When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Usai makan malam, mas Haikal mengajakku ke suatu tempat. Dia mengajakku ke pantai, karena kebetulan restoran tempat kami makan malam berada di dekat pantai. Mas Haikal mengajakku berjalan menyusuri tepian pantai. Sepatunya dan high heels milikku, kami taruh di dalam mobil. Kami berjalan dari area parkiran mobil menuju pantai tanpa alas kaki. Kami berlari kecil menuju tepi pantai sambil tertawa, layaknya seorang remaja yang sedang berkencan untuk pertama kalinya. “Terima kasih, Manda,” ucap mas Haikal ketika kami sedang berjalan di tepi pantai. “Untuk?” tanyaku yang spontan menghentikan langkah. “Telah bersedia makan malam denganku, dan menemaniku jalan-jalan di tepi pantai,” sahut mas Haikal dengan tangannya yang terulur dan kemudian menggenggam jemariku. Aku sendiri seperti terhipnoti