Keputusan Agam

1319 Words
Freya terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke samping tetapi ia tidak melihat keberadaan Darel. Freya pun menyibakkan selimut dari tubuhnya. Ia bangkit dan mengutip baju-bajunya yang berserakan. Setelah itu, Freya langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia keluar dari kamar Darel. Ia dapat melihat Darel yang sedang duduk di depan televisi. Freya pun langsung berjalan dan duduk tepat di sebelah Darel. "Lo ngapain?" Tanya Freya. Darel menoleh dan tersenyum kepada Freya. "Gue punya sesuatu buat lo." Ucap Darel. Setelah mengatakan itu, ia berjalan dan berhenti tepat di belakang Freya. Freya menoleh ke belakang melihat apa yang ingin Darel lakukan kepadanya. "Hadap depan aja." Perintah Darel. Freya pun langsung kembali menghadap ke depan. Detik berikutnya, Darel memasangkan kalung yang sangat indah di leher jenjang Freya. Freya yang melihat itu langsung tersenyum. Ia memegang liontin dari kalung tersebut. Freya sangat menyukai kalung pemberian Darel ini. Setelah memasangkan kalung, Darel menempelkan pipinya ke pipi Freya. "Gimana? Suka?" Tanya Darel dengan suara lembutnya kepada Freya. Freya tersenyum melihat kalungnya. Dia langsung mengganggukkan kepalanya. "Suka.. Gue suka banget. Thanks." Balas Freya. Darel mengecup pipi Freya lembut. "Bagus deh. Gue pikir lo gak akan suka. Terus dipakai ya, Frey." Ucap Darel kepada Freya. Ia pun berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Freya sendiri. Freya langsung menganggukan kepalanya. "Gue pasti akan selalu pakai ini." Ucap Freya. Ia tau Darel sudah pergi meninggalkan dirinya. --- Freya sedari tadi mencari keberadaan Agam. Tetapi ia sama sekali tidak melihat keberadaan dari pria itu. Freya sudah menghubungi Agam dan tetap saja. Agam sama sekali tidak ingin menjawab panggilan darinya. Freya berjalan menuju taman dimana ia sering bersama dengan Agam. Ini adalah tempat terakhir yang akan ia datangi. Karena di seluruh tempat yang biasa mereka datangi, Agam sama sekali tidak terlihat. Hanya tempat ini yang terakhir ia tau. Freya melihat seorang pria yang sedang duduk membelakangi dirinya yang sedang menatap ke arah hamparan rumput hijau di depannya. Freya berjalan mulai mendekat. Ia sangat yakin jika itu Agam. Setelah dekat dengan pria itu, Freya langsung memegang pundak pria itu. Pria itu menoleh. Ketika pria itu menoleh, Freya langsung tersenyum dan bernapas lega. Iya itu Agam. Freya sangat senang akhirnya bisa menemukan pria ini. Tetapi seperti dugaan Freya sebelumnya, pria itu langsung bangkit dari duduknya. Agam langsung hendak pergi ketika melihat keberadaan Freya. Freya yang melihat itu langsung merentangkan tangannya. Ia tidak ingin Agam pergi seperti itu. "Gam.. Please. Kasih gue kesempatan buat bicara." Pinta Freya kepada Agam. Ia memegang lengan Agam dengan kuat. Berusaha untuk menahan agar Agam tidak pergi meninggalkan dirinya. Tetapi kekuatan Freya tidak sebanding dengan kekuatan Agam. Agam langsung menghempaskan tangan Freya yang mencoba menahan dirinya. Freya sangat terkejut melihat Agam melakukan itu kepada dirinya. Agam menolak dirinya sekarang. "Lo.. Lo gak mau gue pegang, Gam? Lo kenapa jadi gini sama gue?" Tanya Freya. "Bukannya lo yang bilang semalam untuk enggak perlu khawatir sama hidup lo? Lo yang bilang kan kalau gue gak boleh terlalu mengekang lo. Jadi gue bebasin lo, Frey. Ini kan kemauan lo? Jadi.. Stop ganggu gue." Jelas Agam. Mendengar perkataan Agam membuat Freya sangat ingin menangis sekarang. Kata-kata yang Agam keluarkan benar-benar menusuk hatinya. "Gam.. Lo tega ngomong gini ke gue? Gue tau gue salah. Lo boleh marahin gue atau lo boleh mukul gue. Tapi please jangan diamin gue gini. Gue gak mau lo pergi dari hidup gue. Lo tau kan lo berarti buat gue. Please.. Jangan buat ini semakin rumit." Ucap Freya. Tanpa sadar air matanya sudah menyentuh pipi nya. Agam tersenyum sinis mendengar perkataan Freya. Ia memasang tatapan dingin nya kepada Freya. "Gue ke rumah lo semalam. Gue nungguin sampai jam dua pagi. Dan gue sama sekali enggak lihat kepulangan lo. Lo kemana? Hm?" Tanya Agam. Freya yang mendengar itu langsung terdiam. Dia tidak berani untuk menatap wajah Agam sekarang. Apalagi untuk menjawab pertanyaan yang sangat sulit seperti itu. Agam yang melihat ekspresi Freya