03

1055 Words
Dermaga penyeberangan kapal dagang nampak ramai. Kapal kapal besar terlihat berlabuh disana. Pagi seperti biasanya, laki laki itu nampak sudah memandang laut sambil menunggu seseorang yang memiliki janji dengannya. "Kau sudah lama menunggu?" tanya seorang laki laki tua berambut putih dengan jenggot sewarna dengan rambutnya. Mata silinder nya beberapa kali mengeluarkan cairan yang menerus diusianya saat ini. Laki laki tua itu mantan militer Kekaisaran. "Kau membuang waktuku. Jika barang ini tak bagus, aku tak akan membayar," kata laki laki itu. Laki laki tua itu menyungging senyum segaris dengan atas bibir kanannya. Tanpa menjawab ia berjalan seakan memberi kode pada laki-laki berpedang itu untuk mengikuti. Laki laki tua itu berjalan menuju kapal kecil dipinggir dermaga, lalu turun di dekat sekoci, disana ada ruang bawah yang dibuat tempat gudang mirip tempat laki laki itu saat memenjarakan Hayato. Didalam ada seseorang yang berjubah hitam menggunakan topeng dengan tudung kepala. Tak nampak wajah atau bagian tubuhnya, tapi telapak tangannya terlihat. Laki laki itu mendekati, lalu berusaha membuka tudung kepala nya, dengan cepat ia tepis dan berusaha menjauh. "Kenapa ia tak membuka topeng dan tudung nya?" tanya laki laki itu pada si laki laki tua. "Sejak kutangkap dua hari lalu, ia tak mau membukanya, katanya wajahnya buruk," Mendengar ucapan laki laki tua itu, si laki laki berpedang mencengkram lengan atas bajunya, seolah tak terima dengan barang itu. "Kau bilang dia memiliki wajah buruk, dan kau ingin menjualnya padaku, kau sudah gila, hah!" suara laki laki berpedang itu meninggi, dengan sedikit nyaring. "Kau bisa menjualnya sebagai b***k kerja paksa, meskipun buruk kau masih bisa mendapatkan beberapa puluh logi," jawab laki laki tua itu. Laki laki berpedang itu melepaskan cengkramannya, ia pikir tidak buruk usul laki laki tua itu. Meskipun buruk, setidaknya ia mendapatkan uang yang cukup. "Aku bayar seperdua nya, tidak lebih," Kata laki laki itu, lalu mengambil sekantong logi dari sakunya. Isi kantong itu mungkin sepuluh sampai dua puluh logi. Laki laki tua itu menerima dengan berat hati, wajah keriput tuanya menatap datar tanpa ekspresi, seolah menyiratkan rasa tak suka. Tapi, dengan terpaksa ia harus menerimanya. Setelah itu laki laki tua itu membuka pintu, lalu menarik besi yang memborgol kedua tangan orang yang hendak dijualnya. "Siapa namamu?" tanya laki laki berpedang itu sesaat setelah orang bertopeng itu keluar dari sana. "Satoru Shin," kata orang yang mengaku Satoru pelan, ia berusaha menahan suaranya, nampak kebohongan disana. Laki laki berpedang itu sedikit menyulitkan matanya, menajamkan telinga seolah ingin meyakinkan bahwa yang ia dengar tak salah. Orang yang mengaku Satoru itu memiliki suara lembut dan kecil, meskipun mengakui memiliki nama lelaki suaranya mirip sekali perempuan, lebih tepatnya gadis muda. "Kau laki-laki atau perempuan?" tanya laki laki berpedang itu lagi. Ia masih penasaran. "Laki laki," kata Satoru singkat, ia tak ingin Laki laki itu menyadari apa yang ia simpan tentang dirinya. "Lepaskan borgolnya," ujar laki laki berpedang itu menyuruh laki laki tua untuk melepaskan borgol yang membelenggu kedua tangan Satoru. Laki laki tua itu melepaskan borgol ditangan Satoru, tak lama setelah itu laki laki berpedang itu membawa Satoru pergi, keluar dari sana. Satoru mengikuti laki laki berpedang itu, dari balik topengnya nampak senyum segaris tipis yang mengambang, seolah ia tengah mendapatkan sesuatu yang sudah ia tunggu. Tak jauh dari sana, si kusir sudah menunggu sejak tadi, sekitar satu jam lebih. Harusnya ia gusar, namun gadis gadis dermaga begitu cantik, tak jarang ia goda, betah rasanya berlama disana. "Kau bisa membawa mereka pulang jika kau mau," ucap laki laki berpedang itu dari dekat saat melihat si kusir menikmati pemandangan indah yang terus membuat air liurnya di leher naik turun. "Aku tak ingin menambah riuh rumahmu," jawab si kusir. "Siapa bilang kau bawa kerumahku, bawa rumah kandang kudamu," ucap laki laki berpedang itu, "Berhenti berkhayal, aku sudah membawa barang baru," Si kusir mengangguk, laki laki berpedang itu berjalan menuju arah kereta, lalu masuk kedalam sana. Laki laki berpedang itu terus memperhatikan Satoru dari atas hingga bawah, ia masih penasaran siapa sebenarnya Satoru. Wajahnya yang tertutup topeng apa benar seburuk itu, atau ada hal lain. "Apa benar wajahmu buruk?" tanya laki laki berpedang itu pada Satoru. "Aku mengalami luka bakar di seluruh wajahku sejak kecil," jawab Satoru. "Tapi aku ingin melihat wajahmu," kata laki laki berpedang itu, mendekati Satoru berusaha meraih topengnya lagi, tapi tangan Satoru menepis, melihat hal itu laki laki berpedang menggeram. "Untuk hari ini kau masih bisa menepis tanganku, tapi lain kali aku akan memaksa," Satoru terdiam, tak berucap apapun atau berusaha ingin membantah omongan laki laki berpedang itu. Kecanggungan nampak diantara keduanya, sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga tak terasa kereta itu sudah keluar dari kota pelabuhan, melewati beberapa desa, hingga kereta itu berhenti mendadak. Laki laki berpedang itu turun dan ingin memeriksa, tapi tak berapa lama ia kembali lagi saat ia melihat militer Kekaisaran sedang berada didepan, jika ia melakukan gerakan aneh mereka akan curiga. Tak berapa lama dua militer Kekaisaran menuju kereta belakang. "Mau kemana kalian berdua?" tanya salah satu dari militer Kekaisaran Tanduk Merah itu dengan badan sedikit kurus. "Kami mau kedesa Ishimura," jawab laki laki berpedang itu. "Untuk apa? Dan kenapa dia bertopeng?" tanya militer Kekaisaran lagi. "Untuk membawa adikku berobat disana, wajah dan tubuhnya terbakar," lagi-lagi, laki laki itu berbohong. Kedua militer Kekaisaran itu mengangguk perlahan, mereka masih berusaha memeriksa semuanya, berusaha mencari kesalahan agar setidaknya mendapat logi dari kereta itu. "Untuk apa kau membawa pedang?" salah satu dari militer Kekaisaran yang bertubuh agak tambun mengambil pedang milik laki laki itu. Militer Kekaisaran memperhatikan dan memeriksa pedang itu seolah ingin mengetahui jenis nya. "Ini pedang jenis Shoubu, bukankah harusnya rakyat biasa dilarang membawa," sambung militer Kekaisaran. "Aku sudah mendapatkan izin tertulis dari pemerintah, dan di gagangnya sudah ada tanda persetujuan. Lagi pula aku membawa hanya untuk menjaga diri." jawab laki laki itu lagi. Militer Kekaisaran mengembalikan pedang milik laki laki itu, lalu meninggalkan mereka berdua, menuju barisannya dan mempersilahkan kereta kuda itu kembali lewat. Laki laki berpedang itu menggenggam pedangnya karena sebentar lagi mereka sampai ditempat tujuan. Tak berapa lama, kereta itu berhenti, laki laki berpedang itu mengajak Satoru turun dan langsung membawanya masuk kedalam menujuruang bawah tanah. Hayato memperhatikan mereka berdua, lalu terdiam kembali di pojokan, dan membiarkan laki laki itu memasukkan orang lain kesana. Dua hari disana, yang Hayato inginkan bukan teman baru tapi keluar dari sana, sudah lelah ia menangis dan merengek sayangnya tak ada jawaban dari laki-laki itu, laki-laki berpedang itu hanya terus saja diam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD