Ken menatap wanita yang berdiri di hadapannya dengan sebelah alis meninggi. “Siapa?” batinnya. “Kenapa menatapku seperti itu? Jangan bilang kau melupakanku, Ken,” ujar wanita itu disertai senyum manisnya yang terukir di bibir. Ia kembali melangkah dan berdiri tepat di depan meja Ken. Ken mencoba mengingat-ingat, ia seperti pernah bertemu dengan wanita itu tapi ia lupa dimana. Apa teman SMA? Atau teman kuliah? batinnya. Sampai tiba-tiba ia teringat sesuatu saat wanita itu kembali membuka suara. “Huft, kenapa kau seperti sama sekali tak mengenalku? Padahal aku selalu berharap kau memikirkanku setelah kau dan Zio menipuku waktu itu.” Seketika raut wajah Ken berubah menjadi begitu datar. “Pergilah,” ucapnya dengan baritonnya yang begitu tegas dan dingin. Bibir Aurora terlihat mengkil