Persiapan Ke Istana Negara

1130 Words
Aku hari ini sedang bersiap-siap di dampingi. Oleh anak-anak dan istriku, jika aku di tanya apakah aku bahagia atau tidak? Tentu saja, aku sangat bahagia. Kebahagian aku tak dapat di lukiskan dengan kata-kata, siapa yang tak bangga menjadi Komandan Batalion di satuan elit Marinir. Apa lagi di tugaskan di Yonif 01. Aku sungguh sangat bangga dengan Tuhan YME. Terima kasih Tuhan, berkat kebaikan dan karuniamu. Aku sekarang akan di lantik di istana Negara, menjadi Komandan Batalion Yonif 01 Marinir di Surabaya. Aku sangat senang sekali, dapat bertemu dengan idolaku Gungho Band. Siapa lagi kalau bukan Gungho Band, bandnya Marinir. Aku lihat kebahagian, yang terpancar di wajah cantik istriku Tiara. Tiara yang sangat cantik dan mempesona, aku sempat menggoda istriku. Tatkala Tiara mengenakan seragam Ibu Jalasenatri. Tiara sangat cantik menawan. "Sayang kau tampak cantik sekali hari ini, bagaikan bunga mawar. Yang sangat mekar, berkilau dan merona," pujiku dengan tersenyum. "Sayang pujianmu, sungguh sangat indah. Sangat menyentuh hatiku," ucap aku dengan tersenyum. Aku sangat senang dan bahagia, aku memakai seragam militer lengkap dengan uniform lengkap sebagai Angkatan Laut. Aku melangkahkan kakiku, dengan sangat gagah perkasa. Di dampingi istri dan anak-anakku. Setelah aku dan anak-anakku, tiba di istana negara. Kami sungguh sangat berbahagia sekali. Bapak Panglima memberikan aku selamat, Bapak Panglima dan Bapak Presiden mendoakan aku. "Selamat iya Adrian, semoga kamu selalu sukses selalu. Saya akan selalu mendoakan kamu," ungkap Bapak Panglima TNI dengan tersenyum manis. "Terima kasih Jenderal, saya sangat bahagia sekali. Saya berharap saya dapat menjadi prajurit yang sangat baik ke depannya dalam mengemban tugas sebagai Komandan Batalion," ungkapku dengan kebahagian yang sangat tinggi. Setelah selesai, aku dan istri beserta anak-anakku kini sedang bersiap-siap kami akan menuju ke sebuah mall. Aku mengajak anak-anak dan istriku makan masakan khas Korea. Lucas juga turut hadir. "축하합니다 아빠, 바유는 아빠가 승진해서 매우 기쁩니다. Papa는 Danyon의 아버지이며, chughahabnida appa, bayuneun appaga seungjinhaeseo maeu gippeubnida. Papaneun Danyon-ui abeojiimyeo," ucap Bayu dengan tersenyum. (Selamat Papa, Bayu senang sekali Papa naik pangkat. Papa jadi bapak Danyon,) "그래 아들아, 고마워 내 사랑하는 아들아. Papa가 인도네시아 해군을 자랑스럽게 만들 수 있는 신뢰받는 사령관이 되기를 기도하십시오. 아빠는 해군이 최전선에 있기를 원하고, geulae adeul-a, gomawo nae salanghaneun adeul-a. Papaga indonesia haegun-eul jalangseuleobge mandeul su issneun sinloebadneun salyeong-gwan-i doegileul gidohasibsio. appaneun haegun-i choejeonseon-e issgileul wonhago," ungkapku dengan tersenyum. (Iya nak, terima kasih putraku sayang. Doakan saja semoga Papa menjadi seorang Bapak Komandan yang amanah, yang dapat membanggakan TNI Angkatan Laut. Papa ingin TNI Angkatan Laut menjadi garda depan,) "Amien Papa, 분명히 Bayu는 Papa를 위해 기도할 것입니다. 바유는 무슨 일이 있어도 항상 아빠 옆에 있을 것이고, 아빠는 항상 아빠를 응원할 것이고, Amien Papa, bunmyeonghi Bayuneun Papaleul wihae gidohal geos-ibnida. bayuneun museun il-i iss-eodo hangsang appa yeop-e iss-eul geos-igo, appaneun hangsang appaleul eung-wonhal geos-igo," ungkap Bayu dengan tersenyum. (Amien Papa, pasti Bayu akan mendoakan Papa. Bayu akan selalu ada di samping Papa apa pun yang terjadi akan selalu mendukung Papa,) Aku kini sedang makan steak keju, bakso mozoreila dan udang dicabein. Aku juga menyempatkan untuk minum s**u jahe. Setelah selesai aku makan dan minum, aku menyempatkan diri untuk mengajak mereka belanja pakaian maupun apa pun yang mereka mau. Aku juga membelikan Lucas kemeja. "Pak kemeja ini Bapak belikan untukku?" tanya Lucas dengan tersenyum. "Iya Lucas untukmu," jawabku dengan tersenyum. "Terima kasih Pak Adrian, saya sangat berterima kasih. Bapak Adrian sangat baik," ungkap Lucas dengan tersenyum. Aku, Lucas, istri dan anak- anakku segera pulang. Setelah kami selesai belanja dan makan di mall. Soalnya besok aku akan segera terbang ke Surabaya, aku dan keluargaku akan tinggal di Surabaya. Selama aku di berikan amanah atau mandat sebagai Komandan Batalion Yonif 01 Marinir. Aku ingin menjadi Komandan Batalion, yang sangat baik. Aku tidak mau menjadi Komandan Batalion yang jahat, tetapi menjadi komandan Batalion yang sangat baik. Walaupun baik tetapi menjadi Komandan yang tegas dan disiplin. Setibanya aku segera tidur, karena aku nggak mau pulang telat. Karena besok aku ingin ke Surabaya, iya aku akan ke Surabaya pagi-pagi sekali. Aku yang terbangun pagi sekali, segera menghampiri Tiara istri aku, aku langsung memeluk Tiara. "Morning sayang," sapaku dengan tersenyum. "Morning sayang, sayang kau sedang apa?" tanya aku dengan mengecup leher istriku Dewi dengan tersenyum. "Morning sayang, aku baru bangun sayang. Ayo kita segera mandi!" ajak Dewi dengan berbisik tersenyum. Aku dan Dewi istriku segera mandi, setelah selesai mandi aku dan Dewi segera menghampiri anak-anak kami. Aku menghampiri anak-anakku. Rupanya anak-anakku sudah rapih. Sebelum pergi ke Surabaya, aku dan Dewi segera sarapan pagi. Kami semua sangat menikmati sarapan pagi kami, rasanya sangat enak sekali. "Sayang kita sudah selesai sarapan, gimana sayang kalau kita berangkat sekarang?" tanyaku kepada Tiara dengan tersenyum. "Boleh sayang, ayo kita siap-siap berangkat ke Surabaya. Setibanya di Surabaya aku, istri dan anak-anakku. Kami makan bersama, menu makan siang nusantara. Menu Nusantara yang sangat memukau, dan rasanya sungguh rasanya sangat enak. "Papa rasanya enak sekali, sungguh rasanya sangat enak dan lezat. Mama suka sekali Pa," puji istriku Tiara dengan tersenyum. "Iya Mama, Papa juga sangat menyukai masakan ini. Mungkin jika kita tiba di Batalion kita bisa memasaknya," ungkapku dengan tersenyum. Aku dan Tiara, yang sudah selesai makan bersama ke empat anak kami. Kami segera pergi menuju Batalion 01 Marinir, Batalion 01 Marinir. Batalion yang paling di takuti dan di segani. Karena pusat Angkatan Laut berada di Surabaya. Aku dan keluargaku menaiki Taksi, kami menaiki Taksi dari bandara menuju Batalion Yonif 01. "Papa masih lama nggak?" tanya Brenda dengan tersenyum. "Nggak sebentar lagi nak," jawabku dengan tersenyum. Ketika melewati tingkungan, Taksi yang kami tumpangi hampir menabrak orang. Untungnya orangnya nggak apa-apa. Aku sungguh sangat khawatir, wajah kami semua sontak pucat pasi semua. Kami nggak mau, sampai terjadi apa-apa. Apalagi hingga menyebabkan kematian seseorang, aku nggak mau itu terjadi. Semoga saja tidak terjadi apa-apa, aku memberikan uang kepada sepeda motor tersebut untuk biaya dia ke rumah sakit. "Pak ini semua salah saya, saya yang seharusnya yang memberikan uang kepada korban. Kenapa Bapak yang kasih?" tanya supir taksi dengan sangat penasaran. "Nggak apa-apa Pak, saya ikhlas. Hati nuraniku ingin memberikannya," ungkapku dengan tersenyum. "Bapak sungguh baik sekali," puji supir Taksi tersebut dengan tersenyum. "Kepada setiap manusia, kita memang harus selalu berbuat baik. Saya janji akan berbuat baik," ungkapku dengan tersenyum. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD