2. Jebakan

1003 Words
Dino dan Xian tengah mengamati sebuah kapal pesiar yang sangat besar. Pria itu terjun ke Lorong bawah kapal dengan membawa senter. Tangannya menyentuh bagian karat yang sangat parah. Xian dengan lancang juga menyentuhkan jemarinya di sana. Namun, belum sempat menyentuh badan kapal tersebut, tangannya langsung ditepis oleh Dino. “Jangan dipegang tanpa sarung tangan!” ucap Dino. “Tapi profesor memegangnya,” protes Xian. Dino membalikkan tubuhnya menatap Xian. Perempuan itu tampak salah tingkah, sedetik kemudian Xian tertawa cengengesan menutupi kecanggungannya. “Jangan membantah dan kerjakan apa yang saya perintahkan!” tegas Dino. “Baik, Prof!” Dino menjelaskan proses pengaratan pada kapal itu secara garis besar pada Xian. Pria itu juga mengambil sampel karat yang akan dia bawa ke laboratorium. Tentu saja identifikasi mesin dia lakukan untuk memecahkan masalah kapal ini. “Kapal ini sepertinya produk gagal!” gumam Dino. “Sepertinya iya, Prof. Terlihat dari langit-langitnya juga bukan dari besi yang berkualitas,” timpal Xian. “Makanya saya tekankan pada kamu. Jangan buat apapun dengan setengah-setengah!” Xian menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Prof, apa Prof mencium bau aneh?” tanya Xian. Dino berhenti sejenak. “Sial, jebakan!” maki Dino segera menarik tangan Xian untuk menaiki tangga keluar dari Lorong bawah. Xian yang kaget berteriak histeris dan meninggalkan buku catatannya di sana. “Prof catatanku!” teriak Xian histeris. “Jangan pedulikan itu. Kita sedang dalam bahaya!” ucap Dino berhasil keluar dari Lorong bawah. Dino berlari masih menarik Xian untuk keluar dari kapal ini. Bukan sekali dua kali Dino mendapat jebakan seperti ini. Bau dalam kapal tersebut adalah cairan acetone yang diletakkan dalam wadah yang mudah terkontaminasi dengan panas atau api. Sifat bahan kimia Acetone sangat mudah meledak bila terkontaminasi dengan panas, apalagi dalam kapal juga tidak ada suhu ruang yang normal. Dino menarik lebih jauh Xian dari posisi kapal. Tidak sekali dua kali nyawa Dino terancam seperti ini. Menurut CEO tempatnya bekerja, Dino adalah incaran perusahaan lain untuk menawarkan kerjasama. Bahkan ada yang berani membayar mahal seorang Dino, karena Dino hanya ingin mengabdi pada PSANAL, terjadilah kontra yang menyebabkan mereka berbondong memburu Dino. Bagi orang-orang curang, Dino adalah ancaman. Dino pernah mengungkap kasus matinya ribuan lumba-luma yang terdampar di pesisir laut. Dino mengungkap kasus itu karena adanya beberapa orang yang menyebarkan racun dan memancing lumba-lumba untuk mendekat, saat banyak lumba-luma mati, orang tidak bertanggungjawab pun mengambil siripnya untuk diburu. Setelah kasus itu terungkap, Dino berhasil meraih penghargaan sebagai peneliti terbaik. Bagi Dino, memburu sirip ikan lumba-lumba adalah kejahatan. “Prof, apa yang terjadi? Kenapa kita meninggalkan kapal?” tanya Xian yang masih mengatur detak jantungnya. Dino tidak menjawab, dia megamati kapal. Tinggal menunggu detik, cairan itu akan menguar dan menyebabkan ledakan. “Satu … dua … tiga …!” Xian berteriak histeris saat suara ledakan dan getaran yang dihasilkan itu memporak-porandakan badan kapal. Dino tidak beraksi apapun, pria itu melihat puing-puing yang berhamburan. Dino mengambil sebuah alat kecil dari sakunya yang berhasil dia ciptakan. “Daya ledak yang kecil!” gumam Dino setelah melihat alat pengukur ledakkan. “Jadi, kita dijebak di kapal itu?” tanya Xian. “Bisa seperti itu, Xian. Dunia ini kejam. Orang pintar bukannya dilindungi malah diburu,” jawab Dino tanpa ekspresi. “Apa Profesor tidak takut?” “Ketakutan hanya milik pengecut!” Xian menatap penuh terpesona ke arah Dino. Xian memutuskan kalau dia mengagumi sosok itu. “Kembali ke rumah. Jam kerja kita sudah habis.” “Soal penelitiannya?” “Kamu mau meneliti kapal hancur itu? Dari sini saya sudah bisa meneliti. Kalau dalam kapal itu reaksi produksi dan oksidasi sangat cepat hingga pengaratan itu bisa terjadi. Dan zat yang kamu cium tadi adalah zat acetone yang bisa meledak. Daya ledak rendah dan tugas kamu adalah mengukur frekuensi getaran dengan rumus F sama dengan N dibagi T. Kumpulkan besok di ruangan saya!” jelas Dino panjang lebar yang ujung-ujungnya memberikan tugas. “Baik, Prof!” jawab Xian pasrah. Dino mengangguk dan melenggang pergi. Xian mengikutinya dari belakang. Tidak ada yang tau apa yang sesungguhnya dipikirkan Dino. Dino sedang dalam masa terguncang akibat kejadian yang tidak terduga. Terbesit pertanyaan kenapa harus dirinya yang diincar? Dino rasa, ada sesuatu yang tidak beres membuatnya selalu dicelakai di mana-mana. Dino melirik kanan kirinya, dia harus hati-hati terhadap bahaya yang menyerang. Di belahan bumi lainnya, seorang wanita muda tengah menonton berita luar negeri dengan seksama. Wanita itu mencengkram kertas yang dia pegang sampai lusuh. “Profesor Dino ternyata pintar juga,” ucap Sivana Sausena. Sivana Sausena merupakan mantan mahasiswi di University of Texas, dosen pembimbingnya waktu itu adalah Dino. Gara-gara Dino, Sivana harus lulus lebih akhir karena nilainya yang selalu jelek. Sivana yang lahir dari keluarga terpandang, langsung mendapat makian dari orang tuanya karena dianggap mencoreng citra nama baik. Karena Dino, Sivana harus menanggung malu karena gunjingan rekan papanya. Mereka menilai Sivana adalah mahasiswi bodoh karena tak kunjung lulus. Saat Dino sudah tidak menjabat sebagai Dosen lagi, Sivana baru bernapas lega karena dia bisa lulus di tangan dosen pembimbing lainnya. Saat ini tujuan Sivana hanya satu, membalas dendam dengan Dosen sok pintarnya. Sivana juga yang sudah merencanakan peledak dalam kapal itu dengan bantuan orang-orangnya. “Apa menurut kamu, ini adalah perbuatan yang benar?” tanya Cameo, adik sepupu Sivana. “Seorang profesor sok pintar itu tidak akan bisa hidup tanpa meniliti. Membuatnya cacat adalah tujuanku. Saat dia masih hidup tapi tidak bisa berbuat apa-apa, maka tangisan yang bisa dia lakukan,” ucap Silvana dengan tersenyum setan. Sivana tidak akan membalas Dino dengan kematian, tapi dengan kesakitan. Karena Dino, dirinya tak lagi mempunyai nama di keluarganya. Kali ini, Sivana tidak akan melepaskannya. “Siapkan penerbanganku ke Singapura!” titah Sivana. “Besok tinggal berangkat!” ucap Cameo. Sivana menepuk bahu Cameo. Cameo tidak pernah mengecewakannya. Sivana, gadis licik yang selalu menghalalkan segala cara untuk misi balas dendamnya. Dia sudah melamar di perusahaan yang menaungi Dino sebagai ahli kimia. Sivana percaya kalau dirinya akan diterima, dan terbukti kalau pihak HRD menghubunginya dan menyerahkan kontrak kerja. Besok dia akan terbang ke Singapura dan siap bersaing dengan Prof Dino. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD