bc

Suami Dari Masa Depan

book_age16+
28
FOLLOW
1K
READ
HE
heir/heiress
sweet
mystery
bold
city
assistant
like
intro-logo
Blurb

Jeanette yang berumur delapan belas tahun mengalami kecelakaan, saat terbangun, itu sudah lima tahun kemudian, dia berumur dua puluh tiga tahun dan sudah menikah.

Dan suaminya adalah Geoffrey Immanuel, pria yang lebih memilih anjing dari pada menerima cintanya.

pengejaran selama bertahun-tahun, akhirnya menghasilkan buah yang manis.

Jea nyaris melompat kegirangan setiap kali melihat suaminya yang tampan.

Hanya saja...

Setiap kali dia melihat Geo dengan tatapan penuh cinta, kenapa suaminya itu balas menatapnya dengan aneh?

Tidak sampai sebulan kemudian, akhirnya dia tahu alasannya.

Ternyata pernikahannya dan Geo itu...

chap-preview
Free preview
Bab 1 : Aku atau anjing?
  Tes ombak, bikin cerita baru... cerita-cerita yang ngaco sebenarnya udah aku revisi, tapi keknya pada gak sinkron deh, apa buka buku baru aja kali ya buat cerita2 yg isinya ngaco semua? “J, J, Jea!” Karin menepuk pundak temennya yang nggak juga merespon panggilannya, “Lo lihat deh, itu bukannya mobil  Ko Hans, ya?” Jeanette yang sibuk dengan pekerjaannya tidak menoleh sama sekali, tetapi dia menjawab, “Dih, salah liat kalo, Lo. Ngapain juga si Hans ke sini, malam Minggu mah dia ngumpul kali sama circle-nya.” Laura masih memperhatikan sampai bagian belakang hatchback merah tadi menghilang di tikungan. “Ngajak keluar Ko Geo kali, mereka kan bestian.” Geo adalah pusat medan magnet Jea, mendengar nama pria yang dia sukai, barulah Jea berhenti mengutak atik pengeras suara yang sejak tadi menarik perhatiannya. Menyingkirkan poni yang menutupi dahinya, Jea menatap rumah berlantai dua ujung jalan yang hanya kelihatan atapnya. “Kalau itu beneran Ko Hans, gue yakin Ko Geo nggak bakalan mau pergi. Orang tuanya kan nggak ada di rumah, kata mami gue, Om Gun sama yang lainnya lagi ke Hongkong, nemenin Gresya.” “Emang ngapain sih Gress ke Hongkong.” “Konser katanya.” Saking kagetnya dengan berita barusan, Laura sampai menjatuhkan alat pengeras suara dari tangan Jea. “Yaah, Lau, kok lo jatuhin sih? Padahal udah bener lho tadi.” “Sorry, sorry, Je, nggak sengaja. Sumpah, kaget banget gue denger si Gress konser, ngomong aja fals.” “Kan main piano nggak harus ngomong, Lau, gimana sih. Udah deh, nggak usah bahas si Gress lagi, terutama kalau di depan mami-mami kita, bisa pengang nih kuping di banding-bandingin. Mending lo pegangin ini dulu!” Jeanette  memeriksa lagi "alat untuk kejahatan" di taman dekat rumah yang ditinggali Geo, dan sahabatnya, Laura masih saja berceloteh di dekatnya, “Ini beneran lo mau nembak Ko Geo, Je? Kenapa nggak nunggu sampai lulus aja sih? Kalau sekarang, gue resiko ditolaknya lebih gede dari pada peluang diterima.” Jea memutar matanya ke arah Laura, “Lau, lo nggak pernah ikutan webinar enterpreneur muda ya? Nih, gue kasih tau kata-kata motivasi mereka. Semakin besar risikonya, semakin besar besar keuntungan yang kita dapatkan. Begitu juga kunci kesuksesan, hanya orang-orang  yang berani ambil resikolah yang peluang suksesnya lebih besar.” Laura memikirkannya makna kata-kata itu sebentar, dan bertanya dengan penuh semangat. "Motivator mana yang bilang begitu? Kok gue baru denger, ya?” "Nadiem yang bilang.” "Ah, karena yang bilang itu Nadiem Makarim, pasti bisa dipercaya... Tapi, Je, buat jaga-jaga biar nggak salah ngomong nih, kenapa lo nggak latihan dulu?” Jea mengibaskan tangannya dengan sok. “Ngapain sih pake latihan segala, cuma nyatain perasaan aja kok. Modal mental berani dan yakin sama diri sendiri aja. Jangan khawatir, orang yang stabil dan bisa diandalkan kayak gue sudah punya lebih dari selusin solusi yang layak, dan juga sudah punya rencana yang sempurna, apapun yang terjadi, gue bisa dengan mudah menghadapinya.” Laura mau memberitahu sesuatu, tetapi Jea meletakkan jarinya untuk menutupi bibirnya yang penuh dan berwarna merah muda alami. “Laura, please lo diam, oke. Jangan meragukan kemampuan gue, atau lo sudah jadi saksi bagaimana cinta gue tumbuh dan bersemi dalam diam, jangan sampai lo nggak jadi saksi cinta itu terbalas dan mekar dengan indah.”     Laura membuang muka, menahan muntah. Jeanette mengibaskan rambut ikal sebahu miliknya, mengikatnya ke atas dengan karet hitam yang dia jadikan gelang, lalu mengikat tali sepatunya. Selesai dengan sepatu, Jea meraih tali pada pengeras suara yang akan dia gunakan  dan memasukkannya ke kepalanya. Setelah semua persiapannya dirasa oke, dia mengepalkan satu tangannya depan Laura sambil bilang, “Gue pasti berhasil!” kemudian berbalik, dan berlari ke arah rumah Geo. Laura yang dia beri tugas mengamati situasi, menyusul di belakangnya. a Hari ini, 22-02-2022, adalah tanggal Palindrom, tanggalan yang bisa dibaca dari dua arah. Pada tanggal cantik yang sudah dibagikan ulang oleh satu juta orang di twitter, tanggal kembar yang identik dengan discount besar-besaran dan bebas ongkos kirim di semua market place, Jeanette memutuskan untuk memulai rencana besarnya. Mengakui cintanya kepada Geoffrey Imannuel dan jadi pacar laki-laki impiannya itu. Jea ingat banget pertemuan pertamanya dengan Geo, panggilan Geoffry. Itu gara-gara Jea kesasar pas baru masuk sekolah. Mengikuti denah, sebagai murid yang baru masuk SMP, harusnya Jea masuk dari pintu di sebelah timur komplek sekolahan. Entah denah sekolah siapa yang waktu itu dia bawa, atau dia yang memang buta peta, Jea malah pergi ke arah yang berlawanan dan sampailah ke gedung SMA. Bukannya panik dan buru-buru pergi dari sana, Jea malah kesenangan, dia ikut gabung ke barisan siswa baru yang lagi MPLS. Lumayan, bisa cuci mata lihat yang cowok SMA yang bening-bening. Sayangnya, petualanga Jea di SMA tidak bertahan lama, belum sampai istirahat pertama dia sudah ketahuan sama Geo yang curiga dengan gerak gerik Jea yang norak dan terlalu excited, benar saja, perlengkapan MPLS Jea beda dengan yang teman-temannya yang lain. Saat Geo mau menyeretnya ke depan dan memberitahu ke satu angkatan ada anak SMP yang menyusup, Jea mendadak kejang-kejang kayak orang kesurupan bikin yang lain panik. Jea tersenyum saat dia teringat saat-saat yang menurut dia konyol itu. Biarpun endingnya Jea kena hukuman dari sekolah dan dari orang tuanya, dia nggak pernah menyesal, bersyukur malah, berkat kejadian itu, dia bisa tahu di komplek sekolahannya ada cowok ganteng seperti Geoffry, dan memutuskan untuk mulai mengejarnya. Dari kelas satu SMP sampai kelas tiga SMA, lima tahun sudah dia jatuh cinta kepada Geoffry, dan yakin banget dibalik sikapnya yang galak dan cuek, pria itu punya perasaan yang sama dengannya. Jea sengaja mengendap-endap lewat gerbang belakang. Lima tahun jadi stalker tetap Geo, dia sudah tahu di mana letak kamar pemilik tulang rusuknya itu. Seperti seekor monyet, dia memanjat tembok dengan sekali lompatan. Dia melepas pengeras suara, menyalakan sakelar, mengambil dua napas dalam-dalam, dan kemudian bergerak menuju kamar tidur Geo di lantai dua dengan suara selembut ketan hangat. "Ko Geo, ini aku...” Sayangnya, sebelum kalimat ‘Aku sudah lama suka sama kamu’ keluar dari mulutnya, entah dari mana datangnya, seekor rottweiler hitam dengam corak kecokelatan di wajahnya melompat keluar dari semak-semak Asoka dan menyalak dengan liar ke Jea.  Kaget, Jea refleks berjongkok. Kenapa ada anjing di taman rumah Geoffrey? Sejak kapan keluarganya memelihara anjing? Ya ampun, mana lidah anjingnya melet-melet terus, kelihatannya ganas pula! Tidak ada yang ditakuti sama Jea di dunia ini selain ibunya, dan... anjing. Saat dia melihat seekor anjing dari jarak sepuluh meter saja, napasnya sudah engap-engapan. Apalagi ini, ada anjing galak itu ada di depan matanya, napasnya sudah serasa hilang dari rongga pernapasannya. Dalam sekejap, Jea sudah melupakan rencana besarnya untuk mengaku cinta kepada Geoffrey. Ketika anjing itu semakin dekat dengannya, dan menyalak semakin kencang, Jea tanpa sadar meraih pengeras suara dan berteriak ngeri— "Hey, Anjing! Pergi dari sini! Jangan deket-deketin gue!  Pergi sana, pergiii!!!” ...  Yang tidak Jea ketahui adalah, pada tanggal kembar hari ini, Geoffrey merayakan usianya yang sudah menginjak angka dua puluh tiga. Tak ada perayaan apa-apa di rumahnya. Lagian, orang tua dan adik perempuannya sedang ke luar negeri.  Gresya, adik perempuannya mendapat kesempatan sebagai pianis kedua dalam konser cinta Indonesia bersama Twilight Orchestra. Keluarganya  merasa bersalah karena tidak ada saat ulang tahun Geo, jadi mereka secara diam-diam menghubungi semua teman Geoffrey dan menyiapkan pesta kejutan untuknya di rumah mereka. Hans, yang dihubungi orang tua Geo, membawa kue ulang tahun berukuran besar ke ruang tamu. “Bikin permintaan dulu, bro, baru tiup lilin.” Geo menolak dengan halus. “Kayak bocil aja, pake tiup lilin segala.” “Namanya ulang tahun, ya tiup lilin lah, masa niup kompor!” Selorohan itu kontan menimbulkan tawa meriah dalam kamar berukuran luas di lantai dua. Awalnya semuanya berjalan dengan santai, dan Geoffrey jarang dalam suasana hati yang baik, tetapi ketika dia sudah siap untuk meniup lilin setelah membuat permintaan, tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara yang sumbernya berasal dari taman belakang. "Ko Geo..." Itu suara seorang gadis. Geoffrey  mengira itu teman-temannya yang mau menyanyikan lagu selamat ulang tahun, saat dia menunggu, tiba-tiba suara yang sama berteriak keras. "Anjing! Pergi dari sini, cepat! Jangan deket-deketin gue! Gue, Jeanette nggak suka anjing kayak lo! Sana, sana, hush!”    Wajah Geo yang tampan segera dilapisi awan hitam. Hawa panas neraka j*****m menyelimuti pria muda itu untuk sementara waktu. Semua yang ada di sana diam, mereka hanya saling menatap dan bertukar pertanyaan lewat pandangan mata. “Itu siapa? Berani banget maki-maki Geo.” “Orang itu punya masalah apa sih?” Hans yang lebih dulu tanggap, dia bergegas ke jendela, membukanya, dan melihat keluar. Seperti dikomando, yang lain juga ikut melongok ke bawah. "Beneran itu Jeanette? Selama ini gue cuma tahu namanya, tapi belum pernah lihat langsung.  Cantik juga ternyata.” Itu komentar yang cowok. Sementara yang perempuan bilang, “Sok cantik banget sih, ya ampun! Katanya dia naksir Geo, kok malah ngata-ngatain sih? Jangan-jangan ini trik baru, biar ke noticed Geo.”  "Shh, Geo kayaknya marah, kalian lihat deh…”    “Marah apannya? keliatannya dia tenang-tenang gitu, kok.” “Justru itu, semakin keliatan orang tenang, semakin marah dia.” “Mampus deh si Jea!” Memang sudah tidak awan hitam yang mengerikan di jelas di wajah tampan Geoffrey. Dia sekarang sudah kelihatan santai, tetapi tidak bisa ditebak. Menghadapi diskusi yang membahas Jea di ruangan itu, dia tidak ikut menanggapi dan berjalan ke bawah. Ketika Jea melihat deretan kepala mencuat dari jendela kamar tidur Geoffrey, penyesalannya mencapai puncaknya. Hanya saja pada saat ini, dia tidak punya waktu untuk memikirkan kenapa mereka ada di sana, karena si anjing sudah mengejarnya, jadi dia hanya bisa berlari liar ke rumah sampai wajah Geoffrey yang tampan dan acuh tak acuh muncul di pintu, lalu dia memanggil anjingnya dengan keras. “J, ke sini!” Waktu Geo teriak begitu, lari Jea semakin kencang, tetapi si anjing lebih dulu melewatinya, anjing hitam itu menubruk Geo yang sudah berjongkok, menjilati wajahnya.  “Good boy, J, Good boy!” Geoffrey menepuk kepala anjingnya. Jea melihat adegan itu, dan menangis tanpa air mata. Apakah ini benar? Geo memberi nama anjingnya dengan inisial namanya? Yaah, walaupun itu romantis, tetapi kenapa harus ke anjing? Binatang yang bikin dia takut? Sibuk dengan pikirannya, Jea sampai tidak sadar kalau Geo sudah berdiri dan menatapnya. “Jadi, Jea, ngapain kamu malam-malam menyusup ke sini?” Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuatnya gelagapan, Jea tiba-tiba malu mengakui kenapa dirinya bisa ada halaman rumah Geoffrey. Sekarang setelah sampai sejauh ini, Jea berpikir kalau dia nggak boleh gagal. Dia menggertakkan giginya, mengangkat pengeras suara, dan menyalakan mikrofon dengan penuh semangat. “Ko Geo! Aku sudah lama suka sama koko! Aku dengar Ko Geo belum punya pacar, mulai hari ini dan selamanya, aku bersedia jadi pacar Kok Geo, yang mendampingi di saat senang, dan senang banget!” "Aku nggak mau." Geoffrey meliriknya dengan dingin, lalu mengerutkan kening. "Pendengaranku masih normal, jadi kamu nggak perlu pakai toa waktu ngomong dari jarak dekat!” Jea dengan anggun mematikan saklar pengeras suara, dan melemparkannya  ke semak-semak di sampingnya, lalu dia melirik Geo dengan malu-malu dan takut-takut. "Alasannya kenapa kamu nggak jadi pacarku? Nggak mungkin kalau karena aku nggak cantik, kan? Oke, visual aku skip.” Jea bertanya sendiri, dan menjawab sendiri. Kemudian dia berkata lagi, “Kalau kamu pikir aku kurang baik. yakinlah, aku pasti bisa berubah.” “Nggak ada yang perlu kamu diubah!” “Serius?” Mata Jea berbinar, penampilannya sangat cerah, dan sekarang karena dia berlari, wajahnya merah muda dan bibirnya merah setengah terbuka, menunjukan giginya putih, dia menatap Geo dengan matanya yang bersinar seperti bintang, "Maksudmu, aku sudah memenuhi standarmu, begitu?” "Nggak." Geo menurunkan matanya, "Kamu nggak memenuhi standarku dimana-mana, jadi nggak usah berubah.”    Jea memasang wajah sedih atas jawaban Geo yang tanpa perasaan.  "Lalu apa yang kamu suka?" Geo mengangkat kepalanya kali ini, dan dia tersenyum ringan pada Jea.  "Aku suka anjing. Syarat pertama yang aku petimbangkan dalam memilih pasangan adalah, anjing. Kalau perempuan itu suka sama anjing, aku akan mempertimbangkan untuk menyukainya. Kalau dia nggak suka, aku lebih memilih anjingku.” Jea Speechless. Dengan kata lain, di mata Geo. dirinya tidak sebanding dengan anjing peliharaannya.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.4K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.5K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.2K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.3K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.8K
bc

Ayah Sahabatku

read
24.3K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook