“Hmm, sepertinya kamu perlu berendam air es, biar kepalamu menjadi dingin!!” sahut Clara dengan mata menyorot galak. Ia meletakkan tasnya di antara dirinya dan Tabah yang digunakannya sebagai penghalang antara mereka berdua. Sisa perjalanan itu dilalui keduanya dalam diam, Terutama Clara yang enggan diajak bicara Tabah. Ia masih kesal, karena ulah Tabah banyak yang salah faham kepadanya, mereka pastinya berpikir, kalau dirinya gadis murahan yang bisa dirayu dengan mudah. Mobil berhenti di parkiran sebuah restoran. Tangan Clara terulur hendak membuka pintu mobil, tetapi tangan Tabah menutup tangan Clara, sehingga ia tidak bisa membuka pintu tersebut. Satu tangan Tabah yang bebas memegang rambut Clara. “Jangan curiga! Aku hanya ingin rambutmu kau gerai ke depan untuk menutupi lehermu!”