Bab 5

1101 Words
Sampai di rumah Andrew langsung masuk ke kamarnya. Laki laki itu sangat kesal, pengen emosi terus bawaannya. "Ya Tuhan! Kenapa sekarang Aruna begitu menyebalkan!!!" Pekik Andrew. Untung saja kamarnya kedap suara, jadi teriakannya tidak mengagetkan seluruh penjuru rumahnya itu. Karena kesal dia langsung berbaring di ranjangnya,dia mencoba mengecek ponselnya dan tidak ada notifikasi dari Aruna. Andrew jadi kepikiran, apa mungkin Aruna sudah menyerah denganny? Kenapa sekarang Aruna biasa biasa dan terkesan menjauhi nya? Entahlah dia masih menerka nerka dengan apa yang terjadi. Dia lalu mulai mencoba mengirim pesan terlebih dahulu dengan Aruna, laki laki itu bahkan setiap selesai menulis langsung menghapus pesannya lagi Begitu terus sampai dia mengirimkan pesan yang terlihat sangat bodoh saking dia tidak tau mau mengirim pesan apa. Aruna, apakah ponselku ketinggalan di sana? Ketik Andrew pada pesannya. Tak lama kemudian terdapat balasan dari Aruna. Lha, om sekarang pakai ponsel siapa? Nomor dan namanya juga tetep Ah bercanda AE bisanya Jawab Aruna, Andrew menepuk pelan dahinya "ya Tuhan bodoh sekali aku, bahkan cara pedekate pun aku tidak bisa" monolog Andrew. *** Aruna tertawa ngakak melihat chat yang dikirimkan oleh Andrew, entah kenapa dia yang biasanya cuek dan bahkan nggak pernah mengirim pesan terlebih dahulu padanya sekarang malah nyoba ingin dekat padanya. Padahal laki laki itu sendiri yang bilang kalau dia hanya teman kakaknya dan nggak lebih. Eh malahan sekarang mulai mendekatinya, "kerjain ah" monolog Aruna. Om, kepala Aruna pusing beliin obat di apotek dong. Aruna ga tega bangunin kakak. Coba lihat Andrew bakalan datang kesini apa nggak ya, emang dia beneran masih lumayan sakit kepalanya dan sialnya obat yang biasa dibelinya habis. Mana udah jam 10 malam lagi, dia tadi terlalu asik ngobrol dengan teman temannya sampai lupa waktu. Udah hampir seperempat jam, pesan darinya belum di jawab tapi cuman di baca. Aruna kira om om itu udah berubah eh ternyata sama aja sama sama menyebalkan. "Kesel!!" Aruna langsung menarik selimutnya dia kesal dengan Andrew. Lebih baik dia tidur sekarang dari pasar Menunggu sesuatu yang tidak pasti, lebih baik dia tidur. Aruna tidak tau jika Andrew langsung keluar rumah menuju apotek, bahkan pertanyaan mamahnya pun hanya di jawab singkat. Andrew bilang kalau mau anterin obat buat Aruna kepada mamahnya, dan Diandra langsung menganggukkan kepalanya. Mana sudah malam begini, Diandra hanya berpesan agar anaknya hati hati di jalan. Pukul setengah sebelas malam Andrew sudah sampai di depan rumah sahabatnya, Andrew langsung menelpon Aruna karena pintu depan sudah terkunci. "Hemmm" erang Aruna, dia terbangun dari tidurnya karena telpon ini mengganggunya. "Bukain pintu, aku di depan" ucap Andrew. "Ha? Didepan mana?" Tanya Aruna masih linglung. "Di depan rumah kamu Una, katanya obat kamu habis?" "Eh eh bentar ini siapa?" Tanya Aruna bloon, udah ngangkat telpon sambil merem ya ga tau lah dia. "Aku Andrew, buruan buka pintunya banyak nyamuk nih" kesal Andrew langsunng mematikan telponnya. Aruna langsung membuka matanya lebar lebar, dia melihat siapa yang baru menelponnya. Dan benar itu Andrew, Aruna kira tadi hanya ada dalam mimpinya tapi ternyata ini nyata. "Ya Tuhan Aruna nggak mimpi!!!" Monolog Aruna langsung keluar dari kamarnya. Aruna sampai berlari menuju lantai satu, dasar anak ini memang sangat ceroboh udah tau tangga masih aja dibuat lari larian. Dengan ngos ngosan Aruna membuka pintu dan hanya ada ekspresi malas dari Andrew, laki laki ini sangat kesal karena kelamaan basa basi dengan Aruna yang sedang setengah sadar seperti tadi. "Ini, buruan minum. Aku mau balik" ujar Andrew. "Ngapain balik sih om? Udah malam, tidur sini aja temenin Aruna ngobrol dulu, Aruna ga bisa tidur" tuh pinter banget bohongnya, padahal dia tadi tidur tapi tetap saja ga ngaku. Andrew terpaksa masuk kedalam karena Aruna menggeret lengangganya. Aruna langsung mengunci pintu depan dan mengajak Andrew ke ruang keluarga. Dia ingin menonton film dengan Andrew, siapa suruh tiap kali Aruna mengajaknya untuk nonton Andrew selalu menolaknya. Bahkan seakan akan alasannya nggak habis habis kalau untuk Aruna. "Roti bakarnya buat Una?" Tanya Aruna ketika melihat roti bakar di kantung plastik yang Andrew bawa. "Buat aku sendiri" jawabnya judes. "Pelit" kesal Aruna, dia langsung menuju ke dapur untuk mengambil minum. Setelah itu dia langsung meminum obat yang sudah di belikan oleh Andrew itu, efek dari obatnya membuat Aruna mengantuk padahal mereka baru saja menonton film dua puluh menit. Efek obat ini bekerja dengan cepat. "Una Una, kenapa sih gengsi. Kalau ngantuk ya bilang ngantuk gengsi aja kamu gedein" monolog Andrew. Laki laki itu langsung menggendong Aruna menuju ke kamar tidur gadis itu, berada di dekat Aruna membuatnya sadar 'aruna sangat cantik, dan dia baru menyadari itu' batin Andrew. Andrew langsung merebahkan Aruna di ranjangnya, wajahnya kini snagat dekat dengan gadis itu. Entah apa yang merasuki Andrew hingga dia menempelkan bibirnya tepat di bibir gadis itu. 'Ya Tuhann' batin andrew, badannya sekaan terasa seperti tersengat listrik. Bibir Aruna manis seperti senyum gadis itu, kenapa Andrew baru menyadarinya. Dia ada suatu ketertarikan dengan gadis yang ada di depannya ini. Walau hanya kecupan singkat, sukses membuat Andrew selalu terbayang bayang akan manisnya itu. 's**t' pekik Andrew dalam hati, kenapa dia bisa menegang hanya karena kecupan sekali itu? Padahal sebelumnya dia tidak pernah merasakan itu. Tumbuh bersama sama dengan Aruna dia sudah menganggap gadis ini sebagai adiknya sendiri. Tapi perasaanya berubah ketika Aruna dekat dengan laki laki sebayanya. Ada perasaan tidak suka dengan itu semua, tapi dia hanya diam . Dia merasa sudah menjilat ludahnya sendiri, dulu dia selalu menolak nolak Aruna dan berkata kalau mereka hanya adek kakak tapi sekarang dia seperti kebakaran jenggot kalau Aruna dekat dengan laki laki lain. Andrew langsung keluar dari kamar Aruna, dia menuju ke kamar tamu yang biasa dia pakai. Dia harus mandi air dingin sekarang, miliknya sudah terlalu terangsang padahal hanya karena satu kecupan. Memang Andrew akui ini ciuman pertama mereka,. Bukan ciuman tapi lebih tepatnya mencuri ciuman pertama dari gadis yang selalu di tolaknya itu. "Ya Tuhan, Aruna..." Lirih Andrew. Dia menuntaskan hasratnya dengan tangannya sendiri, ah sudah berumur tapi masih jomblo ya gini resikonya. Padahal yang lainnnya sudah memiliki 2-3 anak tapi dia, dapat jodoh pun belum. Dasar Andrew kebanyakan gaya emang, nyesel nanti kalau Aruna kecantol cowok lain. Semua yang mendekati Aruna mana cakep dan kaya semua, kalau dari segi finansial dia tidak kalah tapi malah melebihi tapi kalau segi umur ya Tuhan umur mereka terpaut sangat jauh tapi Aruna masih saja menyayanginya tapi dengan bodohnya Andrew menarik ulur perasaan gadis itu. Andrew mungkin tidak tau jika perasaan orang bisa berubah, apalagi setelah ditolak berkali kali. Hanya orang bodoh yang menerima itu setelah menolaknya. Dan Aruna salah satunya, dia masih sangat menyukai laki laki yang cocok dipanggil sebagai om nya itu. Kebersamaan dia memang membuat hatinya luluh dan perasaan saya berubah menjadi cinta karen kebersamaan itu. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD