Akhir dari pertandingan balap MotoRace di Sirkuit Suarez, kota Herez sudah didapatkan. Pemenang dari race kali ini adalah Martin de Camrige yang menduduki posisi pertama, lalu disusul oleh Jack Roshel di posisi kedua dan yang terakhir adalah Keanu Devretez.
Secara ofisial mereka akan menaiki podium sesuai tingkatan kemenangan masing-masing.
Panitia acara mempersilahkan mereka untuk menaiki podium, Jack sudah melepas helm dan kini menggunakan topi berwarna oranye.
Setiap kali ia melihat wajah Martin, rasa emosinya seketika langsung menggebu-gebu. Sayang sekali kecurangan Martin tidak ditindak oleh para panitia acara, alhasil Martin bisa lolos kali ini.
Ketiga pemenang sudah menaiki podium masing-masing, tentunya Martin berada di tengah yakni podium paling tinggi, di sisi kanannya terdapat Jack Roshel, lalu sisi kirinya ada Keanu.
Seorang pria yang merupakan Presiden dari MotoRace berjalan mendekati para pemenang, ia memberikan trofi penghargaan pada ketiganya secara bergantian.
Raut wajah Jack Roshel sangat kontras dengan kemenangannya, ia menampilkan raut datar tanpa senyuman sama sekali. Hal ini membuat para penonton beropini bahwa masalah antara Jack dan Martin semakin membahana saja.
“Selamat atas kemenanganmu, Martin.” Heelman yang merupakan petinggi sekaligus presiden berujar, ia memberi ucapan dan senyuman merekah pada Martin.
Martin menerima trofi itu dengan berbangga hati, perasaannya juga melambung tinggi tatkala Heelman memberinya ucapan selamat.
Tepat di samping Martin, Jack mengepalkan tangannya dengan erat. Andai saja Martin tidak berlaku curang, mana mungkin pria itu bisa mendapat penghargaan dari Heelman.
Ingin rasanya Jack berteriak pada Heelman bahwa Martin melakukan kecurangan dengan membahayakan dirinya, tapi sebisa mungkin ia menutup mulut agar tidak kebablasan.
“Tentu saja, Heelman. Aku sangat senang hari ini, karena mencatat sejarah sebagai pemenang.” Balas Martin dengan agak keras, sengaja agar Jack mendengar sindirannya.
Keanu melirik Martin dengan malas, pintar sekali pria itu bermain lidah.
Heelman menepuk-nepuk lengan Martin. “Bagus-bagus, lanjutkan prestasimu.”
Heelman bergeser pada Jack, ia juga memberikan trofi pada pembalap itu.
“Selamat Jack, kau juga hebat.” Ujar Heelman pada Jack.
Namun, Jack hanya mengulas senyum amat tipis dan sebentar saja. Selanjutnya ia tak menanggapi ucapan Heelman lagi, hal ini membuat Heelman merasa diabaikan.
Leonard dari jauh memperhatikan pembalap asuhnya, ia menghela napas kasar. Bagaimana pun juga ia berusaha menangkan Jack, tapi pria itu pasti tidak akan mudah menelan kekesalannya.
Nika Adlen, gadis itu sudah berada di barisan para reporter, jurnalis, dan lainnya untuk mengambil momen ini.
Ada banyak pemburu berita di sana, setelah sesi penyerahan trofi ini akan ada sesi wawancara dari masing-masing pemenang. Hal ini adalah kesempatan emas untuk mengambil gambar pembalap dari jarak dekat, Nika juga telah mempersiapkan kameranya dengan baik.
Sejauh ini ia sudah mendapatkan beberapa foto Jack Roshel dari jarak yang tidak cukup dekat, oleh karena itu ia dengan sabar menunggu sesi wawancara tiba.
“Kau lihat itu, Jack bahkan hanya tersenyum tipis amat singkat.” Bisik-bisik dari para jurnalis terdengar.
“Ya, nampaknya permasalahannya dengan Martin masih belum selesai.”
“Mungkin Jack kesal karena kalah dari rivalnya.”
“Ahh, menurutku bukan. Jika kau memperhatikan di tikungan tadi, Martin sepertinya sengaja memblokir jalannya Jack bahkan hampir membuatnya jatuh. Untung saja Jack dengan sigap mampu mengendalikan motornya lagi.” Balas yang satunya.
“Benarkah? Aku tidak begitu memperhatikan tadi, tapi kenapa pihak Jack tidak melayangkan protes?”
“Mungkin belum, tapi jika melihat reaksi Jack yang terlihat marah seperti itu, aku yakin akan ada laporan protes setelah ini.”
“Woah, ini menjadi berita yang hangat.”
Nika mendengar perbincangan mereka dengan seksama, jadi karena ini tadi penonton ramai. Ada dugaan kecurangan yang dilakukan Martin pada Jack, pantas saja sejak dari tadi Jack sama sekali tidak tersenyum, padahal ia menempati posisi kedua.
“Waktunya sesi wawancara dan menyapa para media.” Heelman memberi intruksi.
Martin sangat antusias, ia melompat dari podiumnya dan mencium trofi kebanggaannya.
“Yeay, I am the champion.” Pria tak tahu malu itu berteriak agak keras, mengundang atensi para wartawan dan jurnalis untuk meliputnya.
Otomatis para jurnalis yang tadinya mengerumpi langsung mengerubungi
Martin, mereka berlomba-lomba mencari berita dari pria itu.
“Bagaimana perasaanmu saat ini, sangat membanggakan bukan?” tanya salah satu wartawan.
“Martin, kau menunjukkan bakat terhebatmu hari ini. Bagaimana rencanmu ke depannya?”
Satu per satu para wartawan dan jurnalis melemparkan pertanyaan demi pertanyaan, hal ini membuat mereka berkerumunan.
Ada pula sedikit awak media yang mendekat pada Jack dan Keanu.
Melihat Jack yang sedang sepi dari para media, Nika pun memilih mendekat pada pria itu. Tangannya sudah membawa kamera, dilehernya tergantung tali yang menghubungkan.
Senyuman gadis itu merekah, akhirnya ia bisa mengambil foto Jack Roshel dari dekat, Manager Geo pasti akan kegirangan.
“Jack, kenapa kau tidak terlihat bahagia atas pencapaianmu? Apa karena kau kalah bersaing dengan rivalmu?’ Seorang awak media dengan lancang bertanya pada Jack, seolah-olah ada mengejek didalamnya.
Jack menatapnya dengan tidak suka, ia mengetatkan rahangnya dengan emosi.
Jack kesal bukan karena ia kalah dari Martin, yang paling ia benci adalah saat Martin melakukan kecurangan yang merugikan dirinya.
Nika sibuk memotret foto Jack, beberapa jepretan sudah ia amankan. Jack mengenakan kacamata hitam, tetesan keringat masih mengalir di dahinya.
Nika masih berusaha menanti momen-momen Jack tersenyum, tapi sepertinya ia tidak akan bisa mendapatkan senyuman Jack saat ini.
“Shut up! Kau tidak berhak menyakan hal ini padaku.” Jack berujar dengan nada dingin nan tajam, sontak saja awak media tadi langsung membulatkan mata terkejut.
Ia hanya bertanya, apakah salah?
Ya, kesalahannya adalah memancing amarah dari sosok Jack Roshel. Awak media itu juga terdengar meremehkan kemampuan Jack, pertanyaannya sama sekali tak membangun.
Jack segera menepis kerumunan itu, ia pergi dari sana dengan napas yang memburu. Ia muak dengan hari ini, ia membenci semua orang!
Kepala Jack rasanya mendidih ingin pecah, ia sudah tak bisa menahan amaranya lagi. Ia perlu melampiaskan semuanya, sebelum dirinya mengacaukan acara ini, Jack memilih pergi saja.
Namun, ketika ia berjalan dengan buru-buru, tak sengaja tubuh atletisnya menyenggol lengan seseorang dengan keras.
Terdengar suara benda jatuh setelahnya, tapi Jack sama sekali tak berbalik untuk menatap sang korban. Pria itu terus menambah laju langkahnya agar bisa pergi dari acara ini, detik ini juga Jack terlihat seperti sosok pembalap yang tempramental.
Seorang gadis meringis kecil saat tubuh kecilnya dihantam oleh Jack Roshel, ia mengangkat telapak tangannya yang menjadi tumpuan tatkala terjatuh tadi.
Terlihat tangan itu terluka lecet-lecet, ada juga kerikil-kerikil kecil menembus kulitnya hingga terlihat memar memerah.
Namun, yang paling membuatnya syok adalah kamera kesayangannya. Kamera pertamanya yang ia beli dari hasil tabungan susah payah telah terjatuh, buru-buru Nika memungutnya dan memeriksa benda itu.
Hatinya seolah ikut melayang ketika mengetahui bahwa di kaca lensa kamera terdapat retakan yang cukup besar. Air matanya mulai menggenang, buru-buru Nika memeriksa file-file hasil jepretannya.
Beruntungnya benda itu masih bisa hidup dan filenya pun aman. Namun, karena keretakan itu membuat kamera terlihat cacat dan tidak menarik.
Nika menoleh ke belakang, ia menatap punggung pria yang telah menubruknya dengan kebencian membara.
Tadi, saat ia sedang fokus mengambil gambar Jack, tiba-tiba Jack melewati arahnya dan berjalan amat cepat. Jack menyenggol dirinya hingga jatuh, Nika yang tak sigap pun akhirnya terkapar di tanah dengan kamera yang turut terlempar.
Bibirnya menipis dengan sempurna, tangannya mengepal dengan erat.
Bahkan saat Jack membuatnya terjatuh, pria itu sama sekali tidak berbalik badan ataupun meminta maaf padanya. Mulai detik ini, Nika Adlen sangat membenci Jack Roshel, pembalap yang arogan dan sombong.
Zenseva yang melihat majikannya telah menjatuhkan seorang gadis pun buru-buru menghentikannya.
“Boss, kau menubruk gadis itu.”
Jack berhenti sejenak, dengan tak berbelas ia hanya berbalik amat singkat, bahkan Jack tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang telah ia sakiti.
Jack berbalik ke depan lagi, ia melirik pada bawahannya.
“Kau bantu dia.” Tukas Jack dengan nada amat cuek.
Zenseva melongo tak percaya, hanya itu?
“T-tapi…” Zenseva takut jika aksi majikannya ini bisa membuat nama Jack jadi jelek.
“Apa? Mau membantah?”
Seketika Zenseva menggelengkan kepala, ia mana berani.
“B-baik.”
Zenseva langsung berlari menuju Nika, sedangkan atasannya melanjutkan lagi langkahnya yang tertunda.
Tanpa Jack sadari, amarah telah membuat perasaannya menjadi tersamarkan. Jantungnya berdegup amat kencang, pertanda bahwa seseorang yang ia cari sudah ada di tempat ini, sayang sekali ia lebih mengutamakan kemarahan.
“Nona, mari saya bantu berdiri.” Zenseva bergerak dengan cepat, kasihan sekali gadis ini.
Nika tak mempedulikan Zenseva, ia sempat melihat jika pria itu berbincang dengan Jack.
“Tidak perlu, seharusnya temanmu itu lah yang bertanggung jawab, bukan kau.” Jawab Nika dengan dingin.
Entahlah, ia merasa kecewa dengan sosok Jack Roshel. Pembalap yang katanya memiliki nama bersinar, tapi sifat dan perilakunya cukup buruk.
Tidak ada permintaan maaf, tidak membantunya.
“Maafkan majikan saya, suasana hatinya sedang buruk.” Zenseva meminta maaf atas nama Jack.
Nika sudah berdiri, ia mengelus retakan pada kameranya. Gadis itu tersenyum getir.
“Kau tidak perlu meminta maaf atas dirinya, jika dia adalah seorang pria sejati, maka tidak akan mangkir dari kesalahan. Katakan pada Jack Roshel, aku membencinya.” Matanya sudah berkaca-kaca, ia menghirup napas dalam-dalam lalu membuangnya.
Ya, sejak saat ini ia membenci sosok itu.
Ekspektasi Nika tentang Jack Roshel yang baik dan ramah langsung buyar seketika, cukup hari ini ia bertemu dengan Jack Roshel, untuk selanjutnya jika ada project yang mengharuskannya berhubungan dengan pria itu, Nika akan menolak mentah-mentah.
Sebelum Jack meminta maaf padanya, Nika akan terus membencinya.
Zenseva menggigit bibir bawahnya dengan masam, benar kan dugaannya. Pasti hal ini bisa mempengaruhi nama Jack Roshel, jika sampai awak media lain mengambil momen tadi, nama Jack akan benar-benar runtuh.
Dunia akan mengenal Jack sebagai pembalap yang sombong.
“Nona, sebagai permintaan maaf kami, maukah kau datang ke paddock untuk meluruskan masalah ini?” tawar Zenseva.
Nika menatap Zenseva dengan garang, tentu saja nyali Zenseva langsung menciut seketika. Rupanya gadis didepannya ini benar-benar marah, Zenseva langsung menutup mulutnya.
“Kau pikir aku bisa dengan memaafkannya hanya dengan suapanmu itu? Tuan yang terhormat, aku tidak semudah itu untuk melakukannya.” Balas Nika.
Zenseva hanya bisa menelan suaranya kembali. Jujur saja, ia juga merasa sebal dengan Jack yang mudah termakan emosi hingga bisa mencoreng namanya sendiri.
“B-baiklah kalau begitu. Selaku asistennya, aku benar-benar meminta maaf.” Lanjut Zenseva, ia tak berani merayu Nika untuk membahas kejadian ini dengan damai.
Nika mengembuskan napas kasar, hari ini benar-benar di luar dugaan.
Ia pun berbalik pergi, moodnya untuk mengambil foto-foto pembalap lain juga telah runtuh.
Nika berbalik badan dan keluar dari kerumunan awak media, ekspresi wajahnya terlihat lesuh dan tak bersemangat.
Dengan nanar ia kembali memperhatikan kamera miliknya. Ia merawat kamera ini dengan baik, tidak pernah menaruhnya disemnbarang tempat yang berpotensi bisa melecetkan.
Tapi, dengan tak berperasaannya Jack menjatuhkan benda ini, bahkan tidak ada kata maaf yang terujar.
Nika kecewa, ia merasa dunianya runtuh.
Tak jauh dari kejadian tadi, Martin tersenyum miring. Hari ini ia telah mempecundangi Jack, pria itu juga terlihat dingin ke semua orang.
Dengan liciknya Martin menghasut Heelman mengenai Jack Roshel, Martin menjelek-jelekkan nama Jack di depan Presiden MotoRace itu.
Pertahanan Heelman agak runtuh, ia sedikit termakan hasutan Martin mengenai tingkah buruk Jack. Seperti saat penyerahan trofi tadi, Jack berlaku tidak sopan.
Begitu juga saat wawancara awak media, Jack menyentak salah satu jurnalis dan melenggang pergi tanpa mau menjawabnya.
Ini lah rencana Martin, perlahan-lahan membuat nama Jack menjadi jelek dan akhirnya dibenci semua orang. Dengan begini, Jack akan tersingkirkan dan keluar dari dunia balap.
Saat Martin dengan berbangga diri atas kejahatannya, Terres datang dengan senyuman miring.
"Oh hallo, Terres. Senyumanmu sangat sumringah sekali, apa kau sedang berbahagia atas kemenanganku hari ini?" Martin terkekeh pelan.
"Bahkan ada yang lebih membahagiakan dari ini." Jawab Terres, menyugar rambutnya ke belakang.
"Ada apa, Terres?" tanya Martin.
Terres mengambil kamera ponselnya, ia memperlihatkannnya pada Martin.
Layar ponselnya menyorot pada detik-detik saat Jack keluar dari arena sirkuit, pria itu berjalan dengan cepat dan menyenggol Nika sampai jatuh.
Dengan tidak berperasaan, Jack meninggalkan Nika tanpa membantu atau meminta maaf sekalipun.
Melihat hal ini Martin tentu saja tahu apa yang ada di otak licik bawahannya, sekarang ia paham kenapa Terres tersenyum begitu sumringah.
"Kau tahu maksudku, Martin."
"Tentu saja, kau memang bisa diandalkan."
Setelahnya Martin menjentikkan jari dengan puas, karir Jack akan benar-benar hancur, namanya juga tercemarkan.
"Tamat lah riwayatmu, Jack Roshel."