NAVIA POV
Setelah kejadian semalam dan aku kembali ke kamarku, pagi harinya aku terbangun dengan kepala sedikit pusing karena kurang tidur. Aku melirik jam dinding yang tertempel di dekat lukisan yang mungkin favorit Miko, masih pukul lima.
Lebih baik aku bangun, aku ingin memasakkan sesuatu untuk Miko. Aku numpang di rumahnya, rasanya tidak enak kalau tidak melakukan apapun. Aku bangun dari tidurku dan keluar dari kamar setelah membereskannya.
Kalau di lihat-lihat, rumah Miko sedikit seram. Mungkin karena hanya di tinggali dia seorang, jadi suasananya mencekam dan dingin. Aku berjalan perlahan menyusuri lorong sebelum turun ke lantai bawah.
Aku bisa membayangkan bagaimana membosankan-nya hidup Miko, dia hanya sendirian menempati rumah ini. Kalau aku menjadi dia, tentu saja aku tidak akan bertahan lama. Setidaknya, harus ada asisten rumah tangga.
Perlahan aku menuruni tangga. Mengingat kembali kejadian semalam membuatku tak bisa menahan tawa. Bagaimana keadaan Miko? Apakah dia baik-baik saja? Timbul perasaan khawatirku, mengingat lukanya yang cukup parah.
Aku mencoba menemukan dapur Miko. Membuka kulkas dan mencari apa yang bisa di masak. Isinya cukup lengkap, untuk seorang pria dingin, ini adalah nilai tambah untuknya, dia paham sekali dengan bahan makanan. Apa sebenarnya Miko adalah seorang koki?
Aku harus memasak beberapa menu untuk sarapan. Setidaknya ini sebagai bentuk balas budi atas kebaikannya padaku. Sepertinya, aku juga harus membersihkan rumahnya, seperti menyapu atau mengepel lantainya.
Berpuluh menit kemudian, aku berhasil menyajikan menu makanan yang mungkin bisa menggugah selera makan Miko. Aku sangat bersemangat, ini pertama kalinya aku memasak di rumah orang asing.
Aku segera membersihkan peralatan masak yang telah aku gunakan untuk memasak hari ini sambil bersenandung kecil. Setelah semuanya selesai, aku segera menyapu dan mengepel lantai rumah Miko dengan senang hati.
Kemana dia? Sudah hampir pukul tujuh tetapi Miko belum juga muncul. Mendadak aku mencium aroma wangi khas parfum cowok. Saat aku melihat ke arah tangga, Miko tampak turun dan telah berpakaian rapi.
"Navia, aku tidak menyuruhmu mengerjakan ini semua. Kamu tidak perlu membersihkan semuanya. Biar nanti aku yang mengerjakannya," perkataan Miko sedikit lembut. Ada apa dengannya? Bukankah sejak bertemu dia cuek?
"Aku menumpang di rumahmu, biarkan aku mengerjakannya sebagai ucapan terima kasih," sahutku, sambil masih mengayunkan gagang pel kesana-kemari.
"Tidak perlu sampai seperti itu, Navia. Aku sudah bilang, kamu temanku. Kamu tidak ada kegiatan? Misalnya kuliah atau kerja?" tanyanya tampak serius seraya duduk perlahan di sofa, mengelap sepatu yang ia tenteng dari kamarnya.
"Tidak masalah, Miko. Aku mungkin akan mencari pekerjaan baru, aku tidak bisa bekerja di tempat yang sama lagi. Anak buah papa pasti akan menangkapku." jawabku pasti.
Anak buah papa pasti tidak akan membiarkanku hidup dengan tenang. Perjodohan ini tidak sesuai dengan keinginanku. Aku membutuhkan seseorang yang paling tidak mau berpura-pura menjadi pasangannya. Tapi siapa? Siapa yang bersedia menjadi pacar pura-puraku dan menghadapi sikap keras dari papa dan kakekku?
"Maafkan aku, Navia. Aku tidak punya pekerjaan yang bisa ku tawarkan padamu. Kalau aku pemilik perusahaan, mungkin aku akan melibatkanmu," katanya sambil memakai sepatu.
Jadi, apa pekerjaan Miko? Kalau ia bukan pekerja kantoran, lalu untuk apa dia serapi ini? Bahkan dia setampan aktor korea yang memerankan peran CEO muda.
"Lalu, apa pekerjaanmu? Maaf, kamu tidak perlu menjawab kalau kamu tidak mau menjawabnya."
Aku takut Miko akan tersinggung karena aku ingin tahu apa pekerjaan yang sedang ia tekuni saat ini. Sebenarnya, jawaban Miko juga tidak terlalu penting untukku.
"Sekali lagi, ini adalah rahasiaku. Tapi, entah mengapa aku mempercayaimu. Pekerjaanku adalah sebagai pacar sewaan. Aku harus berpenampilan sesuai dengan permintaan pelanggan." Miko bangkit dari duduknya. Ia membenarkan letak dasinya lalu menatap jam tangannya sejenak.
Aku sedikit tidak menyangka, ternyata Hiro seorang pacar bayaran. Sungguh jauh dari ekspetasiku. Aku pikir, dia justru pembunuh bayaran. Hmm, pekerjaan Miko sepertinya cocok buatku, aku juga butuh pacar sewaan, tapi aku tidak punya uang untuk membayarnya. Sepertinya, aku harus segera mencari pekerjaan baru.
"Kamu pasti tidak menyangka kan? Pasti kamu mengira aku adalah orang jahat. Tapi itu tidak masalah, aku memang sengaja membangun kamuflase yang bagus agar orang sulit mengungkap rahasiaku. Tapi aku bekerja secara legal, sebagai pacar sewaan pun, kami punya perusahaan resmi."
Miko menyunggingkan senyum tipis, dia sangat manis. Pekerjaan pacar sewaan ini sepertinya memang sangat cocok dengannya.
"Ya, aku sempat berpikir kamu adalah pembunuh bayaran, tapi ternyata pekerjaanmu sangat di luar dugaan. Nanti, jika aku punya cukup uang, aku juga akan menggunakan jasamu, untuk menghentikan usaha kakek dan papa menjodohkanku." ungkapku jujur.
Aku harus mencari jalan keluar perlahan, aku merindukan mamaku dan tidak mungkin selamanya aku merepotkan Miko.
"Navia, aku bisa membantumu tanpa di bayar. Kamu mau kapan? Aku akan atur jadwalnya."
Miko justru menawarkan jasanya dengan cuma-cuma, tetapi aku tidak bisa menerimanya. Bagaimanapun, Miko sudah banyak membantuku.
"Tidak, Miko. Aku tidak akan memakai jasamu sebelum bisa membayarmu. Sementara, mungkin aku hanya akan merepotkanmu. Maafkan aku."
Hanya maaf yang bisa aku ungkapkan padanya. Aku beruntung bertemu pria baik seperti Miko, meskipun baru kenal, dia sudah menganggapku sebagai temannya.
"Baiklah, bagaimana baiknya saja. Aku tidak masalah, aku sudah bilang kamu temanku. Jika kamu berubah pikiran, bicarakan padaku kapan saja. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik." Miko meninggalkanku yang masih terpaku.
Pria tampan, sempurna dan baik hati. Bahagia sekali kalau aku bisa mempunyai kekasih seperti dia. Tetapi, aku tahu diri, siapa diriku. Jadi sahabat Miko saja sudah merupakan keberuntungan.
Aku segera menyelesaikan tugasku. Hari ini, aku akan mulai mencari pekerjaan. Meskipun aku sama sekali tidak memiliki berkas apapun. Entah pekerjaan apa yang bisa aku dapatkan nanti.
Sebenarnya, aku sedang mengajukan naskah n****+ di sebuah platform online, tetapi sampai hari ini belum.ada kabar. Semoga segera ada kabar baik. Aku butuh pekerjaan atau setidaknya sesuatu yang dapat menghasilkan uang.
Setelah semuanya beres, aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Suasana rumah Miko semakin mencekam. Mungkin aku belum terbiasa dan karena aku hanya seorang diri tinggal di sini.
Aku hanya membawa beberapa lembar baju di dalam tas kecilku. Tapi setidaknya masih ada yang bisa ku pakai untuk melamar kerja. Navia yang manja, mulai hari ini harus bekerja keras. Aku harus bisa, aku akan berjuang sekuat tenaga. Semangat Navia! Kamu pasti bisa. Yah, itulah aku yang berusaha menyemangati diriku sendiri. Kalau bukan diriku, aku mau mengandalkan siapa lagi?