29

1302 Words
Hayato senang mendapatkan pedang baru, Inoshuke gundah karena kehilangan banyak uang karena taruhan juga karena di tipu seorang peramal, Inoshuke baru sadar jika perempuan tua yang mengaku peramal itu sudah bekerja sama dengan beberapa pemain. Sementara Shatoru tak mendapatkan apapun, bisa berkeliling dengan santai pun ia sudah senang. Tanpa kepayahan, juga tanpa terlibat masalah lebih jauh dengan seseorang lagi seperti biasanya. Ketiganya kini pulang dengan menggunakan kereta untuk menuju sungai. Matahari masih terik, mereka akan sampai cepat sebelum malam. Saat perjalanan itu tiba-tiba saja kereta yang mereka naiki berhenti, Shatoru berusaha menanyaka pada si kusir dari belakang tapi tak ada jawaban. Shatoru dan Inoshuke turun, mencoba memeriksa apa yang terjadi. Saat mereka memeriksa itulah ada gerombolan orang menghadang laju kereta kuda itu, diantaranya ada si penjual b***k, si kusir, peramal tua yang kini sudah berganti pakaian dengan rambut sependek bawah telinga. Di samping itu ada beberapa orang lainnya yang tak mereka kenal, Shatoru tak begitu mengerti dari mana mereka datang. "Akhirnya aku menemukanmu kembali Shatoru," ujar si penjual b***k pada Shatoru. Ada rasa puas dalam dirinya, "Lalu kemana barangku yang manis, Hayato?" "Dia tidak ada di sini," bohong Shatoru berusaha menyembunyikan Hayato. "Bohong ..., Periksa kereta kuda itu!" perintah penjual b***k itu pada orang-orang yang tadi bersamanya. Mereka yang di perintah langsung melakukannya, mendekati kereta kuda itu, tapi Shatoru lebih dulu menyuruh Inoshuke untuk menolong Hayato dengan memberikan pedangnya. "Menjauhlah!" seru Inoshuke menodongkan pedangnya sambil menutup pintu masuk kereta. Hayato yang ada di dalam malah panik. "Aku calon militer kekaisaran!" "Oh, calon militer kekaisaran ..., pasti kau tak memang pedang sampai gemetar begitu," ejek salah satunya yang memang seorang militer kekaisaran asli. "Pe...pernah," ucap Inoshuke gugup. "Banyak omong!" setelah mengucapkan itu ia berusaha menyerang Inoshuke dengan melancarkan serangan, tapi sebuah lemparan apel mengenai wajahnya yang membuatnya terjatuh. Inoshuke menengok kebelakang, ternyata itu ulah Hayato yang juga ikut panik, meskipun ada pedang di tangannya. "Kurang ajar!" Seru anggota lainnya. Lalu dengan spontan Inoshuke menghalau serangan mereka, meskipun tak pernah belajar sama sekali. Hayato bingung untuk membantu, apa ia harus mengeluarkan jurus andalannya, yakni memotong kayu? Sementara itu Shatoru kini berhadapan dengan perempuan tua itu, si penjual b***k dan si kusir memilih mundur karena mereka tak tahu caranya berkelahi. "Si penjual b***k menghargai tubuhmu 100 logi kuning, apa itu tak terlalu mahal untuk seseorang buruk rupa," ujar perempuan tua itu yang mengeluarkan pedang bermata dua. Memasang kuda-kuda seolah ingin menyerang. Shatoru juga ikut bersiap dengan mengam belatinya dari belakang pinggangnya, ia sadar perempuan tua itu pasti pandai bertung. Dan... Perempuan tua itu menyerang, Shatoru menahan dengan belatinya, perempuan tua itu menekannya cukup kencang lalu melompat dan mundur kebelakang. Berulang kali hampir saja Shatoru terkena pedang itu, Shatoru tak bisa mencari titik buta perempuan itu. Sementara dalam pertarungan Inoshuke dan Shatoru, penjual b***k mengawasi dari kereta kudanya. Setelah Shatoru dan Hayato kabur lebih dari empat bulan, ia pikir mereka tak akan kembali lagi, ternyata pikirannya salah. Si kusir dan Ayami mengajak pergi ke festival bunga sakura di Kurobuchi, ia malas sekali. Karena festival musim semi selalu mengingatkannya pada kematian ayah dan sang ibu. Sayangnya, Ayami dan si kusir memaksa. Terpaksa ia ikut, saat berada di sana. Ia seperti melihat anak kecil yang seperti Hayato tengah membeli barang-barang. Si penjual b***k ingin menangkapnya namun festival itu begitu ramai, ia tak ingin menarik perhatian warga sekitar. Kemudian ia membuat rencana dengan si kusir kuda dan ia pun menyewa pembunuh bayaran, seorang perempuan yang di juluki pedang kematian. Selain itu ia juga berkumpul dengan militer kekaisaran yang bekerja sama dengannya. Penjual b***k dan kelompoknya berniat menangkap Hayato serta Shatoru saat waktu sepi, sayangnya ia kehilangan jejak. Keesokan harinya, si kusir ikut serta dalam adu pacuan kuda. Dan secara kebetulan Hayato dan lainnya datang kembali. Agar rencana mereka berhasil, mereka menjadi seorang peserta, penjual taruhan dan peramal gadungan. Siasat itu berhasil dan mengetahui kemana mereka pergi, sebelum sampai di sungai penyebrangan. Si penjual b***k dan rekannya segera menghadang. Kini penghadangan itu mendapat perlawanan, Shatoru masih melawan perempuan tua itu. Meskipun dari mereka sudah sangat kelelahan. Inoshuke membuang pedangnya karena bingung tak bisa menggunakan, ia malah mengambil balokan kayu yang entah bagaimana ada di dalam kereta itu. Satu persatu dari mereka jatuh dan kesakitan karena pukulan Inoshuke, tersisa satu yang malah memilih kabur. Hayato keluar dari kereta kudanya, mendekat kearah Inoshuke. "Paman Shuke, bagaimana keadaan Paman Shatoru?" tanya Hayato penasaran karena masih mendengar suara benturan pedang dan belati. Inoshuke menganggkat kedua pundaknya, lalu Hayato dan Inoshuke mengintip dari balik kereta kuda itu. Ternyata masih ada pertarungan di sana. Dari arahnya mengintip Hayato dan Inoshuke bisa melihat bahwa perempuan itu terluka akibat goresan belati Shatoru, di bagian wajah dan tangan. "Paman Shuke," panggil Hayato. Inoshuke menoleh melihat Hayato membawa beberapa batu. "Bagus," puji Inoshuke. Kemudian keduanya berlari, Hayato melempar batu-batu kearah perempuan tua dan membuat pertarungan berhenti. "Hentikan!" Seru perempuan tua itu. "Aaaa!" teriak Inoshuke, berlari kearah perempuan tua itu sambil membawa balok kayu. Tuk Kemudian... Perempuan tua itu terjatuh pingsan dengan darah dari kepalanya akibat pukulan Inoshuke. Setelahnya Inoshuke membuang balok kayu itu. "Cepat naik kereta Shuke, Yato!" teriak Shatoru memaksa keduanya cepat naik. Setelah itu Shatoru membawa kereta kuda itu berlari kencang menuju arah sungai. Penjual b***k dan si kusir hanya diam tak bisa melakukan apapun meski Shatoru dan Hayato pergi. *** "Paman Gomino, ke desa Yondama," ujar Inoshuke memburu napasnya. Sesampainya mereka di sungai penyebrangan. Untung saja mereka bertemu kembali dengan Gomino yang membawa perahu itu. "Kenapa kalian begitu terburu-buru?" tanya Gomino. "Nanti saja ceritanya, sekarang cepat kita pergi, Paman." Setelah mengatakan hal itu Shatoru, Inoshuke, dan Hayato sudah masuk kedalam, Gonimo hampir saja melepaskan tali pengekangnya. Namun, ada seseorang dari kejauhan yang menuju mereka dengan berlari sangat cepat. "Tunggu!" serunya. Ia mulai mendekat dan mengatur napasnya. "Paman Hideyoshi," ujar Hayato begitu menyadari jika itu Hideyoshi. "Hai bocah," kata Hideyoshi mengatur napasnya yang masih sesak. "Apa yang terjadi?" tanya Shatoru. "Nanti saja ceritanya, sekarang cepat jalan," ucap Hideyoshi sambil masuk kedalam perahu itu. "Sepertinya kalian penuh masalah hari ini," gumam Gomino sambil membawa perahu itu menjauhi dermaga penyebrangan. Sekarang di satu perahu itu ada Inoshuke, Shatoru, Hayato di tambah Hideyoshi dan Gonimo. Semuanya kecuali Gomino masih sedikit bingung harus memulai dari mana, karena tekanan masalah masing-masing. "Shuke, mana pedangku?" tanya Shatoru memecah keheningan. Inoshuke menarik bibirnya keatas hingga membuatnya memperlihatkan giginya. Ia tanpa sengaja membuang pedangnya. Shatoru yang mengetahui hal itu nampak geram, lalu menendang tubuh Inoshuke sampai terjungkal dan masuk kedalam air. Untung saja dengan cepat Inoshuke berenang dan sampai di perahu. "Maaf, nanti aku ganti," ujar Inoshuke. Hideyoshi menarik masuk Inoshuke kedalam perahu. "Kau Hide, apa yang terjadi?" kini Shatoru yang bertanya pada Hideyoshi. Hideyoshi baru tersadar bahwa ia sejak tak bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian Hideyoshi bercerita bahwa setelah kembali dari Edo, saat di wilayah Imamura, Hideyoshi menjadi buronan karena berurusan dengan ketua klan sabit, di setiap tempat gambar dirinya muncul. Salah satu alasan mereka mencarinya adalah karena Hideyoshi tak sengaja membunuh ketua klan sabit. Hal itu terjadi karena dirinya tengah mabuk dan tak sengaja ketua klan sabit melintas. Saat sadar ia sudah berada di dalam tahanan, dengan mengelabuhi penjaga ia kabur. Sayangnya, setelah kabur ia baru mengerti bahwa telah berbuat salah. Anggota klan sabit serta penduduk lainnya menyebar. Sekarang ia menjadi buronan di wilayah Imamura. "Itulah alasan kenapa aku harus cepat kembali ke Shimazen," kata Hideyoshi mengakhiri ceritanya. "Lalu kau akan kembali lewat laut?" Kini tanya Inoshuke. "Iya, aku akan menggunakan kapal. Bukankah kalian bilang akan ke Yondama, aku bisa menunggunya di pantai," jawab Hideyoshi. Setelah mereka mulai berbagi cerita satu sama lain, Inoshuke juga baru tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Hayato dan Shatoru. Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di Yondama dengan selamat. Bibi Yumi dan kepala desa Yababura mengkhawatirkan mereka, Hideyoshi menginap semalam. Dan keesokan harinya Hideyoshi kembali Shimazen menggunakan kapal dagang yang berlabuh setiap pagi di dekat pantai Yondama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD