Penolakan Kejam

1097 Words
Lucas menghampiri gadis itu dengan penuh percaya diri. Dia berjalan ke meja gadis itu dengan gaya, seperti biasanya ketika dia sedang tebar pesona. “Hai,” sapa Lucas dengan ramah. Gadis yang bersama Alexis, tersenyum menyambutnya. “Hai, siapa kau?” “Aku temannya,” jawab Lucas seenaknya. Dia menunjuk Alexis dengan dagu. Alexis yang sedang memalingkan wajahnya ke arah lain, seketika mendengkus kesal. “Aku tidak kenal denganmu!” ucapnya ketus. “Kalau begitu, perkenalkan, aku Lucas Damian Dirgantara, kalau kau siapa?” Alexis menatap tangan pria yang terulur ke arahnya. “Aku tak ingin berkenalan denganmu.” “Lex, kenapa kau begitu dingin?” bisik temannya, Nayla. “Aku Nayla. Dan ini adalah Alexis, temanku,” kata Nayla seraya menyambut uluran tangan itu. “Ck, jangan memberitahu namaku pada sembarang orang!” decak Alexis tak senang. “Ayolah, Lex,” sahit Nayla dengan santainya. “Bisa tidak, kita pergi sekarang? Aku tak suka di sini.” Alexis menekuk wajahnya dengan cemberut. Dia jelas tak menyukai kehadiran seorang pria asing yang kurang ajar itu. “Kenapa kau harus terburu-buru, Alexis?” goda Lucas dengan cengiran lebar. “Mari kita nikmati malam ini bersama.” “Tidak,” tolak Alexis seraya bangkit berdiri. “Aku sebaiknya pergi sendirian saja.” Lucas dan Nayla saling tatap. Dengan cekatan Lucas mengambil kesempatan itu untuk mengejarnya, meninggalkan teman Alexis sendirian dengan beberapa perempuan lain. “Hei, Alexis!” panggil Lucas tak mau menyerah. “Kau mau ke mana?” “Bukan urusanmu,” sahut Alexis tanpa menoleh. Dia terus berjalan dengan angkuh. “Kau tahu, kau nampak cantik malam ini,” puji Lucas sambil menyamakan langkah dengan gadis itu. “Aku tahu,” ucap Alexis tanpa berterima kasih. Gadis yang angkuh, batin Lucas. “Baiklah, kau memang sangat cantik. Karena itu, maukah kau menghabiskan waktu malam ini bersamaku?” Alexis menoleh menatapnya dengan kening mengernyit. “Untuk apa aku harus?” “Karena aku menginginkan dirimu.” Langkah Alexis terhenti. Dia berdiri menghadapi Lucas dengan menantang. “Lalu? Apa kau pikir aku akan bersedia menemanimu hanya karena kau yang menginginkannya?” Lukas mengangguk dengan jelas. “Tentu saja. Kau pasti mau bersamaku. Semua gadis, tanpa terkecuali tak akan mampu menolak pesonaku.” Alexis harus mengakui, lelaki di depannya ini memang memesona. Dia memiliki penampilan yang menarik dan wajah yang tampan. Tetapi, semua penampilan itu tak ada artinya dengan sikapnya yang sembrono. “Lagipula, aku ini kaya raya. Kau tak akan menyesal jika memberikan aku tubuhmu. Aku bisa membayarmu dengan banyak uang, jika kau mampu memuaskan aku.” Gemuruh di d**a Alexis membuatnya menatap dengan marah. “Kau pikir aku gadis murahan?” semburnya. “Ayolah, jangan sok jual mahal. Aku tahu betul gadis-gadis sepertimu hanya ingin dikejar-kejar bukan?” Ucapan Lukas terdengar begitu menghina di telinga Alexis. Siapa yang tidak marah jika dikatai seperti itu? “Jaga mulutmu!” ucap Alexis dengan nada tinggi. Lucas tersenyum lebar. “Sebutkan saja berapa harga yang kau minta. Seratus juta? Dua ratus juta? Lima ratus juta?” Alexis berdiri dengan kedua tangan terkepal erat, merasa geram dengan tingkah laku cowok kurang ajar itu. “Asalkan kau mau memberikan tubuh indahmu kepadaku—“ “Cukup!” sela Alexis dengan marah. Lucas menatapnya masih dengan tatapan merayu. Dia bahkan merogoh sakunya dan meraih dompet, kemudian menunjukkan lembaran uang kertas berwarna merah yang tebal. Diraihnya uang itu lalu dikibar-kibarkan di depan wajah Alexis. “Ayolah, katakan saja padaku berapa hargamu!” tanya Lukas blak-blakan. PLAKKK! Sebuah tamparan keras sukses mendarat di pipi kiri Lucas, membuatnya terdiam beberapa detik. Sebelah tangannya memegangi pipi yang terasa panas. Sementara musik yang dimainkan dengan kencang tak mampu menutupi kerasnya suara itu. Beberapa orang menoleh, termasuk Septian dan kawan-kawannya. Alexis berdiri di hadapannya dengan raut wajah terhina. Dia tak terima dengan sikap lelaki asing yang kurang ajar itu. Beraninya dia menawar harga diri Alexis. Memangnya dia pikir siapa dirinya? “Kau keterlaluan!” ucapnya di sela-sela rahangnya yang terkatup rapat. Alexis berjalan ke salah satu meja, meraih dua botol sampanye dan berbalik menyiram tubuh Lucas dengan cairan minuman itu. Byurrr! Lucas terdiam di tempat, tak mampu bergerak lantaran shock. Sampanye dingin itu merasuk ke dalam pakaiannya yang mahal. Ia nampak seperti anak kecil yang baru saja dimandikan. Semua orang yang berada di dekat mereka lantas menatap dengan heran. Mereka saling berbisik-bisik dan diam-diam menertawakan Lukas yang basah kuyup. “Kau pikir kau bisa membeliku dengan uangmu? Ambil ini!” Alexis melemparkan kembali uang Lucas ke depan wajahnya dengan keras. “Dasar pria m***m!” ucapnya lagi sebelum pergi keluar dari kelab itu. Semua orang sudah berhenti menari, menatap Lukas dengan tawa yang ditahan-tahan. Sementara Lucas dapat merasakan sensasi malu yang luar biasa. Dia tak pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya, terutama oleh seorang gadis. Septian dan teman-temannya nampak girang dari tempat yang tak jauh darinya. Rupanya mereka senang karena telah berhasil memenangkan taruhan itu. “s**l!” umpat Lukas dengan rahang terkatup rapat. “Aku akan membalasmu, Alexis! Lihat saja nanti!” ucapnya lagi dengan gelegak kemarahan. Septian dan teman Lucas datang mendekatinya sambil tertawa lebar. “Jadi, gimana Bro? Kau tidak berhasil menaklukannya kan?” tanya Septian. Lucas mendelik marah pada Septian. “Mungkin tidak sekarang, tapi nanti aku akan membuatnya takluk!” “Ck, jangan terlalu sesumbar. Kau tahu sendiri dia cewek yang sulit didekati. Sepertinya sih dia tidak akan takluk padamu dengan mudah.” “Kau meremehkan aku?” sahut Lucas dengan nada tidak senang. “Lihat saja nanti, aku pasti akan mendapatkan dia. Saat itu, kalian semua harus membayar padaku masing-masing seratus juta rupiah. Paham?!” Semua kawan Lucas menatapnya dengan heran. “Baiklah, tidak masalah bagi kami. Taruhan kedua itu akan mulai berlaku mulai besok. Dan kau hanya punya waktu tiga bulan untuk mendapatkan dia. Jika tidak, maka kaulah yang harus membayar masing-masing seratus juta pada kami.” Harga diri Lucas merasa tertantang mendengar hal itu. “Oke, Deal!” “Tapi untuk malam ini, kau harus membayar seratus juta pada kami karena kau telah kalah!” ucap seorang teman yang lain. Lukas berdecak kesal, sembari mengeluarkan sebuah kartu debit dari dompetnya. Septian menerima kartu itu dengn cengiran lebar. “Mari kita berpesta sampai pagi! Lukas yang akan membayar semuanya!” ucap Septian dengan lantang. Semua temannya bersorak riang, sementara Lukas berdiri di tempatnya dengan raut wajah cemberut. Kekesalan di hatinya memuncak malam ini. Rasanya seolah seluruh kesialannya bertumpu pada hari ini. Dan dia telah gagal bersenang-senang, malah harus mendapatkan kejadian menyebalkan ini sebagai gantinya. Semuanya gara-gara si gadis sombong bernama Alexis itu! “Awas saja kau, akan kubalas kau nanti, Alexis!” desisnya dengan marah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD