Hi –ehm ok. Ini terlihat canggung dan aneh.
Aku berpikir keras harus memulai dari mana menjelaskan –maksudku menceritakannya. Awalnya aku ingin memperkenalkan tentang diriku dulu. Segala tentangku. Tapi tentu itu bukanlah hal yang ingin kalian tahu. Aku yakin sekali.
Well... Aku sendiri juga tidak ingin membuang waktu hanya dengan menjelaskan tentang diriku dari A sampai Z. Tapi sepertinya setidaknya kalian harus mengetahui sedikit, setidaknya agar tak ada salah penilaian tentang diriku.
Lol! Apa aku baru saja mengatakan salah penilaian? Something like judge? Baiklah aku tidak bisa menahan tawaku sendiri. Tidak, aku tidak menertawakan kalian. Aku menertawakan diri sendiri. Maksudku, kalian tidak mungkin salah penilaian karna beginilah aku, seperti yang orang-orang lihat. Hanya saja mungkin kita memiliki pendapat yang berbeda bagaimana cara pandang kalian dan aku.
Aku benar-benar orang yang realistis. Sangat!
Hanya dua hal yang begitu penting di kehidupanku ; Diriku sendiri dan uang. Yang pada kenyataannya uang penting karna aku mementingkan diriku sendiri. Jadi sama saja.
Self oriented.
Dan sejak mengenalnya, semua mulai berbeda. Kehidupanku. Aku tidak mengatakan bahwa jadi berubah –karna pada kenyataanya dua hal itu memang tetap penting untukku. Hanya saja –baiklah hentikan basa-basi membosankan ini dan kita mulai bagaimana sosoknya benar-benar membuatku kecanduan.
Sore itu seperti sore-sore yang biasa akhir-akhir ini ku habiskan di sebuah cafe. Aku tidak memesan kopi, aku membencinya. Aku benci pahit. Aku pasti akan memesan greentea latte atau vanilla, berbagai macam frappucino juga boleh. Aku suka hal-hal manis. Sangat menyukainya. Termasuk sosok yang sedang aku tatap berada di belakang counter sedang meminum satu cangkir kopi hangat.
Dia sangat manis untukku.
Setelah melakukan beberapa investigasi yang membuatku seakan menjadi seorang detektif –atau mungkin stalker –well itu terdengar menyeramkan– aku mengetahui tentangnya. Namanya adalah Jeon Jungkook. Jelas dia lebih muda dariku, kurang lebih sekitar tiga tahun. Awalnya aku mengira dia part time di café ini. Tapi sekalipun aku tidak pernah melihatnya melayani pelanggan. Dia hanya akan datang dan duduk di belakang counter lalu meminum kopi. Pekerja lainnya juga sama sekali tidak mempermasalahkan itu dan malah mereka semua terlihat bisa akrab. Saling tersenyum. Kemudian lama-kelamaan aku tahu bahwa dia adalah pemilik café ini. Dia pasti anak orang kaya –hal pertama yang ada di pikiranku.
Hari-hariku tersita untuk menatapnya. Bagaimana makin hari dia semakin tampan dan terasa tidak real. Maksudku memang ada manusia dengan sosok sesempurna dia? Tentunya bukan hanya aku yang menganggap seperti itu. Aku tahu bahwa pengunjung café ini juga sama sepertiku. Diam-diam mencuri pandang tentangnya.
Mari kita lihat wajahnya yang sangat tampan dan menggemaskan itu. Bola mata coklatnya, mata bulatnya dan eye crinckle setiap dia tertawa atau tersenyum. Hidung mancungnya, bibir atasnya yang lebih tipis dari bibir bawah karna phyltrum nya yang unik itu, Alis matanya yang menukik dan tebal. Rahanganya yang sangat manly. Gigi atasnya yang lebih besar dari gigi lainnya. Dia terlihat seperti kelinci.
Begitu cute. Tapi juga rude dalam waktu yang bersamaan. Tidak mungkin kau tak akan berpikiran kotor ketika terus-terusan menatapnya dengan khimat. Every shape of him just speak of sexuality.
Bagaimana dia menutup matanya sambil menghirup semat cangkir kopi yang dia pegang. Bibirnya yang sedikit terbuka seakan menikmati. Tangannya yang terlihat muscle juga vein di sana. Sungguh aku tidak memiliki fetish tertentu terhadapa lengan, tangan ataupun kaki. Tapi sungguh lagi, Jeon Jungkook membuatku bisa menatap itu dengan cara berbeda. Tiap inchi tubuhnya benar-benar membuatku menggila. Begitu attractive.
Terlebih ketika dia mulai menyesap kopi dari pinggir mulut cangkirnya. Aku berharap bisa menjadi cangkir itu.
Tapi pada kenyataannya dia tetap terlihat begitu adorable. Senyumnya akan membuat orang lain ikut tersenyum. Dia juga sangat menggemaskan.
Dia benar-benar terlihat sempurna di mataku.
Kalian boleh mengatakan aku creepy sekarang. Aku bahkan menganggap diriku sendiri seperti itu rasanya. Ehm atau mungkin stalker seperti yang aku katakan sebelumnya. Karna aku ke tempat ini memang untuk mengamati sosoknya.
Tapi semakin aku mengamatinya. Aku semakin merasa bahwa ada yang aneh padanya. Mungkin dia terlihat sama sepertiku. Setiap dia tertawa pada orang lain, bersikap ramah dan hangat –aku tahu itu tidak benar-benar dia lakukan. Dia memang terlihat kekanakan tapi aku tahu itu hanya sapaan seadanya pada orang disekitar –bukan hal tulus yang benar-benar ingin dia lakukan. Persis yang kerap aku lakukan pada rekan kerjaku di rumah sakit dan laboratorium.
He's an introvert just like me.
Aku mulai berbicara seperti aku mengenalnya dengan dekat. Menggelikan. Padahal kami sama sekali tidak pernah berbicara. Jangankan seperti itu, dia saja sepertinya tidak tahu aku ada di dunia ini. Dia terlalu apatis untuk hal itu. Sama sepertiku. Namun sosoknya adalah hal yang tidak dapat aku abaikan begitu saja.
Awalnya aku kira hubungan kami akan selalu seperti ini saja. Aku menatapnya. Hanya itu.
Namun aku salah.
Lebih dari itu.
Dan lebih buruk.
Sebelum aku akhiri ini, apa aku sudah mengatakan namaku? Ehm namaku Taeri. Kim Taeri.
[]