Part 4 : Zaman 13 Raja ( eps. 1 )

1525 Words
Episode 1 Liburan musim semi Sebuah zaman baru lahir pada musim semi itu. Perdana Menteri merangkul orang-orang berpengaruh dari sabang sampai marauke , lalu atas izin dari Prabu , beliau mengangkat mereka sebagai Raja kecil di daerah kekuasaan mereka. Terdiri dari Sultan Aceh , Raja Batak , Sultan Pagaruyung , Sultan Siak , Sultan Malaka , Prabu Palembang , Prabu Banten , Sultan Mataram ( Surakarta dan Yogya ) , Prabu Blambangan , Sultan Banjar , Sultan Makassar , Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Mereka semua raja-raja kecil yang berkuasa dan bertanggung jawab atas wilayah mereka. Dibawah mereka ada Adipati-adipati yang juga bertanggung jawab atas wilayah yang lebih kecil. Tujuannya tentu saja mempersempit ruang gerak para Republikan. Era baru pun terbit, mereka menamakannya Zaman 13 Raja. Tapi aku tidak terlalu peduli dengan semua itu. Aku pamit pada Bona untuk pergi berburu selama beberapa minggu. Aku sempat mengajaknya namun ia menolak. Ia bilang ia ingin istirahat di rumah , terlebih ia pikir aku butuh waktu untuk diriku sendiri. Kurang lebih seperti yang ia lakukan di rumah selama ini. Aku pamit , lalu berkuda menuju timur , untuk berburu. Aku tidak berkelana sendirian . Aku menjemput Mia dan ke dua temannya , Rara dan dewi , di tempat pemandian itu. Kami berkuda bersama , menempuh perjalanan lima hari lima malam ke savanna , merbabu. “ oh jadi ini yang namanya Edi... kok gak pernah mampir ke pemandian lagi. “ sahut Rara. “ iya.... Mia nungguin kamu lho setiap hari “ goda Dewi “ apaan sih kalian , engga Di engga kok , ngeyel tuh mereka “ Mia membela diri. “ eh nanti kalau sampai di merbabu kita mampir ke pemandian dulu yuk , kan kalau udah berkemah , berhari-hari lah kita gak mandi “ Rara mengajak mandi di pemandian air hangat sebelum kami berkemah di Merbabu. “ tapi aku gak ada uang “ sahutku mengarang alasan “ sudah tenang , nanti kami yang urus “ Dan akhirnya mau tak mau , kami mampir ke sebuah tempat pemandian di dekat gunung merbabu , setelah lima hari berkuda dari Bogor. Mereka berteman baik dengan pegawai di sana , sehingga mereka dapat masuk lewat pintu belakang gratis , dan mandi di kolam pribadi. “ oh jadi itu yang namanya Edi Koboi , si pemburu bayaran yang terkenal itu. “ “ gak sekokoh yang aku kira. Tapi ganteng!!” “ Imut sih , kayak bayi , gak ada jenggot , gak ada kumis. “ “ psst diem ntar ketahuan “ Mereka semua mengenal dan bergosip tentangku dari belakang. Tentu saja mereka sudah merencanakan semua ini. Mereka sudah berencana akan mampir ke pemandian mahal ini , dan sudah mengirim telegram kalau kami akan mampir. Mereka membuka pakaian mereka sehingga terlihatlah tubuh polos mereka , lalu satu persatu mereka masuk ke kolam pemandian mahal , yang seharusnya hanya boleh digunakan oleh Adipati Boyolali. Astaga aku bisa saja digantung waktu itu. “ Edi! Ayo ke sini!!!” Penisku sudah berdiri tegak setelah melihat tubuh polos mereka. Sehingga ketika aku membuka celana , p***s besarku seketika mencuat dari kandangnya. Wajah Rara dan Dewi seketika semringah. “ mulus..... gak ada bulunya... “ “ udah disunat lagi..... “ Rasanya aku ingin tertawa. Aku dapat mendengar teriakan para pelayan yang mengintip kami dari kejauhan. Aku perlahan masuk ke kolam dan mereka bertiga pun langsung menempel di pelukanku. “ kamu rajin-rajin olahraga dong sayang , biar ada roti sobeknya “ goda Dewi “ gak ah , gini aja udah bagus kok sayang “ sahut Dewi. “ hmph! Terus! Goda terus ! Edi punya aku tahu! Whiskynya mana!!” lalu Mia melerai Rara dan Dewi dan menyosor ke pelukanku. Dan tak lama datang dua orang terapis cantik menenteng tiga botol Whisky. “ lihat boleh tapi gak boleh masuk ya. Edi punya kami!” Rara dan Dewi tertawa melihat tingkah aneh Mia. Tanpa menghiraukan omongannya. Kedua terapis itu membuka handuknya dan ikut masuk ke kolam. Mereka menuangkan Whisky ke cangkir-cangkir kami dan kami pun minum bersama-sama. Mereka bercanda gurau , sedangkan aku hanya duduk diam di kolam. “ Edi! Ngomong dong ! Kok diam aja “ gerutu Dewi sambil menyentil kepala penisku. “ gak papa lagi , cowok gak banyak omong itu keren lho , ya gak sih?” sahut Rara. “ ya! Ya! Ya ! “ lalu datang terapis lain , dan terapis lainnya sehingga tak sadar , kolam itu sudah penuh dengan puluhan terapis. “ kok banyak banget sih “ aku sudah mabuk berat. Kolam itu kecil sedangkan mereka sangat banyak, sehingga paha dan pinggul mereka menyenggol dan menghimpit penisku. Aku ingin keluar namun Mia mencegahnya. “ Edi mau kemana sayang? Jangan pergi diri dulu!” Mia mencegahku sehingga aku terduduk di pinggir kolam , dengan p***s menegang tepat di hadapan mata mereka. Mia dan kedua temannya langsung menempatkan wajah mereka tepat di depan penisku, sedangkan terapis lainnya langsung mengerubungi kami. Sambil mengocok-ngocok penisku , Dewi pun tertanya “ Edi mau yang mana sayang ? Pilih-pilih. “ kami semua sudah terlalu mabuk. Aku menjawab “ AKU MAU LUNA!!!!!!” mereka pun tertawa genit “ Luna sayang ya? Ada yang namanya Luna di sini? “ dan mereka pun menggeleng. “ Gak ada Luna sayang. Adanya Mia , Rara , Dewi... terus siapa lagi” dan mereka berlomba-lomba menyebut nama mereka. Dewi masih terus mengocok-ngock penisku. Mia pun mulai menjilat-jilat buah zakarku. Lidahnya terus menggelitik biji pelirku , lalu perlahan-lahan bibirnya mulai mengulum-ngulum buah zakarku. Ia hisap buah zakarku dan sesekali lidahnya berputar menjilat-jilat. Rara dan Dewi mulai menciumi batang kemaluanku. Rara menciumi bagian sebelah kiri dan Dewi di sebelah kanan. Bibirnya kemudian mengecupi batang penisku, lalu bibir mereka naik dan naik hingga bertemu di kepala penisku. Bibir mereka mengulum-ngulum kepala penisku dan sesekali saling mencumbu satu sama lainnya. Penisku memerah dan makin menegang. Mia menghentikan kulumannya , dan bibirnya pun naik dan mulai mengulumi kepala penisku. Bibirnya naik turun memompa-mompa batang penisku sekilas lalu ia mencabut penisku keluar, dan membiarkan Rara mengulumnya. Rara pun ikut mengulum-ngulum penisku. Bibirnya naik turun cukup lama dan lidahnya berputar-putar memelintir kepala penisku. Lalu ia kembali mencabutnya dan membiarkan Dewi mengulumnya. Dewi mengulangi adegan yang dilakukan temannya dan mereka bertiga pun bergantian mengulumi penisku. Penisku mulai berkedut-kedut. Mereka bergantian mengulumi penisku sedangkan gadis lainnya mendesah-desah berbarengan. Aku tak mampu bertahan. Mataku terpejam , dan air maniku memuncrat deras di kuluman salah satu gadis itu. Mereka mengocok-ngocok penisku , memuncratkan air maniku sebanyak-banyaknya. Ketika aku bangun, wajah dan buah d**a mereka bertiga sudah penuh dengan air maniku. Orgy itu tidak berhenti sampai di sana saja. Mereka memaksaku meneguk Whisky lebih banyak lagi sehingga aku bertambah mabuk. Penisku semakin tinggi dan aku semakin mabuk. Aku tidak terlalu ingat apa yang terjadi. Tapi aku ingat mereka bergantian mengulumi penisku dan menembakkan air-a******i itu ke tubuh mereka. Rasanya nikmat tiada tara. Pengaruh minuman keras membuatku seakan ingin ejakulasi lagi dan lagi. Aku mendekap tubuh Mia , lalu menggenjot vaginanya dari belakang. “ ahhh ahhh Edi sayang ahhh “ “ plok! Plok! Plok ! Plok!” Aku menggenjot vaginanya dari belakang dengan kecepatan penuh. Jemariku meraih buah dadanya dan meremas-remasnya. Ia mendesah liar dan membiarkanku berbuat sesukaku. Kupercepat genjotananku sambil meremas buah dadanya. Namun baru beberapa saat, ia memekik panjang dan mencapai puncak kenikmatannya. “ ampun aku gak kuat.. mmh “ Pengaruh minuman keras membuat Mia pingsan dan tertidur. Lalu aku mendekap siapapun di dekatku. Entah itu Rara atau Dewi atau keduanya. Mereka menungging di pinggir kolam dan membiarkanku mendekap dan menggenjot v****a mereka dari belakang secara bergantian. Semakin kencang genjotanku , semakin liar pula remasan tanganku. Penisku berkedut hebat dan ditengah genjotan dahsyat itu , akhirnya air maniku memuncrat di dalam v****a salah satu gadis itu. Belum puas , aku naik ke sisi kolam lalu menembakkan sisa air maniku ke gadis-gadis itu. Aku tahu itu konyol, tapi pengaruh minuman keraslah yang melakukannya. Alih-alih membersihkan tubuh, ritual pemandian itu sama saja seperti mengotori tubuhku. Kami semua tumbang , setelah meneguk botol-botol whisky yang tidak terhitung lagi jumlahnya. Kolam itu menjadi bau dan penuh dengan air maniku. Aku sangat malu jika mengingatnya. Tapi kegilaan itu tidak hanya sampai disitu. Sambil menangis , aku keluar dari kolam itu, tanpa busana dan berteriak-teriak memanggil seseorang di pikiranku saat itu. “ Luna!!! LUUUUNAAAAAAAA!” Dan lebih bahayanya lagi, aku mengambil kedua revolverku , dan berjalan mengelilingi pemandian itu. “LUNAAAAAAA!” “ ahhh ! ahh terus sayang ahhh!” “ BRUK!!!” “ KYAAAAAAAA!!” Dan gawatnya , mereka bilang beberapa kali aku masuk ke dalam kamar , dan mengganggu pelanggan lain yang sedang “campur” dengan terapis sewaan mereka. Beberapa kali pula aku menerbab wanita tak di kenal lalu memperkosanya , memuaskan birahiku. Sambil terus berteriak memanggil Luna , aku berjalan dan berjalan , bahkan sampai ke arah hutan. Aku tersandung ranting dan akhirnya terjatuh, dan di sanalah wanita itu datang “ EDI!! EDI SADAR!!! Ya Tuhan! Kalau kamu tertangkap seperti ini, kamu bisa digantung besok! Ya Tuhan! Lekas naik “ Dan gadis itulah yang menyelamatkanku dari hukuman gantung “ Lunaku....apa kau Lunaku?” “ iya aku Luna! Puas?! Yang penting sekarang kita lari!” Dan dia pacu dokar itu , puluhan kilo dari lokasi kejadian, hanya untuk menyelamatkanku dari kematian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD