Arabella tidur dengan gelisah, peluh membasahi seluruh tubuh. pakaian yang dia pakai pun menjadi basah. Namun, Arabella merasa dingin, juga sakit pada sekujur tubuhnya. Dia mengigau memanggil mamanya.
Terdengar suara adzan dari ponsel Arabella. Kenzo merasa terganggu, dia membuka mata lalu melihat ke bawah samping tempat tidur. "Ara!" Kenzo berteriak membangunkan istrinya, tetapi rupanya Arabella tidak terusik. dia tetap tidur. Bagaimana bisa istrinya itu tidak terbangun? Padahal ponselnya berada tepat di samping bantalnya.
"Ara!" teriak Kenzo tambah kencang.
Melihat sang istri yang masih juga tidak bangun, Kenzo bertambah murka. Dia mengambil bantal lalu dilempar ke arah istrinya. Bantal tersebut tepat mengenai wajah Arabella.
Sontak saja Arabella terbangun. Matanya terbuka. "Ara! Kamu tidak dengar ponsel kamu sudah bunyi dari tadi. Tuli kamu!"
Arabella langsung duduk, dia merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Wajahnya pucat. Arabella mengambil ponsel yang sudah tidak bersuara di samping bantalnya. "Sudah subuh ternyata," batin Arabella.
Arabella lalu memaksakan diri untuk shalat subuh. Dia bangkit perlahan, tangannya langsung berpegangan pada nakas begitu dia merasa berkunang-kunang. Tubuhnya terasa lemas, seluruh tulangnya linu.
Setelah dirasa tidak berkunang-kunang lagi, Arabella melangkah tertatih ke kamar mandi. Lima menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi. Wanita itu hanya buang air kecil lalu berwudhu.
Arabella shalat subuh sambil duduk, dia tak kuat jika berdiri lama-lama. kulit badannya panas, tetapi Arabella merasa dingin. Selesai shalat dia melihat sang suami yang kembali tidur.
Biasanya dia akan memaksa Kenzo untuk bangun dan shalat subuh, tetapi kini Arabella tidak peduli karena dia tak punya tenaga untuk bertengkar. Dia tak mau membuat Kenzo marah lalu menyiksanya, fisiknya sedang rapuh.
Ingin rasanya dia tidur kembali. Baru saja Arabella membaringkan tubuhnya. Tuan paduka sang suami memanggilnya. Kenapa lelaki itu harus bangun disaat dirinya ingin tidur lagi?
"Aku ingin mandi, siapkan semuanya!"
Oh Tuhan, tidak bisakah dia libur hari ini? Dengan terpaksa Arabella bangkit lalu membereskan bekas tidurnya. Gerakannya sangat lambat, karena tubuhnya lemah.
"Lelet banget, sih! Cepat sedikit badanku sudah gatal!" Kenzo merasa geregetan melihat Arabella yang lambat.
Arabella tidak menjawab, dia mempercepat gerakannya. Istri Kenzo itu menyiapkan semua keperluan mandi sang suami. Setelah semua siap, Arabella memindahkan Kenzo ke kursi roda. Sungguh perlu tenaga ekstra serta kerja keras untuk Arabella dengan tubuh lemahnya memindahkan Kenzo yang berbadan lebih besar darinya, juga lumpuh.
Di mana berat badan Kenzo bertumpu pada Arabella. Setelah dia bisa memindahkan Kenzo, Arabella mendorong kursi roda ke kamar mandi. Ditanggalkannya semua pakaian yang membalut tubuh Kenzo hingga semua terlepas. Kini Kenzo sudah polos tanpa sehelai benang pun.
Istri dari Kenzo tersebut sudah biasa, dia tidak lagi merasa canggung memandikan Kenzo. Setiap inci tubuh Kenzo di gosok shower puff yang sudah diberi sabun. Namun, untuk bagian tertentu, Kenzo membersihkannya sendiri.
Awalnya Kenzo merasa canggung bagaimana pun dia tidak pernah telanjang bulat di hadapan seorang wanita. Namun, jika bukan istrinya siapa lagi yang akan membantunya mandi. Sebenarnya dia bisa sendiri, hanya butuh orang untuk membantu memindahkan dan membuka celana.
Ditepisnya rasa malu, lagi pula sudah tugas seorang istri untuk mengurus suaminya. Apakah dia terangsang dan berpikiran m***m? Tentu tidak, Arabella adalah orang yang dia benci tidak mungkin dia bernafsu padanya yang ada nafsu amarah untuk istrinya.
***
Kini Kenzo sudah merasa segar dan berpakaian rapi. "Ara, aku ingin makan di meja makan."
Arabella yang baru saja membereskan bekas mandi Kenzo, menghela napas. Dia langsung mendorong kursi roda Kenzo keluar kamar. Para pelayan melihat wajah Arabella yang pucat dan masih memar. Sementara, Kenzo memasang wajah dinginnya.
Begitu sampai di meja makan, ada Agnes bersama suami dan Claudia sedang sarapan. Arabella memposisikan Kenzo di samping Claudia. Akhirnya Arabella bisa duduk istirahat sejenak, dia tidak peduli jika dirinya belum mandi hanya berganti pakaian saja.
Tangan Arabella sudah gemetar. dia juga belum makan, kepalanya pusing. Arabella memejamkan mata sekejap. "Ara! Kamu tidak mengambilkan suamimu makan?" teguran itu berasal dari Agnes, sang mami mertua.
Arabella langsung membuka mata lalu mengambil piring. Dia mengambilkan makanan yang diinginkan oleh Kenzo. Setelah selesai dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Kenzo melirik istrinya. Dia tahu Arabella sedang sakit. Tadi dia merasakan kulit Arabella yang panas saat memandikannya. Namun, dia tak peduli.
Semakin Kenzo melihat Arabella menderita, dia semakin senang. Agnes menatap benci pada menantunya itu. Dia merasa belum puas setelah menyiksanya kemarin.
Arabella tidak dapat makan dengan nikmat. Perutnya mual. Gusinya pun linu ketika dia mengunyah.
Dia menyudahi makannya. Kenzo meminta Ara untuk membuatkan jus mangga. Masalahnya tidak ada mangga di rumah. Itu artinya dia harus beli ke toko buah atau supermarket.
Arabella bergegas membeli buah mangga di toko buah dekat rumah mertua, dengan berjalan kaki. Setelah dapat dia segera pulang. Walau dekat toko buah itu, jika tubuhnya sedang tidak sehat, terasa sangat jauh dan lama.
Arabella sudah sampai rumah. "Kamu beli di mana? Di Hongkong! Lama banget beli buah aja!" Agnes langsung memarahi sang menantu.
"Maaf, Mi. Kaki Ara, sakit. Jadi Ara nggak bisa jalan cepat-cepat."
"Sudah jangan banyak alasan! Cepat, buatkan jus untuk semua!"
"Iya, Mi."
Arabella berjalan dengan lesu. Seorang pelayan hendak membantunya, tetapi mendapat tatapan tajam dari Agnes. Akhirnya Arabella membuat semuanya sendirian.
Mesin juicer sedang menyala. Pandangan Arabella terasa berkunang-kunang, tubuhnya mulai limbung ke kanan dan ke kiri hingga akhirnya luluh ke lantai. Mata lelah itu pun terpejam.
"Nyonya! Nyonya muda, bangun!" Seorang pelayan menghampiri Arabella yang tak sadarkan diri.
Datang pelayan lain. Dia lalu melanjutkan pekerjaan Arabella atau Nyonya besar akan marah. "Ada apa ini?" Agnes datang ke dapur. Dia ingin mengecek Arabella yang lama membuatkan jus untuk keluarganya.
"Maaf, Nyonya besar. Tapi Nyonya Ara pingsan." Salah satu pelayan menjawab Agnes.
"Paling juga pura-pura," ucap Agnes tidak percaya.
"Tapi, badannya panas sekali, Nyonya," sanggah pelayan tersebut.
Agnes mendekat lalu memegang dahi menantunya. Benar terasa panas, bibir dan wajahnya juga pucat. Tidak mungkin dia panggil dokter atau di bawa ke rumah sakit sebab di sekujur tubuh Arabella ada jejak luka bekas penyiksaan. Nantinya bisa timbul masalah baru.
"Bawa dia ke kamar belakang. Kamu teruskan buat jus dan kamu buatkan bubur untuk Ara juga belikan obat antibiotik serta obat turun panas. Biar nanti saya catatkan!"
Pelayan menuruti perintah majikannya. Ara dibawa ke kamar belakang. Kamarnya sangat kecil. Mereka lalu membaringkan Arabella di tempat tidur single bad yang kecil.
Mereka kemudian meninggalkan Arabella sendiri. Setengah jam berlalu, datang pelayan membawa bubur dan obat untuk Arabella. Dia menyimpannya di meja kecil samping tempat tidur.
Arabella belum sadar, pelayan itu meninggalkan Arabella. Mungkin yang Nyonya Ara butuhkan adalah istirahat karena itu dia meninggalkannya. Tak lama kelopak mata dengan bulu mata yang lentik itu terbuka.
Dia melihat ke sekeliling ruangan. Arabella merasa asing dengan ruangan ini. Pandangannya beralih menatap meja di samping tempat tidur. Ada bubur dan obat.
Dia melihat ke arah jendela kamar. pemandangan di luar terasa tak asing. Kini dia tahu di mana dirinya berada. Masih di rumah mertuanya, dan dia ditempatkan di kamar pembantu.