Said tersenyum puas melihat tubuh Ayu yang telanjang berjalan anggun menuju dirinya yang sudah berendam di dalam kolam kecil di balkon luar kamar. Kagum tidak dapat dia elak dari hatinya terhadap sosok perempuan muda belia yang kini menjadi istrinya itu. Entah berapa kali ucap syukur tercetus dalam hatinya karena perjuangannya bertahun-tahun menunggu tubuh itu tidak sia-sia rupanya. Tubuh itu sudah bisa dia dekap tanpa ada rasa khawatir, takut ataupun gelisah, karena tubuh itu sudah dia ikat dengan janji suci pernikahan. Dia ingat kata-kata mertuanya bahwa salah satu tugasnya kini adalah mendidik anak sulungnya itu. Said sedikit mencibirkan bibirnya, karena menurutnya Ayu sangat pintar dan cepat belajar. Belum menginjak dua malam sejak menikah, Ayu sudah pandai mencari kesenangan dalam pe