Part 5. Just Nobody

1875 Words
Arthur saat ini terlihat tengah menyelidiki tentang asal-usul orang yang menurut Pamannya itu adalah orang tua kandungnya dan penemuannya sungguh sangat mengejutkan. Orang-orang itu sangatlah kaya dan tentu saja jenius. Orang yang terbaik di bidangnya. Keduanya merupakan Creator Elite jenius pencetus ide kehidupan baru di Mars. Pamannya mungkin saja salah. Arthur yang bukan siapa-siapa tidak mungkin adalah anak dari orang hebat seperti mereka. Tapi ada sesuatu yang aneh yang cukup mengganggu Arthur. Saat menemukan file pamannya yang berisi tentang perbandingan wajah antara dia dan pria yang ada di dalam foto itu. Dikatakan di sana struktur wajah dan warna mata keduanya 95% mirip. Arthur merasa ingin sekali memastikan sendiri kebenaran itu tapi bagaimana caranya? "Apa tabungan paman yang banyak ini, sengaja dikumpulkannya agar aku bisa transit ke atas sana dan bertemu orang tuaku itu? Tidak. Aku tidak mau. Jika pun memang aku harus terpaksa transit ke atas sana, aku pasti akan menggunakan uangku sendiri. Aku tidak mau menggunakan uang yang sudah dikumpulkannya dengan susah payah ini," ucap Arthur kemudian menutup buku tabungan Pamannya itu dan memutuskan untuk keluar dari kamar Pamannya itu dan berangkat kerja. Arthur mengenakan maskernya sebelum akhirnya keluar dari rumahnya. Menuruni anak tangga, Arthur tidak sengaja berpapasan dengan para orang tua yang terlihat sedih dan frustrasi entah karena apa. Para anak-anak yang bisa bermain dan berlarian ke sana-kemari juga terlihat hanya duduk menunduk dan tak bersemangat sama sekali. 'Kenapa dengan mereka semua?' batin Arthur dalam hati. Arthur memutuskan untuk tidak ikut campur dan bergegas berangkat bekerja tapi, ia tidak sengaja mendengar percakapan dua orang yang baru keluar dari tempat makan. "Sudah hampir 24 jam berlalu dan tidak ada siapa pun yang berhasil melewati level satu game itu. Kurasa dunia benar-benar akan tamat. Kita tidak memiliki banyak waktu lagi. Bagaimana ini?" Kini Arthur tahu apa sebab semua orang terlihat sedih dan tak bersemangat sama sekali. Ternyata itu mengenai game. Arthur membalikkan badannya dan menatap gedung yang menjulang tinggi yang menampilkan siaran langsung game itu dan juga papan skor yang masih kosong. Sementara di bawahnya hitungan mundur terus berjalan. 'Sebenarnya apa yang sulit dari game itu? Kau hanya harus naik level hingga mencapai akhir. Itu terdengar mudah saja,' batin Arthur dalam hati. Arthur terlihat kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjanya tapi sepanjang perjalanan, pemandangan orang-orang yang terlihat sedih dan terlihat tak bersemangat membuat Arthur merasa kasihan juga. Tapi Arthur merasa mereka semua terlalu khawatir. Semua yang hidup pasti mati. Seperti dirinya yang kehilangan Pamannya, dunia Arthur pun seketika hancur dan tak berbentuk lagi. Semua harapan dan semangatnya akan hidup ini seketika hilang. Awalnya Arthur memang tak acuh saat melihat orang-orang yang dilewatinya itu tampak sedih tapi, saat melihat seorang ibu yang memeluk erat anaknya sambil menangis, saat itulah Arthur sadar banyak sekali hubungan penuh cinta dan kasih sayang yang memerlukan seorang penyelamat. Banyak dunia penuh kasih dan sayang di bumi ini. Banyak sekali hubungan antara orang tua dan anak yang seharusnya tidak hancur hanya karena peristiwa ini. Seseorang harus memenangkan game ini bagaimanapun caranya untuk mengembalikan senyuman semua orang. 'Kita tunggu saja sampai besok. Jika masih belum ada orang yang berhasil melewati level satu sampai besok, maka aku akan ikut serta dalam game ini,' • • • • • 468 : 45 : 26 Hrs Min Sec Kemarin Arthur tidak jadi bekerja karena semua pekerja diliburkan sampai dunia kembali aman. Kantor tempatnya bekerja memberikan pesangon untuk berjaga-jaga seandainya dunia benar-benar akan tamat sebentar lagi. Bos menyuruhnya menganggap itu adalah gaji terakhir yang bisa didapatkannya. 20 hari lagi. Terhitung 20 hari 12 jam lagi hitungan mundur akan akhir dunia dan semua orang memilih berdiam diri di dalam rumah. Seperti yang Arthur lakukan juga sekarang. Dia tengah berpikir apakah dia harus ikut serta dalam game itu atau tidak. "Jika aku ikut, sebenarnya tidak ada salahnya juga. Jika aku menang, secara tidak langsung aku akan membuat jalanku sendiri untuk bisa transit ke atas sana. Sekalian saja itu ajang pembuktianku kepada para Creator Elite itu jika aku bisa hidup sendiri tanpa dana mereka sedikit pun. Aku juga bisa berhasil dengan kemampuanku sendiri," ucap Arthur sendiri kemudian terlihat meminum satu botol air mineral sampai habis tak tersisa. Percaya atau tidak karena ketakutan, semua orang berlomba-lomba membeli bahan makanan dan air mineral sebanyak-banyaknya untuk stok di rumah. Arthur pun melakukan hal yang sama tapi bukan karena ketakutan. Ia berencana untuk tidak keluar rumah sama sekali karena hal itu hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Arthur terkejut saat mendengar suara dengungan yang cukup nyaring dari luar membuatnya langsung memakai maskernya dan keluar untuk mencari tahu dari mana asal suara itu. "Lihat! Ada yang berhasil melewati level satu. Akhirnya kita akan selamat!!" Seru salah seorang tetangganya membuat Arthur mengangguk kecil dan merasa lega karena akhirnya ia tidak perlu khawatir dan memikirkan tentang apakah dia harus ikut serta dalam game ini atau tidak. Tapi melihat nama yang tertera di papan skor, Arthur merasa belum pernah melihat nama itu sebelumnya selama bermain game selama ini. Siapa orang itu? Tidak mungkin orang yang belum berpengalaman dengan dunia game langsung bisa memenangkan permainan sulit dengan mudah. 'Orocichris pasti tahu tentang dia. Sayangnya aku sudah tidak bisa berhubungan lagi dengannya jika tidak masuk ke dalam dunia game. Bagaimana kabarnya, ya? Semoga dia baik-baik saja,' • • • • • Arthur bangun dari tidurnya karena terkejut saat mendapati seseorang mengetuk pintunya dengan keras. Siapa itu? Tumben sekali. Arthur langsung mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. Setelah dirasa kepalanya sudah tidak begitu pusing barulah pria itu berjalan menuju pintu dan tak lupa memakai maskernya juga. "Paket untukmu," Arthur menatap kurir pengantar paket itu dengan sedikit curiga karena pria itu terlihat mencurigakan. Arthur langsung membawa paket itu masuk ke dalam setelahnya dan membuka paket itu dengan cepat. Arthur menatap bingung isi paket yang diterimanya itu. Pasalnya hanya ada 2 buah amplop di dalamnya. Karena merasa penasaran Arthur langsung membuka salah satu amplop itu dan melihat apa isinya. Ternyata surat. 'Dari paman? Sungguh?' batin Arthur dalam hati kemudian langsung membaca surat itu tanpa berpikir panjang. Untuk keponakanku, Arthur... Maaf jika aku harus memberitahukan segalanya padamu lewat surat ini tapi sungguh, aku merasa tidak mampu membuat rekaman video yang hanya akan membuatmu melihatku menangisi hidupku yang menyedihkan ini sepanjang video itu nanti. Jadi aku hanya mampu menuliskan dan memberitahukan segalanya padamu melalui surat ini. Surat yang kutitipkan kepada salah seorang teman yang membantuku mendapatkan uang agar kau bisa segera transit ke atas sana setelah kepergianku. Sebenarnya sudah sejak lama aku mencari tahu tentang kedua orang tuamu. Bukan bermaksud apa-apa hanya saja bukankah bagus jika kau mengetahui kebenaran tentang kehidupanmu sendiri. Aku tidak berharap lebih, Arthur. Aku tidak memaksamu untuk menerima kebenaran ini hanya saja meski sekali saja, aku ingin kau bertemu dengan mereka dan cari tahu kebenaran itu sendiri. Jika kau bertanya kenapa aku melakukan ini, karena di dalam hidupku, aku ingin sekali menjadi seseorang yang berguna. Aku ingin membantu. Meski semua ini terasa tidak cukup, setidaknya aku sudah berusaha semampuku. Aku ingin senyuman yang hilang karena kepergianku bisa muncul kembali di wajahmu. Karena bagiku, tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain dengan melihat orang-orang disekitarku tersenyum karenaku. Maaf karena selama ini aku bekerja diam-diam di belakangmu karena seperti dirimu yang sangat menyukai game, aku juga menyukai pekerjaanku ini, Arthur. Jangan pernah menyerah dan melepaskan apa pun hal yang kau sukai dan sudah menjadi keahlianmu itu. Karena itulah satu-satunya hal di dalam hidup yang mungkin bisa membuatmu dan orang lain bahagia. Berjuanglah sampai kau bisa membuatku bangga dengan hasil kerja kerasmu. Jangan pernah menyerah. Selama ini aku mengenalmu sebagai seorang penakluk tantangan. Kau pasti bisa berada di puncak dengan usaha dan kerja kerasmu sendiri. Aku percaya itu. Paman yang menyayangimu, Woods. Arthur merasa sedih setelah membaca surat itu. Ya. Pamannya selalu memikirkan orang lain sebelum memikirkan dirinya sendiri. Pernah saat itu Pamannya memberikan uang kepada tetangga mereka yang kekurangan padahal saat itu Arthur memberikan uang itu untuk membeli obat. Dan saat Arthur bertanya kenapa Pamannya melakukan itu, pria itu menjawab jika tetangga mereka lebih membutuhkan uang itu daripada dirinya. Tetangga mereka itu adalah seorang ibu yang memiliki 3 orang anak kecil. Saat itu mereka semua belum makan karena ayah dari anak-anak itu sudah tidak pulang lagi ke rumah selama hampir 3 bulan belakangan. Sang ibu sudah tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan. Karenanya Pamannya saat itu memberikan uang pada tetangganya itu. Arthur tahu perbuatan Pamannya itu baik. Tapi tetap saja ia tidak menyukainya. Apalagi saat mengatakan jika mungkin saja saat itu Pamannya tidak akan selamat karena tidak meminum obat tapi Pamannya merasa senang karena berhasil menyelamatkan 4 nyawa sekaligus dengan pengorbanannya saat itu. Pekerjaan mulia. Entah mengapa Pamannya suka melakukan hal seperti itu? Apa yang menyenangkan dari hal itu? Arthur masih tidak tahu jawabannya. Arthur menggelengkan kepalanya cepat mencoba mengenyahkan pemikiran tentang Pamannya itu. Ia kemudian beralih membuka amplop satunya lagi. Ternyata isinya adalah sebuah tiket transit menuju ke atas sana. Arthur terdiam tak percaya di sana. Pamannya sudah membuat rencana dengan sangat baik hingga sampai menyiapkan tiket untuknya. Arthur sendiri masih tidak yakin. Kenapa ia harus transit ke atas sana dan untuk apa? Hanya untuk menemui orang yang belum tentu adalah benar orang tuanya? Dan jika memang benar mereka adalah orang tuanya, apakah mereka akan mau menerimanya begitu saja? 'Tidak. Aku tidak mau transit ke atas. Aku tidak mau menjadi beban orang lain. Aku bisa hidup sendirian di sini. Aku tidak butuh siapa pun lagi. Maafkan aku, Paman,' • • • • • Arthur saat ini tengah menikmati makan malamnya dengan santai. Dan sekali lagi ia mendengar dengungan yang cukup keras. Arthur mengira ada orang yang berhasil menaklukkan game itu lagi tapi mendengar teriakan orang-orang di luar sana yang terdengar histeris membuat Arthur penasaran dan langsung bergegas keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sesampainya di luar keadaan kembali terlihat kacau. Dimana-mana terlihat para ibu memeluk anak-anak mereka dengan khawatir. Arthur melihat papan skor yang di layar besar dan betapa terkejutnya dia saat papan skor yang tadinya berisi nama kini kembali kosong. Di bawahnya terdapat tulisan berjalan yang menyatakan pemain itu didiskualifikasi karena melakukan kecurangan. Arthur merasa gusar dan cemas. Ia memutuskan masuk kembali ke dalam rumahnya dan terlihat berpikir keras di sana. Dilepaskan maskernya dan diletakkannya masker itu di sembarang tempat. Ia teringat perkataan pamannya di surat tadi, untuk jangan menyerah dengan hal yang sudah menjadi keahlianmu. Arthur ingin sekali kembali bermain game dan menaklukkan game Time Lock itu tapi, ia masih merasa bersalah pada Pamannya. Tapi dengan bermain game ini, itu juga bisa menjadi ajang pembuktian dirinya jika ia bisa berada di puncak dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Meski terlambat dia akan bisa membuat Pamannya itu merasa bangga. Selain itu, ia juga akan berusaha menyelamatkan dunia ini beserta isinya bagaimanapun caranya. Seperti Pamannya ia ingin melakukan hal baik meski sekali saja seumur hidup. Jika keahliannya bermain game bisa membantu banyak orang, jika dengan menyelamatkan dunia ini, senyuman orang-orang akan kembali, Arthur yakin Pamannya akan merasa tenang di alam sana. 'Aku akan kembali berjuang Paman. Tidak peduli betapa sulitnya jalanku itu nanti, aku akan terus berusaha. Akan kubuat kau bangga. Kau mendidikku untuk tidak menutup mata ketika melihat orang-orang di sekitar kita mengalami kesulitan, 'kan? Aku tidak akan melupakannya. Aku berjanji akan memenangkan permainan ini. Demi dirimu dan untukmu. Berkati dan bantu aku Paman. Doamu selalu membuatku lebih kuat. Kuharap kau mendengarkan ini di mana pun kau berada sekarang,' Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD