Hari sudah malam, Arabella benar-benar tidak mendapatkan jatah makan. Dia berdiam diri di kamar menatap suaminya yang sedang makan. Setelah selesai Arabella menaruh piring kotornya ke dapur lalu kembali ke kamar.
Kenzo lalu memintanya untuk membantu ke kamar mandi. Dia ingin buang air kecil dan sikat gigi. Arabella yang berbadan lebih kecil dari suaminya kewalahan memindahkan sang suami dari kasur ke kursi roda. Untungnya dia bisa melakukannya walau setelah itu jantungnya berdebar karena kelelahan, juga keringat terasa mengucur di punggungnya. Kenzo di kamar mandi sendiri. Kamar mandi tersebut sudah dirancang sesuai dengan kondisi orang itu.
Beberapa menit kemudian, Kenzo keluar dari kamar mandi dengan memutar roda besi pada kursi rodanya. Sampai di pinggir tempat tidur, Arabella kembali membantu Kenzo untuk pindah ke atas ranjang. “Matikan lampunya! Kamu tidur di bawah!” ucap Kenzo ketus.
Arabella menurut, dia mematikan lampu lalu berdiri di samping tempat tidur. Dia bingung tidur di bawah menggunakan apa? Akhirnya dia mengambil bantal di tempat tidur, kemudian mengambil selimut di lemari. Wanita itu menggelar selimut di lantai lalu tidur.
Miris, sekali hidup Arabella. Maksud hati menghindari bui, tetapi malah masuk ke sarang singa. Pernikahannya tidak membawa kebahagiaan. Arabella, memejamkan mata, lebih baik dia istirahat menyiapkan tenaga untuk besok.
Dia yakin sekali besok lebih berat lagi masalah yang akan dia hadapi, keluarga itu membencinya. Entah apa yang akan mereka lakukan? Namun, Arabella harus siap. Dia berdoa pada Yang Kuasa, agar mengampuni dosanya dan menguatkan dirinya dalam menjalani semua cobaan.
***
Hari ini Arabella berdandan cantik, sampai Kenzo merasa terpesona untuk sesaat. Jantungnya sempat berdegup kencang melihat sang istri yang tampak berbeda. Kenzo memuji dalam hati.
"Cantik, bahkan dia lebih cantik dari Angelina. Andai dia bukan orang yang membuatku lumpuh, aku pasti akan dengan mudah jatuh cinta padanya. Bibirnya terlihat menggoda ... tidak! Aku tidak boleh terpesona olehnya! Ingat, Kenzo! Kamu itu menikah hanya untuk balas dendam. Jadi, kamu tidak boleh jatuh cinta padanya, lagi pula dia tidak pantas dicintai, ingat itu!"
Hati Kenzo berusaha menepis pesona Arabella. Jangan sampai dia jatuh cinta di tengah misinya untuk membalas dendam. Bayangkan saja penderitaan yang wanita itu sebabkan.
Arabella berdandan atas permintaan mami mertua. Bukan tanpa alasan, tetapi karena hari ini di rumah mertuanya akan diadakan acara arisan ibu-ibu sosialita.
Dia sendiri bingung kenapa harus tampil cantik? Toh dia juga tidak akan ikut arisan. Tamu-tamu Agnes sudah datang. Arabella di panggil oleh mertuanya untuk diperkenalkan dengan teman-temannya.
Arabella menghampiri sang mertua. Dia terkejut karena di sana juga ada mamanya. “Nah, ini menantu saya, dia cantik bukan?” wanita yang disebut menantu itu, langsung menoleh ke arah mertuanya.
Apa dia tidak salah dengar? Mertua yang selama ini memandang dia dengan sinis, baru saja memujinya cantik dan menyebutnya menantu dengan tersenyum. Ini pasti hanya untuk menjaga image-nya saja. Arabella tersenyum manis pada mereka.
Agnes menarik Arabella untuk duduk di sampingnya. “Oh, jadi ini menantumu, Jeng. Cantik, ya. Kenzo beruntung sekali mendapat istri yang cantik. Zaman sekarang mana ada yang mau dengan lelaki yang ... maaf ya, Jeng, punya kekurangan fisik!” ucap salah satu ibu-ibu teman sosialita Agnes.
Agnes sudah mengepalkan tangannya di paha. Hatinya sangat geram, ingin berkata kasar, tetapi percuma, itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Dia lalu tersenyum manis.
“Alhamdulilah, kalau jodoh tidak ke mana. Ara ini hatinya baik, tidak memandang fisik seperti wanita lain.” Agnes tersenyum sinis, menatap ke arah satu wanita paruh baya. Dia adalah ibu dari Angelina—mantan tunangan Kenzo.
Kartika, tersenyum bahagia karena keluarga Kenzo ternyata memperlakukan putrinya dengan baik. Semua kekhawatirannya tidak terjadi. Dia berdoa dalam hati semoga rumah tangga putrinya akan selalu bahagia.
Dia jadi teringat pernikahan anaknya yang sangat mendadak dan sederhana. Kartika ingin mengadakan resepsi pernikahan anaknya yang belum sempat terlaksana. Nanti akan dia bicarakan dengan ibunya Kenzo.
“Tapi, apa benar dia tulus mencintai Kenzo? Bisa saja ‘kan dia mengincar yang lain?" Ibu dari Angelina sengaja menyindir balik Agnes.
“Nak Ara ini, anaknya Jeng Kartika.” Agnes memberi tahu pada mereka semua.
“Wah, anaknya Jeng Kartika ternyata. Ya, itu mah mana mungkin ada udang di balik batu? orang satu level. Sayang, coba kenalnya sama anak aku dulu. Kalian pasti cocok! Ganteng dan cantik. Kasihan kamu, Nak.” Seorang wanita yang berpenampilan cetar dengan jambul rambut anti badai-nya bicara dengan enteng sambil menggelengkan kepala. Dia biasa dipanggil jeng Karin.
Hati Agnes semakin menggebu. Mereka mengasihani Arabella yang menikah dengan anaknya, seolah-olah hidup Arabella menderita karenanya. Justru Kenzo-lah yang menderita karena wanita itu.
“Anak saya juga ganteng, makanya Arabella jatuh cinta sama anak saya, iya ‘kan, Nak?” tanya Agnes tersenyum palsu pada Arabella.
Arabella melihat mata Agnes, dia menjadi gugup. “Iya, Mi.”
“Jeng Agnes ini ‘kan orang baik, suka membantu, jadi karena itulah dia mendapatkan menantu yang baik,” ucap teman Agnes yang terlihat lebih gemuk, wanita paruh baya itu bernama Lisa.
Mereka lalu terus bicara sambil menikmati hidangan. Kenzo merasa kesal sendiri di kamar, dia lalu mengambil ponselnya dan menelepon Arabella. Ponsel yang dipegang Arabella berdering, dia melihat nama kontak Kenzo si monster tertulis di layar ponsel.
“Maaf, semuanya saya ke dalam dulu. Suami saya memanggil, permisi.” Arabella pamit dengan sopan dia lalu memeluk dan mencium pipi ibunya kemudian pergi.
“Kenapa nggak diangkat?" Kenzo menggerutu di kamar. Dia marah karena berani-beraninya Arabella tidak mengangkat teleponnya.
Arabella berjalan cepat ke kamar. Dia sengaja tidak mengangkat telepon dari suaminya karena percuma, toh posisi mereka juga dekat. Dia tinggal menghampiri saja. Arabella membuka pintu kamar. “Ada apa?” tanya Arabella langsung setelah pintu terbuka kemudian dia melangkah masuk ke dalam.
“Sedang apa kamu di sana? Sengaja ya, kamu lama-lama untuk menghindari saya?!” bentak Kenzo pada Arabella.
“Maaf, bukan begitu. Mami menyuruh aku untuk duduk dan mengobrol dengan teman-temannya.”
“Alasan saja! Kamu ‘kan bisa menolak, bilang aku sendirian di kamar! Aku mau kopi, buatkan aku kopi!”
“Iya, aku buatkan.” Arabella, langsung pergi ke dapur untuk membuatkan kopi. Beberapa menit kemudian Arabella sudah selesai membuat kopi, dia juga menyiapkan cemilan untuk Kenzo.
Arabella membawa kopi dan cemilan itu dengan nampan. Masih terdengar olehnya suara ibu-ibu yang sedang arisan. Arabella masuk ke kamar. Dia meletakkan nampan tersebut di atas meja samping tempat tidur. Tangannya mengambil kopi dan memberikannya pada Kenzo.Tatapan tajam Kenzo lagi-lagi dia dapatkan. Arabella tidak merasa takut, tetapi dia merasa canggung.
"Apakah selamanya aku akan seperti ini? Sampai kapan aku akan hidup dalam rumah tangga yang bahkan tidak ada kehangatan, hanya bentakan, tatapan tajam dan hinaan yang aku dapatkan. Bahkan, Claudia juga membenciku. Dia selalu menatap tajam penuh kebencian lalu membuang muka. Tidak ada yang menghargaiku di rumah ini kecuali para asisten rumah tangga."
Jadi begini rasanya saat tidak dihargai orang lain dan diperlakukan kasar. Dulu dia suka berbuat kasar dan semena-mena pada orang lain. Benar kata orang, apa yang kita lakukan akan berbalik pada diri sendiri.
Profesi yang dia anggap paling rendah ternyata merekalah yang berbuat baik dan paling menghargainya. Arabella berjanji dia akan berubah menjadi lebih baik. Mungkin ini hikmahnya yang dia dapat, untuk merubah sifatnya menjadi lebih baik.