yang seperti itu langsung tersenyum miring. Ia tau ada sesuatu antara Freya dan Darel. "JAWAB FREY!" Teriak Agam kepada Freya. Freya terkejut mendengar teriakan sekaligus bentakan dari Agam. Ia belum pernah melihat Agam yang seperti ini. "Gu.. Gue. Gue semalam nginap di Apartemen Darel." Tutur Freya dengan menunduk. Ia sama sekali tidak berani untuk menatap kearah Agam. Agam menghela napas panjang. Ia memejamkan kedua matanya. Ia mencoba untuk menahan amarahnya. "Oke.. Kalau itu keputusan yang lo ambil untuk hidup lo, gue bisa apa. Lo tau yang mana yang baik dan buruk untuk hidup lo. Kalau gitu.. Gue pergi dulu." Ucap Agam. Ia hendak pergi meninggalkan Freya. Tetapi sekali lagi, Frey akembali menahan Agam agar tidak pergi meninggalkan dirinya. "Agam. Gue minta maaf.. Pleaseee jangan tinggalin gue." Ucap Freya lagi. "Frey gue gak akan bisa nahan emosi gue lagi. Lebih baik gue pergi sekarang. Gue ga-" Ucapan Agam langsung dipotong oleh Freya. "Lo lebih baik marah sama gue asal lo gak ninggalin gue. Gue akan Terima cacian lo. Gue ben--" "Gue baru tau sekarang lo kerja apa sama dia. Lo selama ini ke apartemen dia bukan untuk bersihin apartemen dia kan? Lo jadi p*****r kan di sana?! Udah di pakek berapa kali lo sama Darel?!" Tanya Darel sarkasme. Ia sudah benar-benar kesal sekarang. Ia sangat kecewa dengan keputusan Freya yang seperti ini. Freya yang mendengar itu langsung menatap Agam. Ia tidak percaya dengan apa yang Agam katakan kepada dirinya sekarang. "Lo.. Bilang gue p*****r, Gam?" Tanya Freya memoerjelas. Ia sudah menatap Agam sekarang. Dengan air mata yang sudah menetes. "Iya. Jadi gue harus bilang apa ke lo? Lo gak mungkin hanya nginap di rumah dia kan? Lo pasti udah di pakek sama Darel. Lo kenapa bodoh Freya?! Gue udah bilang sama lo, dia itu gak baik. Tapi lo malah nyerahin diri lo ke dia. Lo pasti akan di singkirkan sama dia ketika ia sudah puas sama lo. Lo gak pernah dengerin perkataan gue." Tutur Agam. Ia berusaha untuk mengatur napas nya. "Gue gak nyangka lo bisa ngatain gue seperti ini, Gam. Lo tega ngomong gitu ke gue? Gue ini sahabat lo, Gam." "Yaudah. Gue emang tega sama lo. Sekarang kita urusin aja kehidupan kita masing-masing. Lo urusin kehidupan lo sama Darel lo itu. Dan gue gak akan ngurusin kehidupan lo. Ini kan yang lo mau?!" Setelah mengatakan itu, Agam langsung berjalan meninggalkan Freya. "Gam! Please jangan tinggalin gue. Agam!" Freya mulai berteriak dan memanggil nama Agam. Berharap Agam mau menoleh dan memeluk dirinya. Tetapi semua itu hanya keinginan Freya. Agam bahkan tidak mau menoleh kearah dirinya. Freya sekarang benar-benar merasa telah kehilangan Agam. Ia hanya bisa melihat kepergian Agam. Freya kembali meneteskan air matanya. --- Freya berjalan memasuki rumah nya. Hari ini ia pulang menggunakan ojek. Ia nerasa ada yang aneh dalam dirinya. Biasanya Agam lah yang mengantarkan dirinya. Tetapi kali ini, Agam tidak mengantar dirinya ke rumah. Freya menatap sekeliling rumah nya. Sangat sepi. Ia jadi teringat dengan canda tawa yang ia dan Agam ciptakan di rumah ini. Ketika ia memasak untuk Agam dan keesokan harinya Agam yang memasak untuknya. Freya mengingat semua itu. Ia menatap televisi. Ia jadi teringat kegiatan terakhir mereka yang menonton film kemarin. Freya bahkan tidak menonton film tersebut sampai habis. Dan ia terbangun di atas kasurnya keesokan harinya. Freya tau jika Agam lah yang mengangkat dirinya ke sana. Saat ia terbangun dan sudah disediakan makanan yang dibuat oleh Agam, membuatnya benar-benar tidak bisa melupakan semua itu. Freya terduduk di lantai. Ia menangisi kesedihan dan kebodohan dirinya hari ini. Ia sangat marah kepada dirinya sekarang. Bagaimana bisa ia membuat Agam pergi menjauh dari nya. Seharusnya Freya menuruti apa yang Agam katakan. Seharusnya ia tidak berhubungan dengan Darel. Kalau saja semua itu ia lakukan, Agam pasti tidak akan pernah pergi dari kehidupan dirinya. Agam tidak akan mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya, kalau Freya tidak melewati batas nya. Kali ini, Freya yakin jika ia sudah melampaui batas. Sehingga Agam berkata kasar seperti tadi. Freya mulai terisak sekarang. Ia menghapus air matanya. Tetapi air matanya masih terus keluar lagi dan lagi. "Gue butuh lo, Gam." ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD