When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Beberapa hari setelah kedatangan mas Haikal dan kedua orang tuanya serta mas Haris ke rumah orang tuaku, aku masih belum bisa memutuskan tawaran mereka. Apakah akan menerima tawaran rujuk mas Haikal, atau menerima memulai hidup baru dengan mas Haris? Sebuah keputusan yang sulit bagiku. Apalagi kedua orang tuaku menyerahkan sepenuhnya keputusan itu pada diri ini. Mama yang semula mendukung penuh agar aku memulai lembaran hidup baru bersama dengan mas Haris, kini sepertinya menarik dukungannya semenjak mas Haris mengaku sebagai calon suamiku secara sepihak. Walaupun sudah dijelaskan alasannya, tetap saja mama tak bisa menerima karena menurutnya mas Haris agak arogan dengan mengklaim diriku, padahal melamar juga belum. Meskipun begitu mama mengatakan, akan menghargai keputusanku apabila pada