"Dua hal yang paling aku benci di dunia ini adalah penghianat dan malam "kelak suatu hari akan ku ceritakan mengapa aku membencinya.
"Namun sebelum itu ijinkan aku bercerita tentang seorang perempuan perempuan tegar kuat dan mandiri mengurus anak anak yang masih kecil kecil,
Perempuan paling hebat di dunia, perempuan paling istimewa yang di anugrahi surga di telapak kaki nya
"Perempuan yang sepakat bersama adikku Kakaku kita panggil mamah.
"Jauh sebelum badai itu datang"jauh sebelum angin menerjang"bencana menghadang, mamah tepat nya mamahku" adalah perempuan paling ceria di kampung ini
semua mengenalnya perempuan paling ramah,sopan, pekerja keras" jika kau mau tahu coba main dan jalan jalan ke kampungku" coba kalian tanyakan nama mamahku pada penduduk setempat...!.."pasti jawaban mereka, "oh, mamah enah" tukang buruh cuci itu, kan?"
yang ramah,yang sopan, murah senyum pekerja keras demi menghidupi tujuh orang putra putri yang masih kecil-kecil..."....! "begitu pernyataan orang - orang tentang mamahku, surgaku berada dalam telapak kaki ibuku.
"Ya ibu ku seorang tukang buruh cuci di tetangga tetangganya" lebih jelasnya, pembantu atau pun babu,
tetapi orang di kampungku menyebut nya serabutan apa aja yang penting halal,
"Kampungku terletak di pinggiran kota cianjur, dengan rumah rumah menengah ke atas" hampir seluruh penduduk kampung ku menggantungkan kehidupannya di kota besar dengan membuka toko bunga frorist,
"Pagi pagi buta aku sudah terbangun dan menemani mamah bersama kakak ku mencari s****h plastik di perumahan elit di sebelah kampungku sampai pukul enam pagi, dan di lanjutkan untuk bersekolah.
Mamah tetap cantik"meski setiap hari kulit nya terbakar matahari" mamah tetap cantik meski sudah memiliki lima orang putra putri" yang paling aku suka dari mamah adalah mengaji alquran "suara mamah seolah penuh sihir, merdu, sejuk masuk kedalam kalbu kami berempat, kata orang orang hanya aku lah yang mewarisi sipat pekerja keras, ramah, sopan, dan tegas mamah dan aku sangat bangga mempunyai Sipat kaya mamah.
Aku anak kedua yang selalu mengikuti mamah, kemana pun iya pergi" mamah yang ceria" punya banyak sekali cerita, paling jago membuat anak anak nya berhenti menangis dan paling hebat rasa masakannya, jika aku bertengkar dengan kakak ku dan adik Adikku, mamah selalu jadi penengah yang baik dan bijaksana, tak ada yang di bela satu sama lain, mamah selalu berlaku adil kepada mereka semua.
"Mamah"...." jika aku dewasa' nanti aku ingin seperti mamah"
"Memangnya" kenapa ingin seperti mamah?" ia bertanya tampa menoleh, sibuk membereskan gelas plastik yang tadi subuh ikut memulung nya"
"Mamah" rajin, baik kepada orang pekerja keras dan giat"ucapku di sela ikut membantu mamah"
"Mamah"......."rajin itu karna hidup kita pas pasan nak"sahut mamah
"Tapi aku ingin tetap seperti mamah"titik,gak pake koma"
sewot ku.
"Baiklah"....!..."ingat pesan mama" sesulit apapun keadaan, hidup tetap harus berlanjut" kau harus tetap bersinar seperti namamu" mamah senyum menatap ku.
"Aku akan tetap bersinar dan mamah akan menjadi matahari nya" kami tertawa menyambut malam yang sebentar lagi tiba.
"Sinar teriak mamah di sela aku habis memakai sarung dan peci untuk pergi ke masjid dan mengaji di pa ustadz hasyim.
"Sebentar"mamah" teriak ku juga"lalu aku pun menghampiri mamahku yang berada di dapur bersama adik adikku.
"Mamah"....!..!.."ada apa memanggilku"tanyaku
"Ajak....."adik adikmu mengaji"mamah nanti sama kakak mu mau ada perlu dulu ke pasar"jawab mamah
"Baik'...."...lah" mamahku"sahutku mengajak adik adikku untuk pergi ke masjid karna waktu magrib sangat singkat berbeda dengan isya, subuh, duhur, asar.
"Usiaku menginjak umur lima belas tahun bersekolah di SMP negri kelas sembilan"aku anak kedua dari pasangan mamah Nurhasanah biasa memanggil nya orang orang mamah enah' bapa ku bernama Irfan setiawan di panggil nya dengan sebutan kang Irfan atau kang Iwan.
"Kakak" pertama ku namanya" hendra setiawan usia nya menginjak delapan belas tahun beda tiga tahun denganku. sehari hari kakak ku hanya mencari barang rongsokan kadang bersama mamahku"
"Ketiga adik Adikku masih kecil kecil yang ketiga berusia sepuluh tahun dan ke empat ke lima kembar baru masuk sekolah SD negeri usia nya baru tujuh tahun.
pukul 20 : 30 aku pun pulang kerumah bersama adik adikku setelah beres belajar mengaji kepada pa ustadz hasyim," jalan yang ku lewati lumayan sedikit gelap dan melewati pohon pohon besar karna tempat rumahku ke tempat mengaji lumayan cukup jauh mengisahkan waktu lima belas menit berjalan kaki.
"Aku bersama adik adikku berpegangan erat satu sama lain di saat tiba tiba suara petir menggelegar tepat di malam yang gelap dan sunyi.
"Duarrrrrrrrr" suara petir menyambar pohon tinggi yang tadi nya gelap pekat hitam menjadi terang seketika" terlihat sosok warna putih sedang berdiri di depan pohon besar tersebut,
"Ketakutan aku sama adik adik ku sudah tak terbendung dan terbayang"mau lari pun terasa berat hati pun terasa berat mengucap lapadz Allah keringat bercucuran Bibir bergetar tak bisa berkata atau pun untuk sekedar membaca ayat ayat suci Alquran.
"Selangkah demi selangkah pasti sedikit demi sedikit melangkah dan berbisik kepada mereka bertiga adik adik ku untuk terus menatap mata kedepan jangan menoleh kebelakang.
Bersambung.