3. With You
621 Words
...Author POV...
Pagi ini Olin sangat malas untuk memasak jadi dia hanya membuat roti bakar kesukaannya.
Setiap pagi Olin memang selalu membuat sarapan karena Jason yang memintanya. Jason berpendapat bahwa masakan Olin itu enak.
"kamu masak apa Lin?" Tanya Jason sambil duduk di kursi meja makan.
"aku males masak, jadi hari ini kita sarapan roti saja yaaa, lagi pula aku sedang buru-buru" jawab Olin tanpa melihat ke arah Jason.
"buru-buru kemana?" Tanya Jason lagi.
"aku udah lama nggak ke butik, aku rasa sebaiknya aku kesana untuk mengecek beberapa baju yang baru jadi" jawab Olin lagi.
"kamu nggak boleh pergi Lin" jawab Jason dingin.
"aku nggak minta izin kamu" sahut Olin tak kalah dingin.
Memang sejak menikah mereka terlihat seperti pasangan suami istri pada umumnya, tapi tetap saja menikah tanpa cinta itu sangat berbeda dengan pernikahan yang penuh dengan cinta. Mereka memang saling bicara satu sama lain tapi pembicaraan mereka terkesan dingin dan kaku. Yaaa, walaupun begitu, Jason tetap berusaha mencairkan keadaan. Bagaimanapun juga Olin sedang mengandung anaknya jadi Olin pasti membutuhkan perhatian darinya.
"kamu lagi hamil Lin, jangan sampai kecapean" Kata Jason mencoba selembut mungkin.
"kamu nggak perlu takut kalo anak kamu kenapa-napa, gimanapun juga dia tetep anak aku, jadi aku ngak mungkin bikin dia celaka" jawab Olin tajam.
"kamu kenapa keras kepala banget sih Lin?? Aku udah coba bicara baik-baik tapi kamu tetep aja ngak ngerti, kamu itu istri aku jadi aku berhak atas kamu, aku nggak mau kalo ada orang yang bilang bahwa istri dari CEO Alexander Grup tetep aja disuruh cari uang padahal dia lagi hamil" Kata Jason sambil sedikit berteriak.
"aku itu seorang disainer jadi hidup aku ada di butik. Seluruh mimpiku ada di sana. Coba kamu bayangin gimana rasanya kalo aku paksa kamu berhenti jadi CEO, apa kamu terima?" Tanya Olin sambil teriak juga. Jika memang dengan bertengkar bisa membuatnya diperbolehkan datang ke butik maka dia akan senang hati melakukannya.
"kita ngak sama ya Lin. Kamu itu istri dan aku suami" Jason juga tidak mau kalah. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi pada anaknya jika Olin memaksa untuk pergi ke butik, entah sejak kapan ia mulai menyayangin anaknya itu.
"yaaa kita emang berbeda kamu nggak izinin aku ketemu sama temen cowok, tapi kamu sendiri masih punya pacar di luar sana" Perkataan Olin membuatnya teringat tentang kemarahannya kemarin karna Olin dengan sengaja bertemu dangan teman laki-lakinya. Perkataan Olin juga membuatnya teringat pada Valeria, ia memang masih berpacaran dengan Valeria dan Valeria pun tahu bahwa Jason sudah menikah. Awalnya gadis itu sedikit terpukul tapi akhirnya ia bisa menerima keadaan Jason yang sekarang.
"kanapa kamu diam?? aku benarkan kalo kamu masih punya pacar?? kalo gitu harusnya aku juga boleh punya pacar" Sindir Olin.
"aku ada rapat penting Lin, aku harus berangkat kekantor sekarang, kamu jangan pergi kebutik" Jawab jason melembut. Sebenarnya ia ingin melanjutkan pertengkaran mereka tapi tiba-tiba ada perasaan bersalah yang timbul di hatinya. Entah apa artinya Jason pun tidak tahu.
"Papa pergi dulu nak kamu baik-baik ya disini" kata Jason lembut sambil mengelus perut Olin.
Jason memang selalu melakukan kebiasaan ini sebelum dia pergi ke kantor. Entah apa yang membuatnya melakukan hal aneh tersebut, yang pasti sekarang Jason sudah mulai menyayangi anaknya, ia selalu merasa ada ikatan yang tak terlihat diantara dirinya dengan anaknya yang masih dikandung Olin.
Setelah selesai mengelus perut Olin, Jason segera keluar dari apartement.
Sementara Olin masih mematung di tempatnya karena perlakuan Jason tadi. Awalnya ia mengira bahwa Jason tidak akan menerima kehadiran anaknya, tapi akhirnya ia tahu bahwa Jason menerima anaknya bahkan Jason terlihat menyayangi anak tersebut. Kenyataan itu membuat hati Olin merasa senang.
"tak apa jika kamu tidak bisa menerima kehadiranku, yang penting kamu menerima kehadiran anakku" Batin Olin.
****
TBC
I Hope You Like This Story
Patrisia Arselita
- Writer
