Sebuah pelukan

1500 Words
"Grace, kamu mau kemana? Kenapa membawa tas sebesar itu? Tanya Bu Winda mengerinyitkan dahinya. "Ini loh, Bu! Tadi aku dapat panggilan bekerja salah satu perusahaan. Karena tempatnya jauh dari rumah kita, lebih baik aku mengontrak saja Bu, dari pada bolak balik, kan capek!" Ucap Grace bohong, mana mungkin ia menceritakan pernikahan kontraknya dengan Gevano, bisa-bisa Ibunya terkena serangan jatung. "Baiklah, tapi ada syaratnya!" Ucap ibu Winda. Ia menantap serius wajah Grace. Grace yang ditatap lekat seperti itu membuatnya menjadi sedikit gugup. "Syarat? Syarat apa, ibu?" Tanya Grace gugup. Matanya bergerak-gerak gelisah seperti seseorang yang sedang ketahuan berbohong. "Syaratnya kamu jangan lupa selalu menghubungi ibu dan lusy. Terlebih adik kamu pasti dia akan kangen !" Ucap wanita laruh baya itu dengan raut wajah sedih. Grace bernapas lega, ia pikir ibunya akan memberikan persyaratan yang sulit. "Ibu tenang saja, aku pasti akan sering menelpon ibu. Ibu doakan saja ya supaya anak ibu ini bisa sukses di negeri orang." Ujar Grace menitikan air matanya. Ia menjadi teringat akan perjanjian kontraknya deng Gevano. Ibu Winda membawa Grave kedalam pelukannya. "Kamu hati-hati ya disana! Jangan bergaul dengan sembarang orang dan ingat pesan ibu, tolong jaga nama baik kamu, jangan sampai kamu melakukan hal yang tidak senonoh di luaran sana." Hati Grace seakan tercabik-cabik mendengar nasehat ibunya, ibunya pasti kecewa setelah mengetahui apa yang sudah dia perbuat diluar sana. "Iya, Ibu! Ibu tidak usah khawatir Garce pasti bisa menjaga diri sendiri kok." Ucap Grace meyakinkan ibunya. "Ibu Grace pamit ya, tolong jaga diri kalian baik-baik! Nanti kalau Garce udah gajian pasti bakalan jengukin ibu sama adek kok!" Timpalnya lagi. Grace pergi setelah menyalami tangan ibunya dengan takzim. Gadis itu membawa sebuah tas berukuran sedang untuk membawa pakainnya. Setelah mendapatkan izin dari ibunya, Grace kembali ke kerumah Gevano dengan munggunakan taksi. Setelah sampai, Grace membuka pintu dan langsung masuk ke dalam rumah. Ini adalah kali keduanya masuk ke dalam rumah ini. Grace menaiki tangga dan mencari keberadaan suaminya itu. Namun setelah membuka semua kamar, ia tidak mendapati apa yang di carinya. "Mas! Mas lagi dimana?" Teriak Grace, Hening tidak ada suara yang menjawab pertanyaannya. Grace mendengus kesal, ia tidak tahu yang mana kamarnya. Alhasil ia masuk ke sembarang kamar dan mengistirahatkan badannya yang terasa sangat lelah. ** "Jaka, bagaimana? Apa kamu sudah menemukan penggantinya?" Tanya Gevano datar, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Akhir-akhir ini ia terlalu memporsir tenaganya untuk bekerja hingga larut malam. Jaka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Belum!" Jawab Jaka cuek. Ia sama sekali tidak tertarik dengan yang di tanyakan oleh Gevano. Bukan tanpa alasan, ia sudah beberapa kali mencarikan bosnya itu sekretaris namun tidak ada yang cocok. Ada saja alasan dan kesalahan yang di buat oleh sekretaris itu. Gevano menatap tajam ke arah Jaka. Bisa-bisanya dia bersikap santai seperti itu sementara Gevano sudah kalang kabut sendirian. "Katakan! Mau kedaerah mana kamu ingin saya tempatkan?" Ancam Gevano tidak main-main. Jaka langsung berdiri mendengar ancaman Gevano. "Galak banget! Gw ini masih sahabat lo Gevano Mahendra Binson. Takk ... Sebuah pulpen melayang indah di kening Jaka, ia meringis kesakitan memegang keningnya. "Lo harus transfer sekarang ke rekening gw, kalau tidak ..." Ucapan Jaka terhenti kala Gevano bersiap-siap akan melemparkan vas bunga kearahnya. "Cepat! Atau mau ku potong gajimu Jaka!" Teriak Gevano dengan geram. Sungguh, jika bukan sehabatnya mungkin Gevano sudah memotong lidahnya. Dengan cepat Jaka keluar dari ruang CEO tersebut, pria itu tidak mau memngambil resiko kalau Gevano benaran akan memotong gajinnya.. Drrrtt.... Drrtt... "Halo sayang!" Ucap Gevano dengan lembut pada seseorang diseberang sana. "....." "Nanti aku jemput kamu ya setelah pekerjaan aku selesai" Jawab Gevano dengan senyum di bibirnya. "...." "Ya sudah, Kamu jangan terlalu capek kerjanya ya sayang. Aku tutup dulu ya! Muah" Ucap Gevano mengakhiri panggilan tersebut. Mood Gevano tiba-tiba berubah menjadi baik karena sudah mendengar suara tuangannya. Ia pun segera menyelesaikan pekerjaan agar bisa dengan cepat menjemput tunangan tersebut. ** Pukul empat sore Grace terbangun karena merasa terganggu dengan bunyi cacing diperutnya. Ia dengan sangat malas bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah dapur untuk mencari sesuatu untuk di makan. Sesampainya di dapur, yang pertama dicarinya adalah kulkas. Gadis itu mengedarkan pandangan hingga melihat sesuatu yang ia cari di sudut dapur. Ia oun langsung berjalan dan membuka kulkas tersebut. "Waahh... Banyak sekali isinya" Grace menganga tidak percaya melihat kulkas dua pintu tersebut penuh dengan bahan makanan. Namun karena malas gadis itu hanya mengambil mie instan. "Kalau orang kaya ya begini, apa-apa borong langsung masuk kedalam kulkas, kalau tidak habis buang! Ck! Enak sekali mereka yang tidak memikirkan makanan untuk besok" Gumam Grace. Setelah memasak mie instan tersebut, Grace dengan lahap memakannya hingga habis, lalu membersihkan dapur tersebut seperti sedia kala. Di kamar Grace membuka tasnya dan meraih ponselnya. Matanya sekita melotot melihat jam yang ada disana. "Astaga, lama sekali aku tidurnya! Udah kaya kebo' aja! Gerutu Grace yang kesal sendirian. Padahal ia sudah berencana akan mencari pekerjaan siang tadi, karena ketiduran dengan terpaksa menundanya besok pagi. Akhirnya Grace lebih memilih membersihkan diri dan nantinya kan merapikan barang-barangnya. ** "Sayang kamu kenapa? Kok cemberut begitu?" Tanya Gevano yang baru datang dan mencium kening tunangannya yang bernama bianca. Bianca hanya diam saja, gadis itu masih kesal karena Gevano terus saja telat menjemputnya. "Hei, Lihat aku sayang! Apa dinding itu lebih menarik dari aku, heem?" Ucap Gevano. Ia menggenggam tangan lembut Bianca. "Kamu sih, telat terus kalau menjemputku! Aku kan capek, ingin cepat pulang dan istirahat" Sungut Bianca meluapkan kekesalannya. "Iya, iya! Aku minta maaf ya, lain kali aku janji akan datang tepat waktu!" Gevano meraih tangan Bianca lalu mencium punggung tangan gadis itu. "Sudah ya jangan marah lagi!" "Janji ya sayang nggak bakal begitu lagi!" Ucap Bianca. Kemudian ia memeluk pinggang Gevano dan menyandarkan kepalanya di d**a kekar tersebut. Tidak lama kemudian Gevano dan bianca pulang bersama. "Mami" Teriak Bianca yang sudah tiba di kediaman Binson. Ia mengukirkan tangannya dan memeluk calon mertuanya itu. "Bianca sayang, kamu sudah datang?" Ucap Mami Lisa memeluk calon menantunya itu. "Maaf ya, Ma! Bianca telat datangnya, habisnya Gevano datangnya lama" Adu Bianca dengan manja kepada Mama Lisa. Seketika mama Lisa melototi Gevano yang tampak cuek tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ia pun masuk berjalan menuju kamarnya tanpa banyak bicara. "Ayo sayang, kita masuk kedalam! Mami baru siap bikin kue, kamu bantu cicipi ya!" Ucap Mami lisa dengan lembut. Ia langsung menggandeng tangan Bianca untuk masuk menuju ruang keluarga. Dua jam kemudian, Gevano turun untuk makan malam. Ia sudah melihat semua keluarganya berkumpul di meja makan. Ia pun bergegas memoercepat langkah kakinya. "Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga!" Celetuk Gandi Adiknya Gevano dengan kesal. Pasalnya ia sudah sangat lapar, karena kakaknya belum turun terpaksa ia menahan rasa laparnya. Gevano menarik kursi disebelah kiri Papinya. Sedangkan disebalah ya ada Bianca. "Makanlah! Tunggu apa lagi!" Ujar Gevano sambil melirik ke arah adiknya. Dengan wajah kesal Gandi mulai mengambil nasi dan lauk pauknya. Rasanya ia memukul kepala abangnya itu. "Oh iya Gevano! Apa pernikahan kalian tidak bisa di percepat? Mami sudah tidak sabar memiliki cucu yang lucu" Pinta Mami Lisa tengah-tengah makan makan malam mereka "Uhuuukk Uhuukk Uhukkk" Tiba-tiba Gevano tersedak makanannya sendiri. Dengan Sigap Bianca menyodorkan air putih ke arah Gevano. "Minum dulu sayang! Jangan buru-buru makannya, jadi tersedak kan!". Gevano menerima gelas tersebut dan meminumnya hingga tandas. "Astaga! bagaimana bisa aku lupa dengan gadis itu?" Batin Gevano. Ia sama sekali tidak mengingat gadis yang baru dinikahinya. Memikirkan Istri kecilnya membuat Gevano tidak fokus untuk makan. "Kira-kira ia sedang apa ya? Sudah makan apa belum? Ah sial, aku sampai lupa lagi!" Kata Gevano dalam hati. Ia sungguh merutuki kebodohannya. Sedangkan di dalam kamar, orang yang dipikirkan Gevano sedang asik memandang bintang malam di balkon kamarnya. Grace nampak melamun, perkatan Ibunya tadi siang masih berputar-putar di kepalanya, perasaan bersalah pun mulai menggerogoti hatinya. "Ibu, Maafkan Grace karena tidak bisa menepati janji untuk menjaga diri, Maafin Grace karena sudah mengecewakan Ibu! Hiks..." Grace menangis sendirian, Udara dingin malam yang menusuk tulang tidak ia hiraukan. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena merasa menjadi manusia paling hina karena sudah menjual dirinya. Apakah dia pantas menerima kata 'maaf' di kemudian hari? Jawabannya adalah 'tidak' pikirnya. Grace semakin terisak dalam diam dengan bahu bergetar. Biarlah untuk malam ini ia akan mencurahkan semua isi hatinya. Hingga esok ia akan kembaki tersenyum. Grace memeluk dirinya sendiri, hari sudah menunjukan pukul dua belas malam. Namun gadis itu masih betah berdiam diri di balkkn kamarnya. Semilir angin malam menyapu lembut wajah cantiknya. Rintik gerimis mulai membasahi alam semesta. Grace menggosok-gosokan kedua telapak tangannya untuk mengahalau dingin, sesekali ia meniup-niup kedua telapak tangannya untuk memberi kehangatan. Gadis itu memejamkan mata cantiknya lalu menghirup napas dalam-dalam. Tiba-tiba ia merasakan merasakan kehangatan saat ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Grace mengenali Bau Maskulin dari tubuh orang yang memeluknya. "Ini sudah malam, masuk lah! Aku tidak mau istri kecilku jatuh sakit! Bisik Gevano tepat di telinga Grace. Membuat bulu kuduk gadis itu seketika meremang. Grace membuka matanya saat Gevano membalikan tubuh Grace menghadap dirinya. Sontak kedua netra indah tersebut bertemu dan saling mengunci satu sama lain. "Aku menginginkan mu malam ini sayang!" Degh,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD