Rumah Freya

1028 Words
Freya tersenyum melihat kepergian Agam. Ia sudah sampai di rumanya dan diantar oleh Agam. Freya mengecek handphone nya. Sudah lebih dari sepuluh kali Darel menghubungi dirinya. Ada juga beberapa pesan dari Darel. Gue udah bilang gue gak suka kalau lo telat. Lo udah mulai berani ya, untuk ngabaikan telpon gue. Angkat, Frey! Freya hanya mengabaikan pesan itu. Ia sangat malas berurusan sama pria seperti Darel lagi. Freya masuk ke dalam rumahnya. Ia menatap meletakkan badannya di kasur miliknya. Freya sangat lelah sekarang. Ia sangat malas untuk melakukan apapun. Padahal niat awal Freya ialah mandi setelah itu ia akan mulai mencari pekerjaan baru untuk nya. Pekerjaan yang akan membuatnya tidak akan berhubungan lagi dengan Darel. Sekali lagi handphone Freya berdering. Ia pun melihat siapa yang menghubungi dirinya. Sama seperti tadi, Darel. Freya sangat malas untuk mengangkat panggilan itu. Tetapi ia tidak mau jika Darel terus menghubungi dirinya. Freya pun lngsung mengubah posisinya. Ia langsung duduk dan mengambil handphone nya. Detik berikutnya, Freya langsung mengangkat panggilan Tersebut. "Hm." Ucap Freya. "Lo dimana? Gue udah nungguin lo dari tadi tapi lo enggak datang. Lo lup--" Freya memotong perkataan Darel. "Gu udah mutusin. Gue berhenti kerja sama lo. Dan satu lagi, anggap kita enggak pernah kenal sama sekali. Kita hanya orang asing. Lo ngerti? Bye." Balas Freya. Setelah mengatakan itu, Freya langsung mematikan panggilan tersebut. Ia menghela napas panjang. Dia sedikit tenang sudah mengatakan itu kepada Darel. Freya meletakkan handphone nya. Ia pun langsung bergegas untuk bersih-bersih. Setelah selesai bersih-bersih, Freya hendak kembali masuk ke kamarnya. Tetapi ketukan dari luar kamarnya membuat Freya mengurungkan niatnya. Freya tidak tah siapa yang mengetuk pintunya itu. Tetapi yang iya tau hanya Agam lah yang mengetahui rumahnya ini. Jadi pasti itu Agam yang mengetuk pintu. Freya pun langsung buru-buru untuk membuka pintu. Karena sepertinya seseorang yang sedang mengetuk pintunya itu sedang terburu-buru juga. Freya membuka pintu dan terkejut melihat seseorang yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya ini. Pria itu, tanpa di suruh langsung masuk ke dalam rumah Freya. Freya yang melihat itu kembali melebarkan kedua matanya. Ia langsung menutup pintu. "Lo ngapain di sini?" Tanya Freya kesal. "Gak ada alasan yang pasti sih. Cuman lihat lo, mungkin." Balas Darel dengan santai. Freya berusaha untuk sabar menghadapi pria yang ada di hadapan ya ini. "Lebih baik sekarang lo keluar. Gue mau istirahat." Ucap Freya lagi. "Yaudah. Gue temenin lo istirahat." Balas Darel. Freya tidak dapat menahan nya lagi. Ia berjalan mendekati Darel. Ia menatap Darel tajam. Detik berikut nya ia menarik tangan Darel. Tetapi Darel sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. "Lo lebih baik keluar atau gue teriak biar semua tetangga gue ngusir lo." Ancam Freya kepada Darel. "Lakuin aja. Gue gak masalah. Ayo lakuin." Ucap Darel dengan senyumannya yang sangat menyebalkan itu. Freya tidak tau lagi harus berbuat apa. "Lo mau apa di sini? Please jangan buat gue stress." Darel tidak membalas ucapan Freya. Ia malah berjalan menuju kamar Freya. Ia duduk di tempat tidur Freya. Freya yang mengikuti dirinya hanya bisa diam. Dia hanya akan menunggu Darel untuk keluar dari rumahnya ini. "Tempat tidur lo empuk." Ucap Darel. Freya hanya diam mengamati pria itu. Darel menatap Freya dan tersenyum nakal kepada Freya. "Lo dah pernah ngelakuin itu di sini?" Tanya Darel. Freya yang mendengar itu langsung melebarkan kedua bola matanya. Ia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran pria yang ada di depannya ini. "Gue tau jawabannya. Lo kan baru pertama kali ngelakuin itu sama gue. Jadi gue yakin banget lo belum pernah ngelakuin itu di sini." Sambung Darel lagi. "Gue gak perlu jawab pertanyaan bodoh lo itu. Udah puas kan duduk di situ? Sekarang gimana kalau lo kembali ke rumah lo. Gue mau istirahat." Tutur Freya kepada Darel. Darel berdiri dari duduknya. Ia berjalan menuju Freya. Tersenyum lembut kepada Freya. Darel mengelus lembut pipi Freya. Freya langsung menyingkirkan tangan Darel dengan kasar. Tetapi detik berikut nya, Darel kembali meletakkan tangannya di pipi Freya. "Lo lama-lama mulai melawan sama gue ya? Atau mungkin karena gue selama ini bersikap baik sama lo, jadi lo bersikap seenaknya ke gue?" Ucap Darel dengan suara penuh tekanan. Freya menatap Darel takut sekarang. Tiba-tiba sikap Darel langsung berubah drastis seperti ini. Freya hanya diam menatap mata tajam Darel sekarang. "Mulai besok, gue mau lo datang tepat waktu ke apartemen gue. Lo ngerti?" "Gue udah bilang sama lo. Gue gak mau kerja sama lo lagi. Gue udah selesai. Gue gak ma--" Ucapan Freya berhenti ketika Darel langsung mencium bibir Freya dengan kasar. Freya sangat terkejut mendapatkan perlakuan seperti itu. Freya langsung memukul pundak Darel. Tidak beberapa lama, Darel melepaskan ciuman itu. Ia tersenyum miring kepada Freya. "Besok lo datang ke apartemen gue tepat waktu. Gue gak Terima penolakan. Lo ngerti?" Ucap Darel kepada Freya. Freya tidak tahan menerima perlakukan seperti ini. Freya pun meneteskan air matanya. Ia sangat takut sekarang. Bagaimana bisa Freya terjebak dengan pria yang ada di depannya ini. Pria ini benar-benar sudah membuat kesabaran nya habis. Darel tersenyum melihat Freya menangis. Ia menghapus air mata Freya. "Jangan nangis, sayang. Air mata lo gak guna buat gue." Ucap Darel kepada Freya. Darel mendekat kearah Freya dan membisikkan kepada Freya. "Malam ini gue mau tidur sini ya. Lo gak masalah kan?" Tanya Darel. Tapi seperti nya itu bukan sebuah pertanyaan tetapi pernyataan buat Freya. Freya hanya diam. Dia tidak berani untuk menjawab pertanyaan Darel itu. Detik berikut nya, Darel kembali mencium bibir Freya. Freya tidak dapat menolak tindakan Darel yang tiba-tiba itu. Darel melanjutkan kegiatan ya dengan menggendong Freya menuju kasur milik Freya. Freya sama sekali tidak menolak hal itu. Darel yang melihat tidak ada penolakan dari Freya malah merasa senang melihat itu. Ia kembali melanjutkan kegiatannya. Freya menghela napas menatap kedua bola mata Darel. Ia tidak tau kenapa ia bisa terlena dengan pria ini. Detik berikutnya, Freya melingkarkan tangannya di pundak Darel. Ia membalas ciuman yang Darel berikan kepada dirinya. "Gue suka sama gadis penurut gini. Gue harap ini terakhir kali lo kelewatan batas seperti ini. Mulai sekarang, lo harus nurutin perkataan gue. Ngerti kan?" Kali ini Darel tersenyum lembut kepada Freya. Entah apa yang merasuki tubuh Freya, ia pun langsung menganggukkan kepalanya. Melihat hal itu, Darel kembali melanjutkan kegiatannya. Mereka berdua kembali menikmati kegiatan yang mereka lakukan. ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD