5. Aman bersamaku

1028 Words
Sore ini Xian sudah selesai dengan tugas-tugas yang sudah dia lakukan. Xian tengah berada di depan lokernya sembari mengambil tas miliknya. Suara ketukan sepatu membuat Xian menolehkan kepalnya, pandangannya mendongak menatap sang pemilik sepatu. "Hai, Kak!" sapa Xian ketika melihat seorang wanita cantik berada di hadapannya. Wanita itu sangat cantik dengan bentuk tubuh proposional. Rambut panjangnya tergerai dengan indah. "Hai, siapa nama kamu?" tanya Sivana. "Xian," jawab Xian mengulurkan tangannya pada Sivana. Sivana menatap uluran tangan itu dengan seksama, Sivana tidak kunjung menyambutnya membuat Xian sangat kikuk. "Bukankan Prof Dino mengatakan untuk tidak berjabat tangan sembarangan?" tanya Sivana menaikkan sebelah alisnya. "Eh ... itu. Saya tidak tau apa maksud Pofesor," jawab Xian kikuk. Tadi Xian juga tidak paham dengan alasan Dino yang tidak memperbolehkannya untuk berjabat tangan dengan Sivana. "Nama saya Sivana. Salam kenal," ujar Sivana tanpa mengulurkan tangannya. Xian menganggukkan kepalanya dan menarik uluran tangannya dengan perasaan tidak enak. "Salam kenal, Kak!" "Mau pulang bersama?" tawar Sivana. "Apa kita satu arah?" "Mungkin. Di mana tempat tinggal kamu?" tanya Sivana. "Jalan Geylang Bahru nomer tujuh," jawab Xian. "Baik, kita searah. Ayo!" ajak Sivana. Xian pun mengikuti langkah teman barunya setelah memakai tas di pundaknya. "Kelihatan kamu dekat sekali dengan Profesor Dino. Benar begitu?" "Tidak terlalu dekat. Kami hanya dekat pas bekerja seperti ini, selebihnya tidak ada kedetakan apapun," jawab Xian. Xian merasa aneh saat Sivana menanyakan hal pribadi. Pertanyaan siapa Sivana dan apa urusan Sivana merasuki pemikiran Xian. Jangan salah sangka soal Xian. Meski postur tubuh mungil dan kecil, otak Xian sangat kritis. Gadis itu sangat pintar membaca situasi. Dan pertanyaan pribadi soal kedetakan perempuan dan laki-laki sangat tidak sopan. "Saya kenal dengan Profesor Dino. Dulu dia adalah dosen di universitas of texas tempat saya berkuliah. Dino sangat disiplin dalam bertugas, kadang bibirnya itu sangat pedas kalau sudah terbuka," ujar Sivana dengan santai. Xian menganggukkan kepalanya mengerti. Awal dia bertemu dengan Dino dulu juga begitu, Dino sangat kejam kalau sudah bersuara. "Oh iya, apa cita-cita kamu?" tanya Sivana. "Saya ingin mendirikan laboratorium sendiri dan menciptakan robot pribadi," jawab Xian. "Lalu kenapa kamu magang di bagian kimia? Itu tidak ada hubungannya dengan mekanik robot." Sivana berkata dengan bingung. "Memang tidak ada, tapi robot yang ingin saya buat adalah robot pembersih. Di mana robot itu memerlukan cairan kimia di dalamnya yang bisa membersihkan seluruh rumah. Ini hanya ide mentah, tidak tau kapan bisa saya laksanakan," jawab Xian. "Kamu menarik," ujar Sivana menepuk bahu Xian dengan pelan. Xian mengangguk-anggukkan kepalanya. Cita-cita Xian memang ingin membuat robot pembersih yang multifungsi hanya dengan ucapan berupa perintah. Tidak pakai remot sudah bisa mengerti dengan apa yang diperintahkan. Namun untuk membuat robot itu Xian masih belum kepikiran sama sekali. "Berhenti!" ucap suara seorang pria membuat Xian dan Sivana menghentikan langkahnya. Kedua perempuan itu kompak menolehkan kepalanya. Mereka mendapati DIno yang tengah berdiri tegap menatap keduanya dengan tajam. Langkah Dino sangat tegas menghampiri Xian, Xian yang melihat Dino tampak lebih tampan dengan rambut acak-acakan pun hanya bisa menganga lebar. Xian menyukai tampilan Dino yang sangat manly seperti ini. "Mau ke mana?" tanya Dino pada Xian. Dino menatap intens manik mata Xian yang juga menatapnya. "Kami mau pulang. Apa profesor sekalian bareng kami?" jawab Sivana sembari bertanya di kalimat selanjutnya. "Tidak, saya bawa mobil," jawab Dino. "Bagaimana kalau kita makan dulu? Saya baru kenal dengan Xian, biarkan saya lebih dekat dengan dirinya!" ujar Sivana. Ucapan Sivana membuat Dino menatap gadis itu dengan tajam, mata Dino mengisyaratkan satu pertanyaan 'Apa yang kamu rencanakan sekarang? "Boleh boleh," ucap Xian antusias. "Tapi ...." "Jangan menolak, profesor. Ini pertemuan kita juga setelah sekian tahun tidak bertemu." Sivana menyela ucapan Dino. Karena tidak mau menimbulkan kecurigaan untuk Xian, Dino pun menggiyakan. Mereka keluar dari gedung perusahaan dan menuju rumah makan sebrang jalan. Tidak ada pembicaraan saat berjalan, mereka seakan sibuk dengan pemikirannya masing-masing. "Oh iya, Profesor tidak ada tugas untuk mengidentifikasi di luar lagi? Kayak kapal tempo lalu," ucap Xian. "Mungkin ada," jawab Dino dengan dingin. "Profesor tidak ada trauma? Peledakan itu sangat hebat, kalau priofesor kenapa-napa bagaimana/" tanya Xian. "Saya akan menemukan siap dalang di balik itu. Sebentar lagi akan ketemu juga," ucap Dino. Sivana menegang, perempuan itu tersentak dengan ucapan Dino. Sedangkan Dino tetap santai, saat sampai rumah makan dia segera masuk dan duduk di tempat yang dekat dengan pintu. "Kalian yang mengajakku ke luar, kalau kalian celaka karena di dekat saya, itu bukan salah saya," ucap Dino dengan santai. Bahkan Dino tengah memainkan teko air putih yang terletak di atas meja. "Kenapa bisa begitu?" tanya Xian yang sudah panik, bahkan gadis itu menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan Dino. Sivana menggenggam tangannya sendiri dengan erat. Entah kenapa dia merasa tersindir dengan ucapan Dino. Sivana tidak bisa memastikan kalau sebenarnya Dino sudah tau kalau dia dalangnya atau bukan. Ekspresi Dino tidak bisa dia baca dengan mudah. "Profesor kenapa tidak takut sama sekali? Kalau ada yang menembak kita bagaimana?" tanya Xian merangkul lengan Dino. "Hussst! Diamlah Xian!" ucap Sivana dengan tegas. Sivana yang belum sempat duduk segera mendekati Xian dan melepas paksa rangkulan Xian pada Dino. Dino menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah Sivana, "Apa yang kamu lakukan?" tanya Dino heran. "Saya tidak ingin kalau terjadi rumor Profesor terjebak scandal dengan anak magang," jawab Sivana beranjak duduk. "Apa urusannya denganmu?" "Jelas ada urusannya, kita sekarang satu tim walau kita beda kelompok. Saya di biologis hewan dan kamu di cairan kimia untuk obat. Walau begitu kita tetap satu!" tegas Sivana. Dino mencibir dalam hati, pria itu menghujat di hatinya kalau CEO sudah salah menjadikan Sivana leader di Tim Biologis. Padahal leader sebelumnya sangat berkompeten dan sangat pintar, tapi sayang sudah pensiun karena sudah tua. CEO memang menempatkan Sivana sebagai leader karena melihat transkip nilai perempuan itu yang bagus. Sedangkan Dino menjadi leader di tim kimia dan indentifikasi. Tak berapa lama, makanan yang mereka pesan tiba. Selama makan Xian sama sekali tidak jenak, dia takut dengan perkataan Dino. Kalau tiba-tiba restoran ini meledak, itu sungguh menakutkan. "Kenapa tidak dimakan?" tanya Dino yang melihat Xian hanya melamun. "Egh ini mau dimakan," jawab Xian. Dino menganggukkan kepalnya, walau terlihat santai sebenarnya Dino tengah mengawasi sekelilingnya. Dino siap siaga kalau ada yang tiba-tiba menyerangnya. "Saat kau terus bersamaku, itu tandanya kau aman Dino!" ucap Sivana dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD