5

1313 Words
Beverly membuka matanya. Iris abu-abunya tak menemukan keberadaan Oriel. Ia hanya menemukan secarik kertas dengan bunga mawar merah di atasnya. Tangan Beverly meraih bunga itu. Selamat pagi, Beverly. Aku tidak bisa ada saat kau membuka mata. Bunga mawar itu permintaan maafku padamu. Aku sudah menyimpan nomor ponselku di ponselmu. Hubungi aku setelah kau membaca surat ini. Oriel. Beverly melepaskan kertas itu. Ia melihat ke setangkai mawar merah dari Oriel. Beverly tak begitu suka bunga. Baginya bunga hanya keindahan yang semu. Mereka akan layu setelah beberapa hari dipetik. Keindahan yang hanya bisa dinikmati tanpa bisa dimiliki. Ah, sejujurnya ini menggambarkan sosok Beverly. Keindahan yang bisa dimiliki hanya untuk sementara waktu. Beverly meraih ponselnya dan menghubungi Oriel. "Aku sudah menerima bungamu. Jadi, kenapa kau ingin aku menghubungimu?" Cklek, pintu terbuka. Seseorang yang Beverly hubungi masuk dengan memegang ponselnya. "Karena aku ingin mendengar suaramu ketika kau terjaga." Oriel melemparkan senyuman manisnya. Harus Beverly akui bahwa senyuman seorang Oriel mampu membuat hatinya bergetar. Iblis menawan yang benar-benar sempurna. "Untuk apa kau meninggalkan surat jika kau akhirnya berada di kamar ini lagi?" Beverly mengerutkan keningnya. Ia yakin Oriel bukan orang yang suka melakukan hal bertele-tele. Ia juga yakin jika Oriel bukan tipe pria romantis yang sengaja menyiapkan surat dan setangkai mawah hanya untuk memberi kesan. "Urusanku selesai lebih cepat." Oriel duduk di tepi ranjang, "Bersihkan tubuhmu lalu turun untuk sarapan." "Aku tidak bisa sarapan bersamamu. Aku sudah sangat terlambat untuk bekerja." "Apa pekerjaanmu?"  Selama ini tak ada yang menolak Oriel hanya karena sebuah pekerjaan. Jelas saja pekerjaan bisa menunggu jika itu tentang makhluk panas bernama Oriel. "Aku seorang dokter yang membuka klinik di pinggir kota. Pekerjaku pasti sudah menungguku. Sebaiknya aku segera mandi." Beverly turun dari ranjang. Ia masuk ke kamar mandi meninggalkan Oriel yang hanya menatap punggunya. "Seorang dokter?" Oriel tersenyum kecil, "Berapa banyak pasien yang mendatanginya karena alasan sakit?" Oriel menunggu Beverly selesai mandi. Ia memiliki beberapa hal yang harus dia katakan pada Beverly. Beberapa menit berlalu, Beverly sudah selesai mandi, wanita itu mengganti pakaiannya di depan Oriel, untuk apa ia malu, Oriel sudah melihat keseluruhan tubuhnya. "Aku pikir kita tidak berakhir seperti cinta satu malam, kan?" Seruan Oriel membuat Beverly berhenti menarik resleting dressnya. Ia membalik tubuhnya menghadap Oriel. "Kau bisa datang kapanpun kau mau, entah itu ke apartemenku atau ke klinikku. Aku akan memberikan apa yang kau mau." "Aku tidak bisa bermain di tempat orang lain. Datanglah padaku ketika aku menghubungimu." "Baiklah." Beverly menerima dengan mudah tanpa membuat curiga. Ia memang harus sering datang ke kediaman Oriel untuk menyelesaikan tugas dari ayahnya. ♥♥♥♥ Oriel bersama 2 teman lainnya minus Ezell duduk di sofa. Saat ini mereka tengah menikmaati suguhan dari para penari erotis di Cleopatra. Wanita-wanita terbaik diturunkan oleh Celinna untuk menghibur teman-teman dari pria VIP-nya. "Ezell datang." Zavier menyikut Oriel dan Aeden. "Bersama dengan seorang wanita." Dan ini menarik. Oriel serta Aeden melihat ke arah datangnya Ezell. Jika Oriel tidak salah wanita itu adalah Qiandra, adik tiri Ezell. Oriel pernah melihat foto Qiandra bersama dengan ayah Ezell dan juga ibu iti Ezell. "Kalian berhenti menari!" Ezell menghentikan 5 wanita berbikini untuk berhenti menari erotis. "Hey, jangan merusak kesenangan seperti itu." Aeden mengeluh. Ezell tak mempedulikan keluhan Aeden, "Menarilah, hibur teman-temanku dengan baik. Setelah kau menghibur temanku dan mereka puas, aku akan mendonorkan sedikit hatiku untuk Daddymu." Oriel menaikan sedikit alisnya karena kalimat Ezell, dua teman Oriel lain juga melakukan hal yang sama tapi mereka tak berkomentar. Sepertinya Ezell sedang ingin membuat seorang wanita sengsara dan itu adalah adik tirinya sendiri. Mata Oriel menangkap jika tangan Qiandra saling meremas, wanita ini pasti merasa buruk sekarang. "Jika kau tidak ingin menari, maka aku akan mengulur waktu lebih lama." "Baik. Akan aku lakukan seperti yang kau katakan." Qiandra maju sekitar 4 meter dari tempat duduk Oriel dan teman-temannya. Ketika Qiandra sudah berada di depan sana, Ezell duduk didekat Oriel. "Pembalasan dendam, huh?" Oriel bertanya tanpa menatap Ezell. Ezell tersenyum dingin, "Dia sendiri yang datang menginginkan ini. Mengganti nyawa Daddynya dengan nyawanya. Itu bagus, aku bisa menyiksanya sampai dia mati bunuh diri." "Apa bagus melihat wanita mati bunuh diri di depanmu dua kali?" Aeden memiringkan wajahnya menatap Ezell. "Kematiannya aku inginkan." "Kalau begitu biar aku membunuhnya." Zavier mengeluarkan senjata. "Terlalu baik jika dia mati dengan mudah. Dia harus mati setelah menghadapi penghinaan dan siksaanku." Oriel tak berkomentar lebih jauh. Ia hanya memperhatikan Qiandra yang saat ini tengah melepas dress yang dia kenakan. "Sialan!" Zavier memaki. "Dia memiliki tubuh yang indah, Ezell." "Kau bisa memakainya jika kau mau." Seruan Ezell membuat alis Zavier terangkat. "Aku tertarik tapi dia adikmu. Aku tidak bisa melakukannya." Ucapan Ezell dan Zavier tak begitu terdengar oleh Oriel, pria ini hanya melihat Qiandra yang meliukan tubuhnya. Jelas di mata Qiandra, wanita itu tengah menekan rasa malunya. Ezell berhasil membuat wanita itu terluka. Tapi, yang kini terbayang oleh Oriel adalah Beverly. Sial! Dia menginginkan Beverly sekarang. "Sepertinya aku harus pergi." Oriel bangkit dari tempat duduknya. "Kau mau kemana?" Tanya Aeden. "Ke klinik Beverly." "Waw." Zavier berdecak kagum, "Seorang Beverly mampu membuat Oriel mendatanginya. Luar biasa. Kau jatuh cinta padanya, eh?" "Jangan mengucapkan kata menggelikan itu. Aku hanya ingin menidurinya." Jawaban Oriel membuat 2 temannya tersenyum jahil kecuali Ezell yang fokus melihat ke Qiandra. "Baiklah. Tiduri dia lalu tinggalkan. Seorang Oriel tidak biasa bermain lama-lama dengan satu wanita." "Tidak perlu mengajariku. Aeden. Tapi mungkin aku akan sedikit lama dengannya. Dia cukup memuaskan." "Boleh aku mencobanya?" "Nanti, Zavier. Ketika aku bosan padanya." Wajah Zavier yang awalnya semangat kini melemas, "Dan bosanmu itu yang tidak tentu." "Sudahlah. Aku pergi." Oriel melangkahkan kakinya, ketika ia hendak membuka pintu, pintu itu sudah terbuka lebih dahulu, Celinna yang masuk ke dalam sana. "Sudah mau pergi?" Tanya Celinna. "Ya." Dan setelahnya Oriel keluar dari ruangan khusus VIP itu. Ini baru jam 7 malam. Beverly masih berada di kliniknya. Wanita itu menutup klinik jam 9 hari ini. Mobil Oriel sampai di depan klinik Beverly, ia masuk ke dalam klinik dan melangkah ke ruangan Beverly, ia membeku beberapa detik karena pemandangan yang membuat tangannya mengepal, aliran darahnya berkumpul di otak lalu mendidih. Tanpa basa-basi, Oriel menarik pria yang tengah mencium Beverly lalu menghajarnya. "Hey, ada apa ini?" Beverly menghentikan Oriel. "Tenang dan hentikan ini." Beverly menahan tubuh Oriel dengan kuat. "Keluar dari sini, b******k!" Oriel mengusir pria yang wajahnya sudah lebam. Pria itu mengelap sudut bibirnya yang berdarah. "Siapa pria ini, Sayang?" Sayang? "Dia, seseorang yang aku temui di club. Ah, pergilah dulu. Ada yang harus aku katakan padanya." Oriel terdiam beberapa detik, orang yang ditemui di club? Hanya itu kesan Beverly padanya? "Apa yang kau lakukan, hm? Kenapa membuat keributan di klinikku?" "Jadi, ini klinik atau tempat kau menjual diri?!" Kata-kata kasar itu keluar begitu saja. Beverly tersenyum tipis, "Aku tidak sedang menjual diri. Dia kekasihku. Aku sedang bertengkar dengannya ketika aku bertemu dengan kau di club beberapa hari lalu." "f**k!" Oriel mengumpat, "Maksudmu aku ini hanya pelarian?!" "Apakah kita memiliki hubungan khusus sebelumnya? Kita hanya teman tidur, baru 4 hari kita tidur bersama." Oriel mencengkram tangan Beverly dengan erat, "Kau milikku, Beverly." Beverly mengelus wajah Oriel dengan lembut, ia sedang mencairkan suasana tegang saat ini, "Aku tidak bisa dimiliki dua orang sekaligus, Oriel." "Akhiri hubunganmu dengannya." Beverly tersenyum lembut, ia mengecup bibir Oriel dengan perlahan, "Setelah aku mengakhiri hubungan dengannya, lantas apa yang akan terjadi padaku?" "Kau akan bersamaku. Kau wanitaku." "Aku suka mendengarnya. Baiklah, jangan marah. Aku tidak suka pria yang marah-marah." Oriel biasanya tidak marah-marah seperti ini. Dia cenderung tenang, tapi Beverly sudah membuatnya seperti ini.  Cengkramannya pada tangan Beverly terlepas perlahan. "Kenapa kau kesini, hm?" "Aku menginginkan tubuhmu." "Tunggu disini, aku akan mengatakan pada Nadira untuk tidak mengganggu kita." Beverly melangkah, ia tersenyum miring. Rencananya berhasil. Pria tadi bukan kekasihnya, ia membuat skenario ini untuk tahu seberapa besar Oriel menginginkannya. Tak peduli siapa Oriel, dia tetap saja pria. Pria yang akan lepas kendali karena seorang Beverly. Mafia menakutkan? Nyatanya Oriel tunduk pada kecantikan dan permainan lidah seorang Beverly. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD