Bab 8 Ups, kelewatan

1076 Words
"Nggak apa Gand, ayo..." ucap Evan pada teman sekaligus keponakanya itu. Lalu keduanya pun masuk kedalam bus tersebut. Evan ikut duduk di samping Vanya setelah ia menyapa kakak dan kakak iparnya, begitu pula dengan Eric yang juga bersebelahan dengan Nora, terlihat Gandi menatap lewat kaca spion depannya, semua sudah duduk di tempat duduknya masing-masing. Namun saat ia tengah menoleh ke sampingnya, terlihat Max yang tengah duduk di sana. "Bagus Gandi...kamu pimpinan yang bisa jadi panutan...yang lain bawa pasangan...kamu bawa asisten...bagus...bagus...!" ucap dalam hati Gandi saat itu. Dan terlihat mama Gandi pun tengah mengobrol dengan seseorang lewat ponselnya. "Siapa yang?" tanya Arga pada istrinya. "Siapa lagi yang, calon mantu..." ucap Nindi yang menimpali. Dan terlihar Arga manggut-manggut di tempatnya. "Kenapa katanya? kok nggak bisa ikut? tuh lihat jagoan kita sudah kayak pohon kayu jati di musim panas." Ucap Arga pada istrinya. "Lagi mimpin operasi yang katanya, tapi kalau udah nanti nyusul kok, pakai mobil dan supir kita, kan sekalian..." ucap Nindi yang memberi tahu suaminya, karena keduanya hanya akan ikut pesta itu satu malam saja tidak lebih. Dan keduanya memilih pulang dengan kendaraan sendiri. Jadi Nindi sekalian memberi tahu Keyra untuk datang dengan mobil dan pak supirnya sekalian. Hingga pukul sebelas siang saat itu. Bus tiba di tempat yang di tuju. Terdapat berderet Hotel yang berjajar di sepanjang tepian pantai. Disana para karyawan Gandi turun dari dalam bus dan terlihat begitu senang. Terdapat panitia-panitia yang tengah memandu semuanya untuk mengambil kunci kamar masing-masing. Dimana sebelumnya sudah di tentukan letak kamar yang ditempati. Begitu juga dengan Gandi, lelaki itu sudah mendapatkan kunci kamarnya. Gandi menempati kamar seorang diri, sedangkan Evan satu kamar dengan Vanya, dan Eric pun dengan Nora. Tidak dengan papa dan mama Gandi, mereka sepakat untuk pulang sore nanti saat mobil jemputannya sudah sampai. Semua masuk kedalam kamar masing-masing. Arga dan Nindi saat itu ikut masuk kedalam kamar Gandi. "Gand...Evan satu kamar sama teman wanitanya itu?" tanya Nindi pada putranya. "Kenapa sih mah? udah dewasa juga, lagian Evan udah mantep mau nikahin si Vanya, jadi...biarkanlah mah..." ucap Gandi pada mamanya. Hingga terdengar suara ketokan dari luar pintu kamar Gandi. Segera saja lelaki itu menuju pintu kamarnya, dan melihat dari lubang intip yang ada di pintu. "Evan! wah...benar-benar pemberani tu orang." Ucap dalam hati Gandi saat itu. Lalu membuka pintu kamarnya dan mempersilakan Evan masuk kedalam. Gandi sudah tahu apa yang akan temannya itu lakukan. "Kakak ada?" tanya Evan pada Gandi, dan Gandi hanya mengngguk sembari mempersilakan lelaki itu masuk. "Evan!" ucap Nindi saat melihat adiknya masuk kedalam. "Kakak...aku mau bicara sesuatu..." ucap Evan pada Nindi. Dan Nindi serta Arga sudah tahu adiknya itu akan bicara apa. "Kakak...nanti waktu makan siang, Evan mau mengenalkan kakak sama pacar Evan, apa kakak bersedia menemuinya?" tanya lelaki itu pada kedua kakaknya. Dan Arga saat itu berjalan mendekat ke arah Evan, sembari satu tangannya terulur menepuk pundak adik iparnya itu. "Tenang Van...kami pasti akan menemuinya..." ucap Arga pada adik iparnya. Dan terlihat Evan tersenyum dengan senangnya, apa lagi saat melihat kakaknya mengangguk. "Yasudah kak...sampai ketemu nanti ya...aku balik ke kamar dulu untuk istirahat." Ucap Evan pada semuanya. Dan pergi begitu saja dari dalam kamar yang Gandi dan kakak-kakaknya tempati. "Akh...aku gemetaran tadi yang, tahu nggak?!" ucap Evan pada kekasihnya saat ia baru masuk kedalam kamar yang ditempatinya. Segera saja Vanya mendekat kearah kekasihnya itu. "Kenapa sih yang? ada apa?" ucap Vanya yang memang tidak tahu jika saat itu Evan habis dari kamar Gandi dan memberi kabar pada kedua kakaknya. "Akh...sini deh..." ucap Evan sembari menarik pelan tangan Vanya dan membuat gadis itu duduk di sofa sampingnya, Evan segera membaringkan kepalanya disana dan membuat kedua tangan Vanya mengusap beberapa kali rambutnya. Begitu nyaman menurut lelaki itu. "Nanti kita ketemuan sama kakak ya, aku mau ngenalin kamu sama kakak dan kakak setuju yang..." ucap Evan pada kekasihnya. Seketika itu juga Vanya begitu terkejut bercampur gembira, ketika Evan berkata demikian. "Yang, kamu yang bener...?" ucap tanya Vanya yang merasa tidak percaya atas apa yang lelaki itu katakan padanya. "Beneran yang...aku nggak bohong..." ucap Evan yang mencoba meyakinkan kekasihnya it disana. Dengan lonjak bahagianya, Vanya sembari menarik wajah Evan agar sedikit terjaga disana lalu mengecup kening lelaki itu tanda ia begitu bahagia saat itu. Evan yang merasa Vanya terlalu semangatpun tidak ingin menunggu lama lagi, segera saja lelaki itu menekan tubuh Vanya hingga membentur kebelakang kearah sandaran sofa di belakangnya. "Kamu menggodaku hah?" ucap Evan saat itu sembari mendekatkan wajahnya kearah Vanya dan semakin mengintimidasi gadis itu disana. "Yang, biasanya juga lebih parah dari ini aku menggoda kamu, kamu juga selalu bisa jaga diri kok, sekarang pun pasti bisa kan?" tanya Vanya pada kekasihnya, sungguh dalam d**a gadis itu, dentuman detak jantungnya kian menjadi ketika ia merasakan tangan lelaki itu yang sudah kian menyusup masuk kedalam bajunya dan kian membelai lembut disana, membuat Vanya sedikit memejamkan matanya karena nikmat itu. "Sudah tahu kan kalau jangan menggodaku seperti itu lagi, aku sekarang nggak bakalan kuat lagi jika melihatmu begitu menggemaskan, apa lagi seperti ini sekarang, aku sungguh nggak bisa menahannya lagi sayang." Ucap Evan yang sudah menghujani bibir Vanya dengan ciumannya yang kian lama kian rakus menurut gadis itu. Hingga tanpa terasa Evan sudah melepas kaus yang di kenakanya dan beralih melepas tautan bra yang ada di belakang punggung gadis itu meski pakaian yang di kenakan Vanya belum terlepas. "Yang, jangan sekarang...akh...jangan ya..." ucap Vanya dengan rengekannya, karena saat itu Vanya tengah datang bulan, Evan hanya bisa bermain-main dan mempermainkan saja saat itu. Hingga tanpa sadar Evan udah meninggalkan bekas ciuman di bagian sebelah gundukan d**a Vanya saat itu. "Ups...aku sudah kelewatan yang..." ucap Evan saat itu sembari menyudahi ciumannya dan berakhir mengecup bibir gadis itu lagi. Sedangkan Vanya masih terlihat lemas menyandar pada sandaran sofa karena ulah Evan barusan. "Dasar kamu ya...tidak kasihan sama aku!" ucap Vanya dengan dengusan kesalnya. "Nggak apa sayang...untuk pelajaran saja jika kamu jangan memasang tampang yang begitu imut dan menggemaskan seperti tadi." Ucap Evan pada kekasihnya dan berlalu pergi begitu saja menuju keatas pembaringan. Vanya pun segera membenahi branya dan mengaitkannya kembali. "Tadi katanya lelah? katanya capek? capek apaan! mana ada capek se liar itu tadi coba?" gerutu Vanya saat menatap lelakinya tengah tidur tengkurap diatas tempat tidur. Dan samar-samar Evan mampu mendengarnya. "Apa yang? masih kurang kah yang?" ucap Evan yang langsung bisa membuat Vanya diam dari gerutunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD