Penyesalan Gevano

1172 Words
Setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya, Grace dengan cepat keluar dari perusahaan tersebut dengan hati terluka. Ia berjalan kaki tak tentu arah selama satu jam, hingga ia melihat sebuah taman dan berjalan ke sana. Setibanya di taman, wanita cantik itu memilih duduk di sebuah pohon rindang. Ia termenung mengingat perkataan Gevano tadi yang menudingnya mengikuti pria itu. Meski hidupnya sangat miskin bukan berarti pria itu dengan gamblang menghiannya. Raisa pun juga sadar diri, jika ia mengetahui akan di tempatkan di posisi itu, sudah pasti ia akan menolak. "Apa serendah itu aku di mata kamu, Mas? Ckk, aku bahkan lupa jika aku sudah menjual diriku pada pria itu!" Gumam Grace sambil tersenyum getir. Wanita cantik dengan surai coklat itu mengusap sudut matanya yang berair. "Perempuan sepertiku memang tidak pantas bekerja di perusahan. Lebih cocoknya jadi karyawan toko atau nggak jadi Asisten rumah tangga. Nasib ... Nasib...!" Gumam Raisa meratapi hidupnya. Pupus sudah harapannya untuk mengirimkan uang kepada Ibu dan adiknya, sekarang ia harus berusaha untuk mencari pekerjaan lagi. "Semangat Grace, kamu pasti bisa!" Gumam Raisa sambil memaksakan senyumnya. Gadis itu menjulurkan kedua kakinya kedepan, lalu kedua tangannya menopang tubuhnya di belakang agar tidak jatuh. Raisa mendogakkan kepala sambil menatap langit yang sudah mulai mendung, perlahan tapi pasti, tetes demi tetes nikmat Tuhan itu mulai membasahi bumi. gadis itu menikmati air hujan yang membasahi wajahnya, Ia tak berniat untuk beranjak sedikit pun dari sana. Biarlah untuk kali ini ia akan membagi kepedihan hatinya degan alam semesta. * Mendengar penjelasan Jaka membuat Gevano merasa bersalah, ia benar-benar merutuki kebodohannya telah menuduh gadis tidak bersalah tersebut. Tuuuuut ... Tuuutt ... Gevono mencoba menghubungi istrinya namun tidak ada jawaban dari sana. Pria tampan itu pantang menyerah, ia mencoba lagi dan lagi. "Angkat teleponnya, Grace! Please, Jangan begini dong!! Jangan buat aku cemas begini!" Gumam Gevano sambil menarik rambutnya frustasi. Ia takut Grace pergi dan meninggalkan dirinya, bagaimana pun perjanjian mereka masih lama. Entahlah, hanya itu alasan yang tepat untuk menyangkal hatinya. Karena merasa tidak tenang, Pria itu berdiri lalu melangkah cepat meninggalkan ruangannya. Dengan buru-buru ia masuk ke mobil dan segera menghidupkan mesinnya. Selama di perjalanan perasaan Gevano tidak tenang, ia masih mengingat kata-kata pedas kepada Grace. Sungguh ia sangat menyesal sekarang. Tidak membutuhkan waktu lama, Gevano sampai di depan rumahnya, karena memang ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi meski sedang hujan lebat. Setelah menekan kode, Pria tampan dengan rahang tegas tersebut dengan tergesa-gesa memasuki rumah mewahanya. "Grace! Grace! Teriak Gevano dari bawah. Namun tidak ada sahutan dari perempuan tersebut. Ia segera berlari kecil menuju kamar meraka berharap istrinya itu berada di sana. Ceklek! Pintu terbuka, menanpakan kondisi kamar yang masih gelap gulita menandakan memeang belum ada irang yang masuk. Gevano mengerinyitkan dahinya, "Kemana dia? Tidak mungkin kan kalau dia belum pulang!" Gumamnya. Pria itu berjalan ke kamar mandi, barang kali Grace memang di sana dan sengaja tidak menghidupkan lampu kamarnya. Namun saat Gevano membuka pintu kamar mandi tersebut, lagi-lagi ia tidak menemukan istrinya di dalam sana. "Ah, sial kemana dia?" Ujarnya dengan kesal. BRAK!! Gevano membanting pintu kamar mandi tersebut Pantang menyerah, Gevano menyusuri setiap kamar dan setiap sudut rumahnya tersebut. Jantungnya semakin berdetak cepat saat tak menemukan Grace di mana pun. Pikirannya sudah di penuhi oleh hal-hal buruk, ada rasa tidak nyaman di dalam hatinya. Ia takut jika Grace benar-benar pergi meninggalkan dirinya. Gevano tertunduk lesu, ia masih tidak rela jika Grace meninggalkannya. Ia sudah mukai terbiasa oleh gadis itu, Entah itu cinta atau apa yang jelas ia tidak mau jauh-jauh dari istrinya itu. "Maafkan, aku! Tolong kembalilah!" Ungkapnya dengan tulus. Ia sungguh menyesali atas apa yang terjadi. Tidak ingin membuang waktu, Gevano keluar dan segera masuk ke dalam mobilnya. Ia akan mencoba mencari Garce keliling kota ini sampai ketemu. Bruumm ... Dengan kecepatan tinggi, mobil sport mewah tersebut melaju pesat meninggalkan kediaman mewahnya. Karena hujan yang begitu lebat, membuat jalan memutih dan jarak pandangnya terbatas. Pria itu pun menurunkan kecepatan mobilnya agar tidak ada yang terlewat. . Satu jam berkendara tapi belum juga membuahkan hasil, beberapa kali Gevano memukul-mukul kuat stir kemudinya untuk menumpahkan segala emosinya. Pria itu menepikan mobilnya di sebuah taman, ia kembali merenung. "Kemana lagi aku mencarimu, Grace? Pulanglah! Aku sangat merindukan mu." Ucapnya tanpa sadar terasa ia menitikan air matanya. kemudian ia menepikan mobilnya di sebuah taman, Gevano menyadarkan punggungya di kursi kemudi sambil memejamkan mata. Pria itu memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Otaknya masih memikirkan Grace, kemana gadis itu akan pergi hujan-hujan begini. Gevano membuka mata, ia melirik jam tangannya ternyata hari sudah malam. Ia pun segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang karena masihbdi guyur hujan. Saat di tengah jalan, Netranya tidak sengaja memangkap siluet yang tidak asing baginya. Mobil Gevano mencoba memdekati wanita tersebut, saat sudah dekat ia memastikan lagi, dan ternyata benar wanita yang berjalan di tengah hujan tersebut adalah Grace, Istrinya. Bergegas prianitu turun dari mobil untuk menghampiri Grace. Sedangkan Grece yang sedang berjalan dengan pikiran kosong tidak menyadari ada mobil mendekatinya. "Grace!" Panggil Gevano sedikit berteriak. Namun Grace tidak mendengarnya karena tertutup dengan suara air hujan yang turun. Pria itu pun berlari mendekati Grace yang masih berjalan sambil memangku kedua tangannya karena kedingin. Grap! Secepat kilat Gevano menyambar tubuh mungil itu dan memeluknya dengan erat dari belakang. Hatinya sungguh lega saat ini, karena istrinya sudah berada dalam dekapannya. Grace menyadari ada yang memeluknya lantas menoleh kebelakang, ternyata Gevanolah yang memeluknya. Ia hanya diam dan tidak tau harus bagaimana, apa lagi Grace melihat tatapan benci dan jijik yang di lemparkan ke padanya sewaku di perusahaan tadi. Sungguh telah membuatnya terluka. "Akhirnya aku menemukanmu! Tolong maafkan aku, Grace!" Ucap Gevano dengan tulus. Karena tidak ada pergerakan dari wanitanya, Gevano melerai pelukannya, Kemudian memutar tubuh mungil Grace ke arahnya. Dengan tatapan sendu, ia menyentuh dengan lembut kedua pipi Grace dengan tangannya. Ia dapat melihat mata istrinya membengkak seperti habis menangis dalam waktu yang lama. Rasa bersalah pun semkin menyeruak di rongga dadanya. "Maafkan, aku! Aku sungguh tidak bermaksud berkata seperti itu tadi, Grace. Tolong katakan kepadaku! Aku harus apa agar kamu mau memafkanku," Ucapnya sambil memandangi wajah yang sudah pucat tersebut. Grace tersenyum, lebih tepatnya memaksakan senyumnya. Tangan terulur untuk menyentuh kedua tangan Gevano yang bertengger di pipinya. "Tidak usah minta maaf, Mas! Kamu tidak bersalah sama sekali. Mungkin aku saja yang tidak sadar diri dan terlalu lancang melamar kesana!" Ucap Grace dengan lembut. Wanita itu tersenyum manis seakan tidak terjadi apa-apa, "Aku minta maaf ya, Mas! Karena aku sudah membuatmu tidak nyaman. Tapi kamu tenang saja, aku sudah mengundurkan diri kok dari sana," Ucap Grace. Lagi-lagi ia harus memaksakan senyumnya pada pria yang berstatus suaminya itu. Hati Gevano mencolos mendengarkan ucapan istrinya, sungguh ia semakin merasa bersalah atas ucapan kasarnya tadi. Bagaimana mungkin ia berburuk sangka pada gadis sebaik dan selembut Grace. Padahal ia sudah menyakiti hati gadis itu namun Grace masih saja minta maaf padanya. "Aku--" "Sudah, jangan bicara lagi! Ayo kita masuk kedalam mobil!" Ajak Gevano. Ia pun menuntun istrinya dengan lembut masuk kedalam mobil. Setelah masuk Gevano pergi dari tempat itu dan melajukan mobilnya. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedang menatap tajam kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD