Syahquita mencari sesuatu untuk menghentikan mereka semua, matanya tertuju pada sebuah balok kayu berukuran sedang dengan cepat ia mengambil balok itu kemudian ia berlari ke arah brandal itu. Syahquita memukulkan balok itu ke bahu salah satu brandal.
"Woooohhh, lihat siapa yang datang untuk menyelamatkan pria ini." kata pria misterius yang pertama.
"Apa ini gadismu, kawan? Cantik sekali." pria misterius itu ingin menyentuh wajah Syahquita namun wanita itu menampar pria itu.
"Jangan pernah berpikir untuk menyentuhku." desis Syahquita kasar.
Pria misterius itu tertawa saat Syahquita berbicara kasar kepadanya, ia bertukar pandang dengan teman brandalnya, "Rupanya kau ingin bermain-main dengan kami ya. Baiklah kalau begitu."
Syahquita mengambil ancang-ancang agar ia bisa menyerang pria misterius itu dan kawanan brandalnya. Syahquita seorang diri berada di tengah-tengah tujuh pria brandal yang siap menyakitinya.
Disisa-sisa tenaganya Devian bangkit untuk melindungi Syahquita, ia tak akan membiarkan wanita itu terluka sedikitpun.
"Pergilah!" titah Devian.
Syahquita menggeleng cepat, "Tidak! Aku tidak akan ke mana-mana."
Devian berada di depan Syahquita untuk melindungi wanita itu dari serangan para brandal itu. Tentu saja brandal itu lebih kuat dari mereka berdua. Devian mendapat empat serangan sekaligus dari brandal itu dan Syahquita mendapat tiga serangan.
Sungguh tragis, Syahquita hanya seorang wanita lemah tetapi tiga pria sekaligus menyerangnya. Dengan menggunakan balok kayu tadi Syahquita menyerang ke-3 pria itu secara kasar. Bisa dikatakan Syahquita unggul dari mereka karena ia memiliki balok sebagia senjata dan ke-3 pria yang menyerangnya dengan tangan kosong.
Syahquita memukulkan balok itu ke bagian tubuh yang ia bisa kenakan saja seperti tangan, punggung atau kaki ketika brandal itu mencoba untuk menendangnya.
"Hanya itu saja yang kalian miliki." sombong Syahquita karena ia berhasil menumbangkan tiga pria dengan bermodalkan balok kayu.
Salah satu brandal yang tadi menyerang Syahquita secara tiba-tiba mendorongnya hingga Syahquita terjatuh dan baloknya terpental. Oke Syahquita tidak punya senjata untuk menyerang para brandal itu, sekarang apa yang akan wanita itu lakukan?
Syahquita bangkit dengan luka di dagunya karena saat ia terjatuh dagunya mengenai aspal jalanan, ia harus menjadi wanita tangguh untuk saat ini sehingga rasa sakit apapun akan ia hiraukan.
Syahquita melihat Devian masih berjuang melawan para brandal yang terus-menerus memberikan perlawanan kepadanya. Syahquita bingung harus apa untuk menumbangkan para brandal yang siap menyerangnya kembali.
Wanita itu memperhatikan lawannya satu per satu, ia harus mengatur strategi agar bisa mengalahkan mereka. Sejujurnya ia pun tak mempunyai ilmu bela diri tapi film mengajarkannya untuk melakukan hal yang ia bisa dan dalam keadaan seperti ini ia tidak boleh panik.
Syahquita harus bersikap keras agar mampu memancing emosi para brandal itu, sehingga saat mereka lengah barulah ia melakukan perlawanan secara mendadak.
Syahquita mengambil ancang-ancang yang bagus, salah satu brandal berusaha meninjunya namun ia menahan tangan brandal itu. Syahquita menarik rambut brandal itu sampai brandal itupun teriak kesakitan. Jika ia tak bisa bertarung dengan cara pria maka ia akan bertarung dengan cara wanita seperti menjambak, mencakar, atau menampar.
Brandal yang ia jambak pun akhirnya mundur, brandal yang lain mencoba untuk menyerangnya dengan menendang Syahquita. Saat kaki brandal itu berada di udara, Syahquita menarik kaki itu lalu ia menendang yang bisa dikatakan "masa depan pria".
Brandal yang ia jambak pun akhirnya mundur, brandal yang lain mencoba untuk menyerangnya dengan menendang Syahquita. Saat kaki brandal itu berada di udara, Syahquita menarik kaki itu lalu ia menendang yang bisa dikatakan "masa depan pria" tidak hanya sekali melainkan dua kali hingga brandal itu menjerit minta ampun.
Brandal itu tumbang dan merintih kesakitan memegangi apa yang Syahquita tendang, kawan brandal itu ada yang menatap takut ke arah Syahquita dan ada pula yang menatap agresif.
"Ayo, apa ada lagi yang mau seperti mereka?" Sombong Syahquita menantang dua brandal lain di hadapannya.
Brandal yang menatapnya dengan agresif tadi menyerang Syahquita secara kasar seakan-akan menghajar seorang pria. Syahquita yang tak bisa menyeimbangi perlawanan yang dilakukan brandal itu membuatnya kewalahan dan jatuh ke jalan dengan memar di kaki, lengan dan wajahnya akibat tinju yang dilakukan brandal itu.
"Aaaarrrggghhh." Syahquita merintih kesakitan saat sebagian anggota tubuhnya yang dipukuli brandal kurang ajar itu.
Dengan kekuatan yang sudah tak full ia kembali bangkit dan berlaga kuat menantang brandal itu lagi. Syahquita melihat Devian yang tergeletak di jalan dengan darah di wajah dan bajunya. Tanpa peduli brandal itu ia segera berlari ke arah Devian.
"Deviannnn." teriak Syahquita.
Syahquita memangku kepala Devian di atas pahanya, "Dev, bangunlah! Bertahanlah."
Devian membuka matanya perlahan, "Selamatkan dirimu, Syah."
Syahquita mengangguk lemah, ia meneteskan air mata saat melihat kondisi wajah Devian yang terluka parah dan banyak darah di area wajahnya, "Please, bertahanlah, Dev."
"I love you, Syah." ucap Devian lemah.
Pria itu menutup matanya setelah mengatakan hal, Syahquita menjadi sangat panik saat Devian tak membuka matanya.
"Tidak! Tidak, Dev! Please, tidak!!!" Syahquita memeluk Devian dengan tangisan histeris.
Syahquita ingat dengan siapa ia harus berurusan sekarang, ia menggeletakkan tubuh Devian di jalan. Syahquita bangkit lalu mengambil balok yang terlempar tadi berada tak jauh dari posisinya saat ini. Ketika Syahquita sedang mengambil balok itu ia mendengar salah satu brandal meremehkan Devian.
"Pria lemah baru berkelahi sebentar sudah terkapar lemas."
Syahquita menatap nanar para brandal itu, "Kau pikir Devian lemah? Kalian salah besar jika berpikir seperti itu. Disinilah ia yang paling kuat, coba apa yang kalian lakukan? Menyerang dalam jumlah yang lebih banyak dari jumlah kami berdua? Bukankah itu sikap pengecut? Jika kalian berani lawan aku satu per satu."
Para brandal itu tersenyum nyeleneh ke arah Syahquita, "Kau wanita lemah, apa yang bisa kau lakukan?"
Kini Syahquita lah yang tertawa nyeleneh kepada brandal yang berbicara kepadanya, "Lihatlah apa yang terjadi pada dua temanmu itu!"
Brandal itu melihat ke arah temannya yang masih kesakitan karena ulah Syahquita yang menjambak dan menendang "masa depan pria".
"Kauuuu!!!" desis brandal itu.
Syahquita kembali menatap nanar brandal yang berbicara dengannya, brandal itu menyerang Syahquita. Ia tak perlu khawatir akan kalah karena ia sudah memiliki senjata untuk mengalahkan brandal itu.
Syahquita memukul bahu belakang dari brandal itu cukup keras, brandal itu merasa kesakitan namun egonya terlalu tinggi. Ia mencoba menyerang Syahquita lagi, tapi Syahquita bisa mengatasinya dengan memukulkan balok ke lengan kanan brandal itu.
Bagi Syahquita jika brandal itu berlaku secara kasar maka ia akan bertindak jauh lebih kasar dari apa yang dilakukan brandal itu kepadanya. Syahquita memukul bahu belakang, lengan atas kanan, dan menjambak rambut brandal itu penuh kekejaman dan kasar. Brandal itu belum juga menyerah, kawannya mulai membantu brandal itu.
Syahquita kembali mendapat serangan bertubi-tubi dari dua brandal yang menyerangnya. Dua brandal tak membuat Syahquita kalah justru mereka yang kalah dan terkapar lemas. Satu brandal menyerang Syahquita dengan keagresifan yang luar biasa, jika dua saja bisa ia tumbangkan bagaimana dengan satu brandal saja.
Balok keberuntungannya mampu menumbangkan brandal itu dengan cepat. Kini dua brandal yang sempat menatapnya dengan tatapan takut memberanikan diri mereka untuk menyerang Syahquita.
Jujur saja ia sudah kehabisan tenaga untuk melawan dua brandal itu, sesekali ia terkena tendangan, pukulan bahkan terjatuh ke jalan dan membuatnya terluka hingga berdarah. Salah satu brandal mendorong dirinya dari belakang begitu kencang, hal itu membuat Syahquita terlempar dan kepalanya terbentur pembatas jalan sangat kencang.
Syahquita sudah tak mampu melawan mereka lagi, kepalanya pusing, badannya sakit semua dan tenaganya mulai habis. Ia tak menyerah begitu saja, Syahquita bangkit lalu mengambil baloknya. Syahquita berlari ke arah brandal yang mendorongnya tadi sambil menatap kejam ke arah dua brandal itu.
"Aaaaaaaah." teriak Syahquita saat melawan brandal itu.
Tanpa ampun Syahquita menghajar dua brandal itu dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya. Ia harus menumbangkan dua brandal yang sok berani itu. Syahquita kembali melayangkan pukulan di bahu belakang, kaki, punggung dan tendangan di "masa depan pria" secara kasar.
Dua brandal sok berani itu tumbang seperti tiga brandal yang lain, tersisa dua brandal yang tampaknya tak akan mau mencari masalah lagi dengan Syahquita karena mereka masih merasakan sakit yang luar biasa akibat berkelahi dengan Syahquita. Dua brandal terakhir menolong teman-temannya yang terkapar lemah di jalan.
Syahquita melemparkan baloknya begitu saja lalu ia berlari ke arah Devian yang terkapar lemas di jalan. Syahquita mencari denyut nadi di tangan Devian, syukurlah pria itu masih hidup.
Syahquita meraih ponselnya di saku celananya, ia mencoba untuk menghubungi seseorang yang bisa menolongnya. Syahquita menghubungi Alfaz, namun pria itu tak mengangkatnya. Berulang kali Syahquita mencoba menghubung Alfaz dan akhirnya di angkat.
"Hallo."
"Hallo, Alf. Syukurlah kau mengangkat teleponku."
"Ada apa, Syah?" tanya Alfaz dari seberang telepon.
"Aku mohon bantu aku dan Devian, kami..."
BRUKKKKKKK... Syahquita tak bisa melanjutkan perkataannya karena mendapat serangan mendadak di belakang kepalanya.
"Aaaarrrggghhhh." rintih Syahquita kesakitan.
"Syah, ada apa? Syah?" Alfaz sangat cemas saat mendengar Syahquita berteriak kesakitan.
"Syah. Syah, kau di mana sekarang?"
"Syah..."
Alfaz tak tahu di mana Syahquita dan bagaimana keadaannya, ia mencoba bertanya namun Syahquita tak menjawabnya sebab wanita itu sudah kehilangan kesadarannya. Syahquita mendapatkan pukulan dari balok keberuntungannya yang dilayangkan oleh brandal yang ia jambak tadi.
"Wanita lemah, beraninya kau melawan kami menggunakan balok. Rasakan pukulan dari balok yang tadi membantumu." kata brandal itu sadis.
Alfaz yang mendengar perkataan dari brandal itu langsung memaki brandal itu, "Heii, siapapun di sana jangan pernah kau menyentuh adikku sedikitpun!"
Namun suara Alfaz tidak bisa di dengar oleh brandal itu, para brandal pergi dari tempat itu meninggalkan Devian dan Syahquita yang tergeletak tak sadarkan diri dengan luka di tubuh mereka.
Alfaz yang sudah panik dan khawatir akan keadaan adiknya segera menghubungi polisi dan keluarganya melalui ponsel lain. Ia tak akan mematikan panggilan dari Syahquita sebab panggilan tersebut mampu membantu polisi untuk melacak keberadaan Syahquita saat ini.
Alfaz pergi ke kantor polisi membantu polisi melacak keberadaan Syahquita, tak butuh waktu lama untuk melacaknya. Setelah polisi mengetahui keberadaan Syahquita, mereka segera berangkat menuju lokasi Syahquita saat ini. Alfaz meminta kepada polisi untuk membawa serta Ambulans karena kata–kata yang terngiang-ngiang di pikirannya.
"Rasakanlah pukulan dari balok yang tadi membantumu".
Alfaz sangat marah saat mendengar hal itu. Ia mampu menghabisi mereka semua jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Tak berapa lama mereka tiba di sebuah taman, mobil Alfaz berhenti di belakang mobil polisi. Alfaz segera keluar dari mobilnya, lalu menghampiri polisi yang berkumpul pada satu titik. Alfaz melihat keadaan adiknya yang tak sadarkan diri di samping Devian yang juga tak sadarkan diri.
Polisi itu memberikan jalan kepada Alfaz, ia sangat marah saat melihat keadaan adiknya "Syah, bukalah matamu, Syah."
Syahquita tak bergeming sama sekali, "Syah, please bukalah matamu." Alfaz mengucangkan tubuh Syahquita.
Team medis datang menghampiri Syahquita, salah satu dokter memerikas denyut nadi Syahquita dan Devian.
"Mereka masih hidup." kata dokter yang memeriksa keduanya.
Team medis segera membawa Syahquita dan Devian masuk ke dalam ambulans dan segera membawa keduanya ke rumah sakit.
Alfaz menghapus air matanya secara kasar, ia akan menemukan para brandal itu ke manapun juga. Ia akan meluapkan rasa marahnya dan dendamnya kepada mereka semua.
"Aku harap kalian bisa menemukan para brandal itu." kata Alfaz pada polisi.
"Baik, pak. Kami akan melakukan yang terbaik." jawab salah satu polisi dengan tegas.
Alfaz pergi dari tempat itu dengan membawa balok yang tergeletak di jalan, ia tahu bahwa balok itulah yang digunakan brandal itu untuk memukul Syahquita hingga tak sadarkan diri. Alfaz mengambil balok itu untuk memukulkan baloknya kepada para brandal ketika mereka sudah ditemukkan. Ia akan melakukan hal yang sama seperti yang brandal itu lakukan kepada adiknya.
Alfaz mengikuti mobil ambulans dari belakang, ia tak tahu apa yang dilakukan team medis di dalam mobil itu. Alfaz hanya berharap adiknya baik-baik saja, walau sebenernya ia juga tahu bahwa adiknya tidak dalam keadaan baik-baik saja sebab Syahquita terluka parah.
Mereka terhenti pada salah satu rumah sakit yang tak jauh dari taman itu, Alfaz memarkirkan mobilnya begitu saja lalu melesat keluar dari mobil untuk membantu team medis.
"Please, selamatkan wanita ini, dia adikku. Tolong selamatkan dia." pinta Alfaz memohon kepada dokter yang menanganinya.
"Tenang, tuan. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menolong adikmu." jawab dokter itu.
Mereka membawa Syahquita dan Devian masuk ke dalam ruang ICU, seorang suster meminta Alfaz untuk tetap di luar dan membiarkan dokter melakukan pekerjaanya.
Alfaz menunggu di depan ruang ICU, "Selamatkanlah adikku. Aku mohon selamatkan adikku, Tuhan."
Cukup lama Alfaz menunggu hingga akhirnya salah satu dokter keluar dari ruang ICU. Alfaz segera menghampirinya dan bertanya keadaan adiknya.
"Bagaimana keadaan adikku?"
"Keadaan adikmu kritis, Tuan. Sedangkan pria yang bersama adikmu keadaanya sedikit lebih baik dari adikmu. Wanita itu mengalami luka yang cukup parah di bagian punggungnya. Banyak sekali lebam di tubuh adikmu, terlebih ia kehilangan banyak darah. Kami membutuhkan golongan darah B+." kata dokter itu.
"Aku bersedia mendonorkan darahku, ambillah darahku. Aku yakin golongan darahku sama seperti adikku."
"Baiklah, mari ikut denganku." Dokter itu mengajak Alfaz ke Laboratorium untuk mengetahui apakah Alfaz mempunyai golongan darah yang sama dengan Syahquita dan diperkenankan untuk mendonorkan darahnya.