8.TO

3052 Words
Aku hampir menabrak pagar rumah om Edward kalo saja dua body guards yang menjaga rumah om Edward tidak menghalangiku. “Minggir!!”usirku pada mereka yang menghalangi jalanku untuk masuk. “Cari siapa mas?”tanya salah satunya. Aku mengawasi yang satu yang sudah siap menembak kepalaku dengan pistol yang hampir dia cabut dari pinggangnya. “Edward Tanjung,dia om gue.Minggir apa!!,lambat nih elo berdua,ini soal hidup mati Kalila.Elo berdua tau kan siapa Kalila?”tanyaku. Mereka saling menatap dan aku bergerak tidak sabar sampai aku menerobos barekade dan membuka pagar. “Diam situ!!,kalo gue terbukti penjahat,elo berdua boleh tembak gue”kataku lalu beranjak menyusuri halaman rumah om Edward lalu masuk rumah. Kedua bodyguards,eh malah empat deh,mengikuti dengan siaga.Aku mengabaikan dan langsung menuju kamar om Edward. “Mas,sampean bukan PKI kan?”tegur salah satunya lagi. Habis mukanya hampir sama,aku jadi tak sempat mengenali satu persatu.Aku jadi batal mengetuk pintu. “Berani elo semua tembak gue,mati lo sama Edward Tanjung”ancamku dan berhasil. Keempatnya membiarkan aku mengetuk pintu kamar om Edward walaupun tetap menodongkan pistol. “OM!!OM!!!BANGUN OM!!!”jeritku lantang sambil terus mengetuk pintu. Memang om  Edward tipe yang terlatih siaga,begitu dia membuka pintu sudah menyembunyikan tubuh tante Anneke istrinya dan dia sendiri sudah menodongkan pistol padaku. “RENO!!!”jeritnya kompak berdua istrinya. “Turunin pistol om,aku perlu penting banget”pintaku. Lebay banget om Edward,di kata Jakarta daerah konflik militer sampai perlu siaga satu seperti ini.Apalagi dia sudah pensiun.Dia mengawasiku sebentar. “Kalian kerjanya apa?”bentaknya pada anak buahnya. Keempat bodyguards itu serentak menunduk. “Bukan gantiin saya tembak kepala begundal kecil ini,malah di biarkan ganggu saya tidur”lanjutnya galak. Aku berdecak pelan. “Ya elah om,udah mau subuh,bangun kali bukannya om sholat,lupa ya jam sholat subuh”gurauku. Kalo om Edward terbelak,istrinya justru tertawa. “Udah ah pah…..benar Reno mau subuh ini.Dengerin tuh Reno ada perlu apa sampe berani bangunin macan tidur”kata tante Anneke. Om Edward gantian berdecak pelan. “Kalian ke depan!!,lain kali ingat muka begundal kecil ini,kalo datang subuh subuh lagi,langsung tembak aja,gak usah tunggu saya bangun,hukuman kalian biar jadi tanggung jawab saya,saya bisa bilang begundal ini teroris”omel om Edward. Aku terbahak berdua tante Anneke mengiringi 4 bodyguards yang di suruh ke depan lagi.Aku pikir pikir,Rey suami Kalila hebat juga bisa aman masuk kandang macan.Aku bergidik ngeri membayangkan seandainya aku pacaran dengan Alice atau Kalila.Ancamannya pistol,ngeri dah. “Udah sana temenin Reno,mama buatin teh hangat mumpung belum masuk waktu sholat”perintah istrinya. Jendral nurut kalo sama titah nyonya jendral. “Duduk!!”perintahnya masih galak padaku. Aku mengekornya menuju sofa ruang tengah rumahnya dan tak jauh dari pintu kamarnya. “Cepat bilang ada masalah apa?”tanyanya begitu aku duduk di sofa samping. “Ya elah tarik nafas dulu om,biar gak emosi”kataku. Dia menggeleng pelan. “Soal Kalila sama Rey om”kataku takut dia ngamuk lagi. Baru jendral tegang. “Kenapa mereka?,siapa yang ganggu?”tanyanya gusar. Aku langsung tertawa. “Tadi aja ngamuk di bangunin,sekarang aja gak sabar”ledekku. Dia terbelak sebentar. “Ngomong atau om benar benar tembak kamu”ancamnya. Aku meringis. “Om kenal Maina?”tanyaku. Om Edward berpikir sebentar lalu menggeleng. “Kayanya teman Rey om,dan Lila cemburu sama Maina”jelasku. “Lalu?,perempuan cemburu biasa Ren”sanggahnya tapi tetap nada suaranya gusar. “Masalahnya anak om bikin masalah jadi gak biasa”jawabku terlanjuran. Om Edward tipe yang harus kita bicara jujur,kalo tidak mana bisa dia langsung percaya.Bodo deh kalo Kalila ngamuk sama aku. “Masalah apa sih sebenarnya?”tanya om Edward. Akhirnya aku menceritakan semua masalah curhatan Kalila sampai soal Kalila yang minta aku jemput pulang. “Astaga……bodohnya anak itu….”desis om Edward memijat keningnya. “Siapa yang bodoh?,Reno?”jeda tante Anneke. Aku tertawa. “Kalila mah”jawab om Edward lalu bersandar di badan sofa masih memijat keningnya. Tante Anneke menatapku lalu meletakan 3 cangkir teh di meja. “Minum Ren!!”katanya lalu duduk di sebelah om Edward. “Makasih tante”jawabku lalu santai minum sambil mengawasi om Edward yang jadi ikutan pening sepertiku. “Kalila kenapa?”tanya tante Anneke. “Kalila mikir apa sih?,masa buat Rey terpaksa menyetujui perjanjian pra nikah supaya mereka tidak bercinta.Pantes udah lama nikah,Kalila gak hamil hamil”jawab om Edward. Aku terbahak. “Ya elah om,cucu lagi,kaya papaku aja.Kenapa sih orang tua antusias banget sama cucu?”ledekku. “Karena anak selalu buat pening”jawab om Edward. Aku tertawa lagi. “Ini serius Ren?”gantian tante Anneke yang cemas. Aku mengangguk. “Lalu si Rey itu ada affair sama Maina?”tanya om Edward mengabaikan tatapan bertanya istrinya. “Pah mama belum ngerti loh”protes tante Anneke. “Kamu nyimak dulu,aku khawatir sekali”jawab Om Edward. Tante Anneke menurut untuk diam. “Aku tadi yang mergoki Rey di café mau antar Maina pulang.Tapi Rey malah khawatir sama Kalila waktu aku bilang Kalila nangis,dan Rey pamit pulang tanpa Maina.Kayanya sih salah faham om.Dari pengamatanku,Rey gak ada hubungan sama Maina”jawabku. “Pengamatan apa yang bisa kamu lakuin,kamu mengamati istri orang baru bisa”jawabnya. Tante Anneke tertawa dan aku memutar mataku. “Terserah deh kalo om gak yakin.Aku yang yakin kalo Rey lempeng,cuma ada di situasi yang salah dan orang yang salah.Maina itu dokter juga,dan lagi buat tesis S2,ayahnya Maina itu professor yang jadi penguji S3 Rey,dan Rey jelasin kalo dia,Maina dan dua rekan dokter Maina makan makan di traktir Rey karena judul disertasi Rey di setujui”jelasku. “Yang jelasin siapa?”tanya om Edward. “Rey sama Maina.Om…kalo Rey macam macam sama Lila,mana mungkin aku lepas Rey pulang,aku pasti yang pulang jemput Lila.Lagian mana mungkin om kasih Kalila nikah sama Rey kalo Rey bukan lelaki baik,itu sama aja gak percaya penilaian diri om sendiri”jawabku. Om Edward diam. “Lalu si Maina itu?”tanyanya. “Aku yang antar pulang om,masa dalam perjalanan pulang dia coba…..apa ya….nanya nanya siapa aku…..apa hubunganku sama Kalila dan om,aku yang jadi aneh om”jelasku. Om Edward mengerutkan dahinya. “Kamu dia apakan?”tanyanya. Aku diam berpikir lalu mengusap tengkukku yang mendadak meremang. “Gak tau ya….rasanya aku seperti di arahkan untuk bercerita….perasaan….apa ya….tapi aku tentu aja gak cerita apa pun soal Kalila apalagi om.Aku cuma sampai bilang kalo aku keponakan om”jelasku lagi. “Dia sentuh kamu?”jeda tante Anneke. Aku mengangguk pelan. “Dan aku merinding….”jawabku. Mereka saling tatap berdua. “Gendam….itu hipnotis Ren….kemampuan mengsugesti untuk alasan kejahatan”jawab om Edward. Seketika aku merinding. “Rasa khawatirmu pada Kalila menyelamatkanmu dari focus….”komen tante Anneke di angguki om Edward. Aku menatap mereka berdua sambil menghela nafas kasar. “Lalu?”tanya om Edward kali ini lebih antusias. Aku jadi semangat menceritakan hasil pengamatanku mengawasi rumah Maina.Tidak cuma om Edward yang diam menyimak,tante Anneke juga. “Gimana nih pah?”tanya tante Anneke. Om Edward menghela nafas pelan. “Papa akan cari tau siapa Maina,sekarang focus kita pada Rey dan Kalila,gak bisa di biarkan hubungan rumah tangga yang gak sehat seperti yang mereka berdua jalani.Ini bukan soal cucu,masih jauh kayanya buat Kalila hamil,kalo hubungannya dengan Rey seperti ini”jawab om Edward. “Enak banget Kalila sama Rey,malah di suruh bercinta om”keluhku. “Makanya kamu nikah,malah kabur kaburan trus.Kalo kamu nikah,papamu pasti malah suruh kamu bercinta trus sama istrimu biar kasih cucu.Kalo sekarang masa om carikan bini orang”jawabnya. Aku tertawa berdua tante Anneke. “Om bakalan tengok Lila sama Rey kan?”tanyaku khawatir. “Menurutmu mau om diamkan?.Dari dulu Kalila itu ceroboh,om pikir Rey orang yang ngerti kecerobohan Kalila,ini malah di dukung.Gimana sih Rey?”keluh om Edward. “Terlalu cinta sama Lila makanya nurut tuh dokter”komenku. Om Edward tertawa pelan. “Om beneran ya samperin Kalila”pintaku lagi. Dia berdecak pelan. “Iya….kamu cerewet sekali”omelnya. Aku tertawa. “Kasihan om,Lila sayang juga sama tuh dokter”jawabku. Tante Anneke tersenyum padaku. “Dari dulu lo,kamu yang selalu ada kalo Kalila sama Gladis kenapa kenapa”komen tante Anneke. “Nino juga”tambah om Edward. “Ngapain bawa bawa Nino sih om!!”keluhku pasti bakalan bandingkan aku sama Nino lagi. “Loh Nino malah yang berhasil buat Lila nikah sama Rey”sanggahnya. “Tetap aja anak om mesti di hajar dulu sebelum halal”dan aku keceplosan. Aku meringis saat mereka berdua menatapku. “Makanya mesti di nikahin biar tanggung jawab.Emang kamu!!.Nino tuh tangggung jawab kaya Rey yang nidurin perempuan sebelum tapi di nikahin”sanggahnya. “Tetap aja….”bantahku. Tante Anneke tertawa. “Udah pah kita sholat dulu,abis itu papa renang,sarapan lalu ke rumah Lila”ajak tante Anneke. “Ayo sholat Ren”ajaknya bangkit. “Ngantuk om….aku pulang dulu”elakku bangkit. “Makin jauh kamu sama Nino,gak ada akhlak”komen om Edward ikutan bangkit. “Ya elah,nitip absen om,aku sering nitip absen juga sama Nino.Aku ngantuk banget”jawabku. Mereka berdua menggeleng saat aku mencium tangan mereka bergantian. “Begundal!!”omelnya saat aku beranjak keluar rumah. Aku hanya tertawa.Ibadah?,nantilah kalo aku udah lempeng. Setelah tidur dan jauh sore aku baru bangun.Perasaan khawatir pada Kalila tetap aku rasakan.Gimana pun aku sudah menganggap Kalila adikku.Aku jadi ke rumah om Edward lagi setelah mandi. “Lah….Lila jadi cerai sama dokter om?”komenku karena melihat Nina di gendong tante Anneke. “Begundal!!,doamu jelek sekali!!”omelnya menjitak kepalaku karena aku menunduk mencium Nina. Aku meringis. “Lah ini anaknya sama tante,wajar aku tanya”jawabku. Tante Anneke tertawa. “Mereka baik baik aja Ren….”jawab tante Anneke. Aku mengerutkan dahiku. “Serius?,mereka pinter drama tante”jawabku. Tante Anneke tertawa. “Reno gak percaya pah”komen tante Anneke. Aku tertawa lalu duduk. “Makan tante!!,laper”rengekku. Om Edward terbelak. “Makan lagi,gak punya duit buat beli makan?”omelnya. Tante Anneke tertawa. “Kamu baru bangun trus langsung kesini?”tanya tante Anneke. Aku mengangguk. “Aku penasaran sama keadaan Lila,jadi langsung ke sini,jadi aku laper”jawabku. Om Edward menggeleng pelan. “Pegang nih cucumu!!,mama kasih makan anak begundal dulu”kata tante Anneke lalu om Edward ganti menggendong Nina. “Ayo Ren!!”ajaknya padaku. “Memang tante baik banget”komenku lalu merangkul bahu tante Anneke menuju ruang makan. Seperti tante Inge,tante Anneke juga baik sekali padaku.Aku jadi merasa punya mama.Dari dulu sih dari waktu aku sekolah,aku kan sering antar Kalila pulang,atau Alice pulang.Aku sering nongkrong juga di rumah om Edward untuk latihan menembak atau latihan tarung dengan Alice atau Kalila.Aku jadi akrab sekali dengan tante Anneke.Rumah om Edward itu pelarianku karena Nino mulai sibuk dengan teman teman SMA nya. Aku duduk menunggu tante Anneke menyiapkan makanan di bantu pembantu rumah sambil mendengarkan celotehnya soal kelakuan Kalila.Sampai semua siap dan aku mulai makan. “Beneran kelaparan kamu ya?”tanyanya. Aku mengangguk. “Dan masakan tante enak,jadi aku tambah kelaperan”jawabku. Dia tersenyum lembut. “Kadang tante dulu berharap,Alice atau Kalila yang jadi istrimu dan kamu jadi menantu tante.Tapi….jodoh siapa yang tau ya.Atau kamu kelewat b******n jadi anak anak tante gak suka kamu”kata Tante Anneke. Aku tertawa pelan. “Rugi di anak tante sih nolak aku,walau b******n aku ganteng”jawabku. Tante Anneke tertawa.Aku jadi ikutan tertawa. “Kamu persis Nino,konyol,ceplas ceplos,tapi penyayang.Kalo Nino sih tambahannya bawel,makanya Alice sama Kalila gak betah lama lama dekat Nino”komennya. “Nino mah rumpi tante,masa baru tau”jawabku. Dia tertawa lagi. “Untuk itu Inge sama Prass ribut pening terus”jawabnya. Aku mengangguk. “Tambah Ren,biar kenyang”perintahnya melihat nasiku sudah habis. Aku tentu saja mengangguk,dari semalam aku tidak makan,hanya masuk rokok dan kopi,bagus aku tidak maag.Ngenes amat ya?. Setelah makan aku pura pura pamit pulang,padahal aku ke rumah Kalila.Aku penasaran,bisa aja Kalila dan Rey drama depan kedua orang tua mereka.Kalo depan aku mana mungkin bisa bohong,aku tau semua. Aku sempat cemas saat aku datang ke rumah Kalila dan menemukan pagar rumah Kalila terbuka dan mobil masih ada di garasi pekarangan rumah.Aku yang sudah deg deg an takut mereka di culik Maina,karena pintu masuk depan rumahnya juga tidak terkunci.Sudah tegang tegang,eh malah mereka lagi tindih tindihan di sofa ruang tengah.Hadeh benar om Edward kalo mereka baik baik aja. “Jangan bego lagi jadi laki,Lila udah