Telepon dari Arsen tentu saja tak akan ia angkat. Ia menurunkan bantal dari atas wajahnya. Ia tak paham dengan apa yang ia mau. Bahkan hingga beberapa hari ini pun, ia tak berniat untuk melakukan apapun. Hingga hari ini tiba-tiba salah satu pembantunya datang dan mengetuk pintu kamarnya. "Ada temen non di bawah!" Pasti bukan Weni. Karena kalau gadis itu yang datang, Weni pasti sudah menyelonong masuk ke kamarnya. Lagi pula Weni juga bukan teman melainkan sepupu. Gadis itu mungkin sibuk di kantornya? "Siapa?" Ia lagsung deg-degan. Jangan bilang Riza? Heiish. Ada apalagi cowok itu datang? Kali ini berani sekali heh? Tapi kebetulan sekali mamanya sedang liburan. Karena tadinya ia diajak, tapi ia enggan. Ia tak mau. Tak mau ke mana pun. Ia langsung beranjak duduk. Was-was kalau Riza yang