Pernikahan Impian
Seperti cerahnya langit hari ini Lia yang di bantu oleh ibunya sedang sibuk membantu segala keperluan pernikahannya yang beberapa hari lagi akan di gelar. Entah apa yg sedang di fikirkan oleh gadis seusianya di tengah banyaknya konflik yang terjadi menjelang pernikahannya. Sesungguhnya ia bahagia karena bisa menikah dengan lelaki pilihannya sendiri yang juga mencintainya. Namun ia harus di hadapi oleh kepelikan yang di timbulkan dengan adanya penikahannya ini. Sudah lama ia menginginkan pernikahan ini terjadi, mengingat usia nya yang terbilang sudah matang untuk segera memiliki sebuah keluarga. Ia ingat diantara teman- teman sekolah dan teman kuliahnya hanya ia lah yang terbilang terlambat mendapatkan jodoh.
Dulu saat ia belum mengenal erik ia selalu merasa sedih setiap kali ada acara pernikahan yang terjadi di dalam keluarga besarnya. Kadang ia harus menelan pahitnya ucapan kerabatnya yang selalu menyindirnya. Lia memang bukan berasal dari keluarga berada, bisa di bilang ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ibunya hanya seorang wanita yang bekerja mencari nafkah dengan berjualan gado-gado, sedangkan ayahnya hanya seorang kuli bangunan yang kadang-kadang bekerja menjadi tukang ojek. Namun dari semua keterbatasan itu tidak pernah menyurutkan semangat Lia untuk tetap berjuang melanjutkan pendidikannya. Ia selalu bisa menyenangkan hati orang tuanya dengan pencapaian yang baik di sekolahnya. saat masih sekolah lia selalu mendapat peringkat satu di kelasnya. Setelah lulus SMA sebenarnya lia hanya ingin bekerja untuk bisa meringankan beban kedua orang tuanya. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya. ia tidak ingin menjadi beban kedua orang tuanya. Setelah lulus SMA ia mendapat sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. ia pikir kehidupannya sudah mulai membaik setelah ia mendapatkan pekerjaan. Namun baru beberapa bulan ia menjalani pekerjaannya ia harus menelan pil pahit karena perusahaan tempat ia bekerja harus di tutup karena mengalami kebangkrutan. Bersusah payah ia kembali mencari pekerjaan. Beralih dari pekerjaan satu ke pekerjaan yang lain demi menunjang kebutuhan hidupnya agar tidak lagi bergantung kepada kedua orang tuanya. tentu saja ia melakukan itu, ia sadar akan keterbatasan kedua orang tuanya. di tengah himpitan ekonomi yang semakin keras orang tuanya masih harus membiayai kedua orang adiknya yang masih bersekolah, karena ia merupakan anak tertua di keluarganya, walaupun kadang ia merasa sedih setiap kali melihat teman- temannya bisa melanjutkan kuliahnya.
Kedua orang tua Lia tahu bahwa sebenarnya ia sangat ingin melanjutkan pendidikannya, hingga suatu ketika kedua orang tuanya bisa meyakinkan dia bahwa mereka masih sanggup membiayai kuliahnya walaupun harus bekerja keras membanting tulang sekalipun. Jadilah ia kini menjadi seorang wanita yg bisa mendapatkan gelar sarjananya berkat kegigihan kedua orang tuanya dalam memenuhi setiap keinginan dan cita-cita.
Selang beberapa bulan setelah kelulusannya ia mendapatkan sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan swasta.
walaupun jabatannya tidak tinggi tapi ia merasa puas akan apa yang didapatnya. Ia menjalani semua kewajibannya dalam bekerja dengan suka cita. hingga suatu saat ia menjalani sebuah hubungan dengan seseorang dari masa kecilnya lalu berakhir pada sebuah lamaran pernikahan.
" Lia....tolong kumpulkan semua belanjaan itu di dapur". Suara ibu membangunkan ia dari lamunannya tentang semua itu. ia pun beranjak melakukan semua yang diperintahkan oleh ibunya. setelah semua konflik yang terjadi usai peristiwa lamaran di rumah ini lia menjadi begitu murung. di satu sisi ia bahagia karena sebentar lagi ia akan mengakhiri masa lajangnya, ia berfikir dengan inilah ia bisa membungkam setiap perkataan julid tetangga dan kerabatnya yang mengatakan ia sebagai seorang gadis yang tidak laku karena belum menikah di usia yang sudah matang. namun di sisi lain ia merasa sedih lantaran apa yang terjadi pada saat lamaran. ia tidak menyangka uang lamaran yang di berikan oleh pihak keluarga laki-laki sama sekali tidak sesuai dengan yang di harapkan bahkan jauh dari kata cukup. Namun dengan lapang d**a serta keikhlasan kedua orang tuanya, mereka menerima lamaran itu demi kebahagiaan putri mereka. jadilah saat ini ia tengah mempersiapkan segalanya walaupun kadang ia merasa sedih karena lagi-lagi ia harus membebani kedua orang tuanya dengan semua ini.