jadi bini elo,kalo dia gak kasih elo tindihin,elo paksa aja,masa dia nolak di kasih enak”pesanku. Rey tertawa saat menjajari langkahku menuju mobilku setelah aku berpamitan pada mereka berdua. “Thanks ya Ren…..nyesel cemburu sama elo”jawabnya. Aku gantian tertawa. “Resiko jadi orang ganteng kaya gue itu sih,udah biasa gue”jawabku. Rey tertawa lagi lalu merangkulku lagi sebelum aku masuk mobil dan berlalu. Aman sepertinya hubungan mereka berdua.Aku tau karena om Edward jadi sering ke kantorku dan cerita soal Kalila,walaupun alasan pertamanya bilang ngawasin aku biar gak buat skandal lagi,padahal mah mau curhat. “Tinggal tunggu berita Kalila hamil”jawabnya lalu terbahak. Girang pak Jendral bakal dapat cucu dari dokter dan putrinya. Aku tenang sesaat doang,waktu aku tanya om Edward lagi malah dia cerita Kalila kabur ke Bali. “Serius om?”tanyaku. Om Edward menghela nafas. “Maina Ren….bikin drama bilang hamil anak Rey,Kalila kan bodohnya kebangetan,kaya gak kenal Rey.Kaburlah ke Bali udah beberapa hari ini”jawab om Edward memang sedang di kantorku mungkin mau curhat. “Nina di bawa?”tanyaku. Dia mengangguk. “Om tau sejak awal Lila kabur bawa Nina,om biarkan karena Cuma ke Bali,dan biar Lila fresh lagi.Lagian dua orang suruhan om sudah mengawasi trus”jawabnya. Aku mengangguk,mana mungkin Edward Tanjung melepaskan putrinya tanpa pengawasan. “Lalu Rey?”tanyaku. “Lagi jemput di bandara,Kalila hamil Ren,untuk itu om ke sini untuk kasih kabar kamu”jawabnya lalu tertawa. Aku ikutan tertawa. “Akhirnya……jebol juga,selamat om!!”seruku ikutan happy. “Pasti cucu om lelaki,Kalila bandel jadi ibunya”jawabnya lalu tertawa lagi. “Aamiin!!”seruku bertambah girang melihat om Edward tertawa happy. Akhirnya kami ngopi lagi di ruanganku.Ngobrol ngalor ngidul sampai sempat juga undang Nino datang,karena om Edward mau pamer.Belum sampai Nino datang,ada telepon masuk da nom Edward menegang sampai bangkit dari duduknya lalu membentak di telepon setelah menutup telpon sebelumnya. “Ada apa om?”tanyaku ikutan tegang. “Maina culik Kalila dan Rey nembak orang di parkiran bandara”jawabnya lalu bergegas keluar ruanganku. Aku buru buru mengekor.Gokil Edward Tanjung,tidak sabar menunggu lift terbuka,dia turun lewat tangga darurat seperti tim SWAT yang bukan turun lewat anak tangga,malah meluncur turun dengan pegangan tangga.Aku mana bisa,jadi aku ngos ngosan melihatnya lincah sekali dan sudah berlarian di loby.Untuk kakiku panjang jadi bisa mengimbanginya. “Aku ikut!!”jedaku ikutan masuk mobil om Edward. Om Edward membiarkan dan memerintahkan supirnya membawa laju mobil ke bandara. “Silver Bullet,siaga satu,target operasi TNT 2 menyandara warga sipil dan mencelakai warga sipil lain.Komando utama di ambil alih Silver Bullet,gerak cepat arah Sutta,titik koordinat akan di kirim setelah ini.Cepat,dan yang menghalangi habisi,laksanakan!!!”perintah om Edward lalu menutup telepon lalu sibuk lagi entah apa. Sadis…..Jendral tuh.Aku terus diam mengawasi saat dia bicara pada supir pakai bahasa sandi dan supir trus mengangguk dan berkata siap laksanakan setelahnya. “Bawa pistol Ren!!”perintahnya sambil menyerahkan satu pistol di kaos kakinya. Aku menerimanya. “Maina doang om!!”sanggahku. “Maina termasuk jaringan teroris Ren,jadi mesti hati hati,jangan bergerak ceroboh.Siapa pun yang ceroboh dan membuat Kalila terancam,kamu pun aka nom tembak mati!!”jawabnya. Astaga…..aku jadi ikutan menegang.Di tol menuju bandara aku semakin menegang saat 4 mobil SUV hitam,mengekor lalu mengawal mobil kami.Gokil ini sih,masa aku ikutan operasi. Tiba di bandara,semua jadi tampak panik saat empat mobil berhenti lalu keluar dengan orang orang berseragam hitam lengkap,macam SWAT. “Rey?”tanyaku sambil menjajari langkah om Edward setelah dia mendorong keamanan bandara yang menghalangi,tapi saat aku menoleh,keamanan bandara tampak bicara dengan pasukan berseragam. Ternyata kami ke ruang keamanan bandara. “Pah!!!!”cetus Rey sudah berantakan dan dia bangkit dari duduknya menghampiri om Edward. “Elo gak apa Rey?”tanyaku karena Om Edward mengabaikan mantunya. Om Edward dengan garang menghampiri kepala keamanan yang menyambutnya. “Apa kerja keamanan bandara sampai putri saya bisa di culik?”tanyanya garang. Semoga tuh kepala keamanan tidak kencing di celana karena di todong pistol. “Pah….Lila dulu cari pah,urusan ini belakangan……aku khawatir Kalila karena di todong pistol juga,Kalila hamil dan bawa Nina”jeda Rey. Om Edward menoleh lalu menghempaskan kasar tubuh kepala keamanan bandara yang memucat. “Handphone Lila nyala gak?”tanyanya pada Rey. Rey buru buru melihat handphonenya lalu menelpon. “Cukup nanti penjahatnya malah tau dan kita kelilangan jejak Lila”perintah om Edward. Rey menurut mengantongi handphonenya. “Lapor Jendral!!!,bandara akan di periksa dari kemungkinan ada bom.Kami menunggu perintah lanjutan!!”lapor seorang pria berseragam. “Urus kawasan bandara,dan pastikan clean dari bom,cegah media memblow up supaya tidak membuat kepanikan,saya yang akan komando mengajar TO”jawab om Edward. “Siap laksanakan!!,perintah saya ambil alih”jawabnya lalu mundur keluar ruangan. Om Edward beralih ke kepala keamanan bandara. “Siapkan anak buahmu,bandara saya nyatakan siaga satu terror bom,gerak cepat dan sistematis agar tidak menimbulkan kepanikan.Hentikan semua penerbangan sampai bandara di nyatakan Clean!!!”perintah om Edward. Kepala keamanana itu diam menatapnya. “INI PERINTAH EDWARD TANJUNG SILAHKAN TEMBUSKAN PERINTAH SAYA PADA KAPOLDA ATAU KAPOLRI!!!”bentaknya. “Si…..si…ap…..”jawab kepala keamanan tergagap. Om Edward menggeleng pelan lalu menendang kursi yang menghalangi jalannya. “Ayo waktunya jemput putri dan cucu saya!!”ajaknya padaku dan Rey. Aku dan Rey saling menatap lalu mengekor keluar.Om Edward dengan tergesa dan terus menelpon menuju pakiran. “Bawa mobil Ren!!.Om mendadak tremor.Rey mesti bersiap kalo salah satu dari kita kena tembakan”perintahnya melempar kunci mobil padaku. Aku menurut dan ikutan di hormati oleh orang orang berpakaian hitam karena om Edward mengekorku masuk mobil. Om Edward duduk di belakang dan aku di depan berdua Rey. “Titik Kalila dekat sekali,ini seperti daerah sekitar bandara”gunyam om Edward. Aku jadi menoleh. “Jangan jangan rumah Maina om,aku tau kalo rumah Maina!!”seruku Aku ingatnya rumah Maina itu sekitaran bandara,agak jauh sih.Mungkin Kalila masih di jalan dan belum sampai lokasi penyandaraan. “Bawa kesana Ren!!.Om rasa kamu benar”jawab om Edward. Aku menurut dan memacu mobilku menerobos apa pun termasuk lampu merah.Jalan sama jendral membuatku berani. “Buruan Ren,bini gue sama anak anak gue”rengek Rey padahal aku sudah bawa mobil seperti terbang. Aku menghela nafas kasar,dan separuh menyesal ikutan.Tegang banget gini. “Ini rumahnya?”tanya om Edward. Aku mengangguk. “Tabrak!!”perintahnya. “Dengan senang hati!!”jawabku lalu menabrak pagar rumah Maina. Dengan cekatan om Edward keluar mobil dan menembakkan pistol ke arah empat orang penjaga sampai mereka lumpuh lalu dengan santai mengambil pistol rakitan yang tergeletak. “REY!!”bentaknya saat Rey bergerak masuk sendiri. “Sabar bro!!”ledekku menarik baju Rey agar mundur. Rey meringis lalu diam mengekor mertuanya yang sudah seperti macan ngamuk masuk rumah.Aku mengikuti. Memang anak Jendral,mental Lila gokil juga,malah girang padahal sedang dalam todongan pistol Maina.Aku sudah mau tertawa tapi batal karena aku melihat Rey tegang melihat Kalila dan Nina dalam tawanan Maina. Om Edward terus mengajak Maina bicara,tapi aku tau itu caranya membuat Maina lengah,karena aku melihat Kalila faham dan percaya pada kemampuan papanya melumpuhkan lawan. “JONGKOK KAL!!!”jerit om Edward saat Kalila berhasil menggigit tangan Maina dan membuat petahanan Maina lengah. Kesempatanku untuk melumpuhkan dua anak buah Maina yang tersisa da nom Edward menembak bahu Maina,pasti bisa om Edward mah,sniper.Baru aku menghela nafas lega saat aku lihat Maina tumbang dan Kalila bersiap berlari menghampiri kami sampai kemudian suara tembakan terdengar dan Kalila roboh masih menggendong Nina. “KAL!!!”jeritku da nom Edward bersamaan dan mengabaikan Rey yang merebut pistolku dan menghabisi Maina sambil bergerak mendekat ke arah Kalila yang roboh terduduk. “BUN!!BUN!!!”rengek Rey menangis sambil mengambil Nina dari gendongan Kalila lalu menyerahkan padaku. Dengan gemetar Rey memeluk Kalila dan om Edward membalik tubuh Kalila. “Tembakan di punggung!!!”cetus om Edward. Rey langsung menutup luka tembakan itu dengan telapak tangannya. “Rumah Sakit pah!!!,Kalila bisa kehabisan darah!!!”seru Rey lalu mengangkat tubuh Lila dengan tergesa meninggalkan kami. Om Edward santai sekali bangkit dan menggeleng pelan. “Luka di punggung doang,paniknya kaya kena tembak di jantung,lebay banget mantu om!!”komennya. Aku melongo.Astaga nih jendral sayang gak sih sebenarnya sama anaknya.Aku menggeleng pelan saat mengekornya keluar rumah Maina sambil menenangkan Nina yang menangis. “Benaran lebay,masa kita di tinggal?!!!”keluh om Edward karena Rey benar benar meninggalkan kami. Aku tertawa pelan. “Bukti dia sayang Lila dan tanggung jawab sama Lila kan?”jawabku. Santai banget nih Jendral malah ketawa lalu mengambil alih Nina dari gendonganku dan menciuminya. “Mau punya dede kamu tuh,jangan cengeng dong”katanya pada Nina yang langsung berhenti nangis karena trus di ciumi. Si Nina jadi ikutan tertawa sama eyangnya yang mendadak sakit jiwa.Aku jadi memijat keningku.Lah ini pejahat penjahat mau di apain???.Masa iya mau di bom sama rumahnya sekalian??.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD