Episode 7
Malam Natal
Luna menerima emas batangan pemberianku dan akhirnya ia dan bibinya pindah ke Bandung. Aku mengantar mereka ke stasiun Kereta api, dua hari setelah kami resmi menjadi kekasih. Mereka naik KRL Padjajaran, kereta listrik bertenaga surya yang beroperasi sejak zaman salju putih. Kereta ini langsung menuju bandung , lewat Cianjur , tanpa harus memutar lewat Jakarta. Jalur ini dibangun dengan mengorbankan nyawa 3000 tahanan republikan. Dua hari kemudian , Luna mengirimiku surat untuk mengabari kalau mereka sudah pindah dan tinggal di salah satu rumah teras di Bandung.
“....... aku bertemu dengan teman lamaku di sekolah dahulu , dan kami tinggal berdekatan sekarang , cepatlah kemari , aku tunggu kedatanganmu sebelum malam natal. Karena kau , bagaikan salju putih , yang kutunggu-tunggu , saat malam natal. Sebuah keajaiban , yang selalu aku impi-impikan , sebelum aku terlelap tidur. Luna “
Aku sibuk mencari uang dengan berburu rusa saat aku menerima surat itu di kantor pos. Ia juga mengirimiku sebuah paket , yang isinya syal untuk kupakai saat perjalanan ke bandung. Aku berniat pindah ke bandung setelah aku menjual hasil buruanku. Dan itu tepat tujuh hari setelah kami resmi menjadi kekasih.
“ Hei! Teganya kamu berpacaran dengan sahabatku sendiri! Aku merasa dikhianati!!!! “
Pada malam sebelum aku pergi , aku sempat minum-minum di tempat pemandian bersama Mia. Ia tidak berniat pindah , karena masih ingin bekerja di Puncak. Kami minum-minum bersama sebelum berpisah. Ia duduk tanpa busana di atas kasur , berdampingan denganku.
“ Kau harusnya bersyukur aku masih datang untuk pamit denganmu “ sahutku sambil menepuk pundaknya
“ Memangnya apa kurangku? Apa aku kurang cantik!! Apa aku kurang seksi!! Ah ! aku tahu!! Mungkin karena kalian seumuran , sedangkan aku sudah hampir berkepala tiga!! Iya kan!!” “ gluk! Gluk gluk!! “ Ia meneguk secangkir whisky sampai habis. Lalu ia isi kembali cangkirnya , dan kembali ia minum sampai habis.
“ mungkin karena ciumannya lebih manis “ godaku memanas-manasi Mia.
“ hmph! Ciumannya boleh lebih manis!! Tapi bibir Luna pasti tidak mampu melakukan ini!! Baiklah! Malam ini , aku buat engkau menyesal!! “
Dan seketika ia berlutut diantara selangkanganku, lalu ia kocok-kocok penisku dengan gemas. Lalu ia julurkan lidahnya, lalu menjilat-jilat kepala penisku. Lidah terus berputar membasahi kepala penisku untuk beberapa saat , lalu matanya terpejam dan ia pun mulai mengulum-ngulum kepala penisku
“Slllrpp! Sllrrp!! Sllrpp! Sllrppp!”
Ia menghisap-hisap kepala penisku sementara jemarinya mengocok-ngocok batang penisku. Sesekali lidahnya masih berputar di kepala penisku. Bibirnya terus memompa dan menghisap, sedangkan mataku sudah menjelit dan tanpa sadar aku mulai mendesah keenakan. Bibirnya lalu memompa-mompa penisku yang sudah sangat memerah , dan jemarinya masih terus mengocok batang penisku. Penisku berkedut dan air maniku akhirnya memuncrat deras di dalam mulutnya.
Mia tidak menghentikan kulumannya. Ia membiarkan penisku meledak-ledak di dalam mulutnya dan menghisap seluruh a******i yang keluar. Lidahnya menyapu bersih penisku dari air maniku sendiri. Kuremas kepalanya, menikmati sensasi wow yang ia berikan. Ia lepaskan penisku saat sudah mengempis di dalam mulutnya. Ia tersenyum nakal dan berbisik
“ Bagaimana ? kau pasti menyesal kan ? “
Lima menit kemudian
“ oohhh !ohhh ! mmpphhh ! ahhhh! Ahh!!”
Mia menungging di atas kasur sedangkan aku terus menggenjot-genjot vaginya dari belakang. Kupegang pinggangnya kuat-kuat dan mempercepat hujaman penisku. Desahannya makin kuat hingga ke luar kamar. Lelah , ia lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur , dan membiarkan menindih dan terus menggenjotnya dari atas.
“ ahhH! Ahhh ! Edi!! Ahhh! “
Kepalanya bergeleng-geleng saat penisku menghujam-hujam vaginanya. Jemarinya meremas kasur itu kuat-kuat , dan ia membiarkan bibirku mengecup-ngecup lehernya. Kasur berdecit-decit keras akibat permainan kasur kami berdua. Pinggulnya ikut bergoyang sehingga suara tepukan kedua kemaluan kami menggema keras. Tak lama, Mia mendongakkan kepalanya dan akhirnya mencapai puncak kenikamatannya.
“ cukup... aku gak kuat... ngghh”
Namun aku terus menggenjot-genjot vaginanya. Ia mendorong-dorong tubuhku namun aku masih menindih tubuhnya. Wajahnya makin memerah dan desahannya makin tak karuan. Ia terus menepuk-nepuk dadak sementara penisku masih menggenjot vaginanya. Penisku akhirnya mulai berkedut dan akhirnya mulai memuncratkan a******i di dalam vaginanya
“ahh... ahh ... ahh... Edi.... ehh “
Nafasnya terengah-engah . Aku berbaring di sampingnya dan ia langsung memelukku. Kami kembali istirahat , sebelum kembali minum-minum , lalu mengulangi perbuatan b***t itu. Kami bersetubuh empat sampai lima kali sebelum aku terbangun kurang lebih pukul 5 pagi.
“ aduh Edi... kepala aku sakit banget... ahhh “
Ia memegangi kepalanya saat kami bangun tidur. Nafsu , kami akhirnya kembali bersetubuh singkat di pagi hari sebelum mandi bersama di kolam pemandian. Ia membantuku mengenakan pakaian , lalu mengenakan kembali bikininya.
“ sudah ! pergi sana! Kamu udah kesiangan tahu!! “ gemas , aku sempat memeluknya sebelum kami berpisah, aku sempat memberinya uang sebelum aku pergi memulai perjalanan ke bandung
Salju sudah mulai menyelimuti puncak. Bencana besar tujuh puluhan tahun yang lalu itu, sempat membuat Indonesia tertutup salju selama bertahun-tahun dan akhirnya menjadi empat musim ketika musim panas kembali. Aku tidak mengerti kenapa karena aku bukan ahli geologi. Yang Pasti hari itu , aku berkuda dari puncak ke Bandung, dengan suhu dibawah 0 derajat. Aku mengenakan jaket bulu pemberian luna dan satu lagi yang membantuku tetap hangat adalah Whisky.
Perjalanan memakan waktu tiga belas jam. Aku tiba di Bogor pukul 8 malam , tepat saat malam natal. Aku menyewa kandang kuda untuk menaruh kudaku karena sangat dingin di luar sana. Lalu aku jalan kaki ke rumah Luna dan tiba di sana pukul 10, dua jam terlambat dari waktu yang kurencanakan.
“ Sayang!!!” Luna langsung memelukku ketika ia membukakan pintu untukku. Kami b******u sejenak dan ia pun bergelayutan manja dipelukanku.
“ Malam sekali sampainya??? Kukira kau bermalam di jalan “ ucapnya manja
“ Tidak , aku berangkat kesiangan “ sahutku
“ah begitu , ayo masuk sayang. Di luar kan dingin “ ia mengajakku masuk ke dalam rumah
“ ah ada nak Edi, ini sudah saya siapkan teh dan supnya”
Bibi menyiapkan makan malam untukku. Sup dan teh hangat , untuk mengisi perutku setelah lama di jalan. Aku makan malam berdua dengan Luna , karena ia belum makan malam cuma demi menungguku. Sekilas aku lihat rumah mereka. Kokoh , hangat dan nyaman , walau tidak terlalu mewah. Berbeda sekali dengan gubuk mereka dahulu. Aku senang mereka lebih baik . Luna bercerita kalau ia akhirnya bekerja sebagai penyanyi di restoran bintang lima , dan Bibinya bekerja di toserba.
“ Kamu di sini sampai tahun baru kan?” Luna mengajakku menginap sampai tahun baru , aku menganggup dan menjawab
“ Iya , aku menginap sampai tahun baru “
“ YEY! **** (aku cinta kamu ) “ Ia memelukku dan mencium pipiku dengan manja. Sejenak, jantungku berdegup kencang. Aku akhirnya merasakan cinta , setelah sekian lama mengembara sendiri. Aku ingat , Bona pernah memeluk dan menciumku lalu berkata persis seperti itu , namun rasanya berbeda. Cinta yang diberikan Bona waktu itu, seperti cinta antara anak dan orangtua, sedangkan cinta yang diberikan Luna , seperti cinta antara dua pasang kekasih , yang mampu membuat musim dingin ini terasa hangat. Kucium pipinya lalu aku menjawab
“**** , Luna “
Dan saat itu juga , Bibi menghidupkan lampu di pohon natal yang terletak di ruang tengah. Saat itu juga , teman-teman Luna datang ke rumah dan serempak mereka dan Luna berteriak
“ KEJUTAAAAN!!” sambil menentang kotak-kotak hadiah. Luna mengambil salah satu kotak , dan memberikannya kepadaku
“ Selamat natal sayang “
Aku tidak merayakan Natal , tapi itu pertama kali setelah sekian lama, seseorang memberiku hadiah. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan suasana hatiku saat itu. Hatiku bertambah Lunak, dan musim dingin itu , benar-benar terasa sangat hangat. Kuterima hadiah darinya , lalu kubuka di depannya. Ia memberiku , jam perak mahal , yang akhirnya aku kenakan kemanapun aku pergi. Natal itu adalah natal paling indah , dan paling kukenang , meskipun sebenarnya aku tidak merayakan natal. Hanya satu kata yang kuucapkan padanya saat itu
“ Terima kasih , sayangku “
Satu kata yang akhirnya membuat ia tersenyum malu di depan teman-temannya.
Akhir dari Chapter I
Cinta yang hangat , di musim yang dingin