu berwarna pastel tersebut. Sinar kemilau menyapa matanya ketika ia masuk ke dalam sana. Maxime menutupi matanya menggunakan tangannya, sesaat kemudian sinar itu menghilang dan yang didapati oleh Maxime bukanlah duri, melainkan mesin besar yang tengah bergerak pada porosnya. “Ini duri yang dimaksud?” “Analisis sistem.” Sebuah suara mengejutkan Maxime, membuatnya mencari-cari asal suara tersebut. Ia menduga kalau suara tersebut merupakan sistem yang akan mendampinginya. “Analisis sistem selesai. Sistem 103, Any siap membantu host.” “Hai, Any.” Mata Maxime masih mencari-cari keberadaan Any yang tidak terlihat. “Host mohon lihat pada layar transparan.” Maxime dengan cepat beralih ke layar di depannya tersebut. Ia membaca misi yang harus ia selesaikan. Kemudian, sistem kembali berbicara, “Dalam gerbang berduri, host harus melewati mesin waktu raksasa. Jika host salah melangkah waktu akan kembali ke beberapa detik atau beberapa menit yang lalu. Bukan hanya itu saja, tetapi waktu juga dapat berhenti.” “Apa yang akan terjadi jika waktu berhenti?” Maxime menyela. Binar matanya mengatakan kalau ia sangat penasaran. “Itu merupakan kesempatan yang bagus untuk melewati mesin raksasa itu. Jika host salah mengambil langkah, host akan gugur dan tidak mendapatkan kesempatan menuju ke gerbang selanjutnya.” “Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan waktu?” “Itulah strategi yang harus host pikirkan. Host memiliki waktu sepuluh menit untuk melewati mesin waktu raksasa. Dimulai dari sekarang.” Setelah Maxime bahkan belum memikirkan apa pun, sedangkan setiap detik berkurang. “Jika aku tidak bisa keluar dalam sepuluh menit apa yang akan terjadi?” “Game over.” Maxime tidak menyangka kalau gerbang pertama akan sesulit ini. Ia masih berdiri di tempatnya, belum memulai langkahnya menghadapi mesin waktu raksasa. Mesin itu terus bergerak dan sesekali mengeluarkan angin. Rambut hitam Maxime dipermainkan oleh angin dari mesin tersebut bahkan bulu matanya dibuat bergetar. Ia melirik pada waktu yang terus berkurang lalu Maxime berlari. Namun, setelah ia berlari embusan angin kencang menyapu tubuh kurusnya, sehingga Maxime terpental kembali ke tempatnya. Setelah Maxime bangkit, ia berpikir sejenak lalu mengamati pergerakan angin dari mesin tersebut. “Mesin itu mengeluarkan angin kencang setiap lima detik sekali.” Lantas Maxime melihat lubang-lubang yang mengeluarkan angin pada mesin tersebut. Ia pun mulai menghitung, lima detik ia buang untuk menunggu angin tersebut. Angin kencang tersebut kembali menyerbu, dan Maxime hanya punya waktu lima detik untuk melewati lubang angin itu. Maxime berlari sekencangnya kurang dari lima detik, lalu angin tersebut kembali menyembur. Namun, Maxime sudah aman. Sekarang yang harus ia pikirkan adalah memanjat untuk sampai di atas. “Host, gunakan alat tersembunyi pada jam tangan.” “Jam tangan?” tanya Maxime bingung, tetapi setelah ia menemukan jam tangan di pergelangan tangannya, ia sadar apa yang dikatakan Any barusan. “Alat apa y6 harus aku gunakan?” “Tekan dan pilih saja, lihat di atasmu.” Maxime mendongak dan mendapati piringan bergigi tajam di atasnya. Lantas ia melihat kebawah, saat ini ia berada di lubang piringan itu. Piringan berwarna perak itu semakin mendekat dalam hitungan detik. Maxime dengan cekatan menekan jam tangan yang memberikannya beberapa opsi alat rahasia yang bisa ia gunakan. “Estimasi jatuhnya piringan tersebut kurang dari sepuluh detik.” Sebuah peringatan dari Any. Maxim sedikit panik, lalu ia memilih sebuah papan selancar. Sekejap mata, Maxime berada di atas papan selancar yang mengeluarkannya dari lubang piringan tersebut. Namun, ketika piringan tersebut jatuh, Maxime kehilangan keseimbangan akibat imbas jatuhnya piringan yang mengeluarkan tekanan udara. “Ah!” Maxime berteriak berpikir kalau dirinya akan jatuh lataran kepalanya saat ini berada di bawah. Ia tidak jatuh dari papan selancar yang terus bergerak karena kakinya masih menempel pada benda itu. “Aku ingin muntah.” Teriak Maxime lebih kencang lagi karena posisinya tergantung ke bawah. “Berusahalah untuk menegakkan diri. Host harus menemukan tombol untuk menghentikan mesin waktu. Hanya dengan begitu tidak akan ada rintangan untuk melewati benda ini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD