Bab 16 Konflik di kantor

1364 Words
Di sisi lain, keputusan Adrian membuat Sienna merasa dihargai. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada seseorang yang benar-benar berdiri di sisinya, bukan hanya sebagai atasan, tetapi juga sebagai pria yang tulus peduli padanya. "Terimakasih Adrian, kau sudah membuat keputusan, tapi ... aku tidak enak bagaiamana pun Ardha adalah staff kepercayaanmu, dia juga sangat dapat diandalkan,"ucap Sienna dengan wajah memelas. Sienna mencoba untuk menenangkan Adrian, mengelus bahunya. Namun Adrian malah menarik pinggang Sienna dan mendekatkan wajahnya. "Saat ini hatiku hanya bisa tenang dengan makan malam denganmu." "Tapi dimana ?"Sienna mengernyitkan keningnya. " Ehhm di Apartemenku?" Sienna dengan mimik menggemaskan. "Tentu dengan senang hati my queen."Adrian mengelus rambut Sienna. "Adrian sudah ... ini di kantor, ingat jangan sampai orang-orang tahu sebelum kita menikah, aku tak mau ada berita macam-macam dulu, please."Sienna mendorong tubuh kekar dan atletis Adrian. "Baiklah sampai ketemu nanti sore."Adrian akhirnya pergi ke ruangannya. Hubungan mereka pun perlahan semakin dekat, meskipun keduanya tahu bahwa jalan yang mereka tempuh penuh dengan tantangan. ----- Setelah kejadian di ruangannya, Sienna memutuskan untuk memberi peringatan kepada Renita, istri Ardha. Ia mengirimkan rekaman percakapan tersebut beserta pesan singkat: "Tolong pastikan suamimu tidak mengganggu lingkungan kerja saya lagi. Saya hanya ingin bekerja dengan tenang." Mendengar rekaman itu, Renita langsung diliputi rasa cemburu dan marah. Ia menganggap Sienna sebagai ancaman bagi rumah tangganya. Ketika Ardha pulang ke rumah, Renita menyambutnya dengan tatapan tajam. “Jadi, kamu masih menggoda mantan istrimu? Apa kamu pikir aku tidak akan tahu apa yang terjadi di kantormu?” Renita melontarkan pertanyaan dengan nada penuh emosi. Ardha yang tidak menyangka Renita mengetahui kejadian itu langsung mencoba membela diri. “Kamu salah paham! Aku hanya menemui dia karena dia bekerja di perusahaan ini! Dia yang menjebakku dan sengaja membuat seolah-olah aku yang salah!” Namun, Renita tidak mudah percaya. Amarahnya meluap, dan ia melontarkan tuduhan bahwa sejak Sienna kembali bekerja di perusahaan, Ardha menjadi berbeda—lebih tertarik pada masa lalunya daripada pernikahan mereka. “Aku sudah memperingatkanmu untuk menjauh darinya, Mas Ardha! Tapi kamu selalu saja mencari cara untuk mendekatinya. Apa yang sebenarnya kamu inginkan?!” teriak Renita. "Apa maksudmu Renita!"menuduhku begitu," Ardha dengan suara kencang. Pertengkaran antara mereka berdua tak terelakkan lagi, rasa cemburu dan curiga menyelimuti hati Renita saat ini. Renita langsung menemui Sienna dengan wajah di selimuti amarah. "Apa niatmu sebenarnya?"Renita dengan suara kencang. "Apa maksudmu Renita, apa kau lupa, siapa sebenarnya yang sudah merebut?"Sienna mendelikkan matanya. "Dan kamu tenang saja, Renita aku tidak tertarik pada Ardha, jadi ambil saja dia untukmu dan bila perlu awasi dia jangan sampai dia mendekatiku lagi!" Sienna menarik sudut bibirnya dengan mata memicing. Dibalik itu Sienna ingin sekali menghardik Renita. Namun dia tak mau bertindak bodoh, kecuali Renita yang memulainya. "Dasar kau ..." Renita menjambak rambut Sienna sehingga Sienna menjambak kembali rambut Renita yang panjang itu, Sienna mengerahkan seluruh tenaganya, di ruangannya, mereka bergulat, Sienna merasa saatnya membalas sakit hatinya. Kini Renita berada di bawah Sienna. Dan Sienna menam** pipi Renita berkali. "Plak."ini akibat kau berani menghancurkan rumah tanggaku."Dan kembali Sienna menam*** "Plak, plak."Ini akibat berani menyentuh ku!" Sienna berdiri dan akhirnya. menyeret Renita keluar dari ruangannya. Dengan kondisi berantakan, Renita berjalan menuju toilet. Untuk merapikan dirinya. Dia memegang Pipinya yang kemerahan akibat tamparan Sienna. "Kurang aj** kamu Sienna, lihat saja, aku akan membalasnya dasar janda jelek, ganjen!" Renita mengumpat di depan cermin. Pertengkaran itu menjadi semakin panas.Renita mengadu kepada Ardha."Mas, hik hik hiks." "Ada apa sayang?" "Sienna mas, dia... memukuliku, sampai wajahku begini."Renita melakukan video call sehingga terlihat pipinya yang kemerahan. "Ya ampun, tega sekali wanita itu, biar saja, nanti Mas yang memberi dia pelajaran." Ardha yang merasa terpojok atas aduan Sienna ke papanya, semakin membenci Sienna karena menurutnya dialah penyebab utama semua masalah ini. Renita, yang kini terpengaruh merasa tertindas oleh Sienna. Dia mulai membenci Sienna dan menganggap mantan istri suaminya itu sebagai perusak rumah tangga. Bagi Ardha, ini adalah pukulan telak. Ia merasa hidupnya dihancurkan oleh Sienna pekerjaannya, hubungannya dengan Renita, dan bahkan hubungannya dengan ayahnya. Sementara itu, Renita yang masih dipenuhi rasa curiga terhadap Sienna, terus mencari cara untuk mengawasi mantan istri suaminya."Aku harus mengawasi Sienna." Sang ibu mertua melihat wajah Renita yang merah."Ada apa dengan wajahmu Renita, kenapa.merah?" "Iiya , Ma, ini akibat Sienna, dia marah-marah seperti orang gila, dia membabi buta menamparku karena dia masih sakit hati ma sama aku."Renita sambil merengek pura-pura menangis. "Berani sekali dia, pokoknya harus diberi pelajaran!" Larasati mendelikkan matanya. "Rasakan kau Sienna lihat saja yang akan dilakukan Ibu Larasati padamu!" Renita dalam batinnya. Di sisi lain, Sienna tetap berusaha fokus pada pekerjaannya, meski sadar bahwa konflik ini belum selesai. Ia mulai melihat perhatian Adrian yang semakin tulus kepadanya, sesuatu yang membuatnya merasa dihargai di tengah badai masalah yang terus menghampirinya. "Sienna, ayo kau sudah selesai?" Adrian menelepon Sienna. "Sudah Adrian, aku sedang bersiap pulang,"jawab Sienna. "Baiklah, aku tunggu di basement." "Oke."Sienna dan Adrian masih menyembunyikan hubungan mereka. Setelah menikah barulah mereka mengumumkan hubungan mereka. "Bruuummm."mobil Adrian melaju dengan cepat menuju Apartemen Sienna. "Mudah-mudahan dia ... tidak minta macam-macam,"ucap Sienna dalam batinnya. "Sayang kenapa , kau diam saja?" "Euugh tidak, aku.. hanya lelah saja."Sienna mengulum senyumnya. "Ooh, kau mau masak apa?" "Euhmm, apa ya?Kamu sukanya apa? kebetulan aku ...sempat belajar memasak secara online ...."Sienna tidak melanjutkan ucapannya, karena mengingatkan lukanya saat menjadi seorang istri. "Sienna ada apa?" Sore itu, langit berwarna jingga saat Adrian mengantar Sienna pulang ke apartemennya. Sienna yang ingin berterima kasih atas sikap Adrian yang selalu membelanya di tempat kerja, mengundangnya untuk makan malam sederhana di apartemennya. “Terima kasih sudah menerima undangan saya, Pak Adrian. Ini bukan apa-apa, hanya ungkapan terima kasih kecil,” kata Sienna sambil tersenyum malu. “Sienna, sudah sering aku bilang, panggil aku Adrian saja kalau kita sedang di luar kantor,” jawab Adrian sambil tersenyum hangat, membuat Sienna sedikit gugup. Setibanya di apartemen, Sienna segera bergegas ke dapur. Ia tahu betul bahwa Adrian sangat menyukai pasta, dan ia ingin memasak sesuatu yang istimewa. Aroma saus tomat segar dan bawang putih yang ditumis memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang nyaman dan hangat. Adrian duduk di ruang makan, memperhatikan Sienna yang sibuk di dapur. Ada sesuatu yang memikat dalam kesederhanaannya—cara ia bekerja dengan cekatan, senyum kecil yang terlukis di wajahnya saat mencicipi masakannya, dan kehangatan yang ia pancarkan. Tak lama kemudian, Sienna membawa sepiring pasta yang dihidangkan dengan rapi di meja makan. “Semoga rasanya sesuai dengan yang Anda suka,” katanya sambil tersenyum. Adrian mencicipi suapan pertama, lalu menatap Sienna dengan mata berbinar. “Rasanya luar biasa, Sienna. Aku tidak tahu kamu begitu pandai memasak.” Percakapan mereka mengalir begitu saja malam itu, membahas banyak hal, dari masa lalu mereka hingga harapan di masa depan. Suasana berubah semakin akrab, hingga mereka berdua tertawa bersama karena candaan kecil yang Adrian lontarkan. Saat makan malam selesai, Adrian membantu membereskan meja, meski Sienna mencoba menolak. “Setelah masakan enak seperti ini, aku harus melakukan sesuatu untuk membalasnya,” katanya. Ketika mereka selesai, Adrian duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh yang dibuat Sienna. Malam itu terasa begitu sederhana namun penuh kehangatan, seolah mereka menemukan kedamaian yang sudah lama hilang di tengah kesibukan dan luka masa lalu. Ketika Adrian bersiap untuk pulang, ia berhenti sejenak di depan pintu. “Terima kasih, Sienna. Malam ini berarti banyak untukku.” Sienna tersenyum, hatinya hangat mendengar kata-kata itu. “Terima kasih juga sudah datang. Saya senang Anda menyukai makanannya.” Adrian mendekatkan wajahnya ke wajah Sienna dan berusaha menautkan bibirnya untuk pertama kalinya dengan Sienna. Tiba-tiba Sienna mendorong d**a bidang Adrian. "Tidak Adrian, aku.. belum bisa, maaf. Aku... masih takut untuk memulainya lagi,kumohon kau mengerti!" "Baiklah, aku mengerti, kau tahu Sienna kau sangat berbeda, jika dengan wanita lain biasanya setelah makan malam ,akan berakhir di atasa ranja** namun kau sangat berbeda, aku semakin tidak sabar untuk memilikimu."Adrian mengulum senyumnya. "Sampai bertemu besok ya my sweet heart,"Adrian dengan tatapn penuh cinta, langkahnya terlihat ragu untuk pergi dari apartemen Sienna. Pagi itu di kantor, Sienna baru saja duduk di ruangannya sebagai manajer marketing ketika tiba-tiba kegaduhan terdengar di luar. Sebelum sempat bereaksi, Larasati, mantan ibu mertuanya, masuk dengan penuh amarah. “Kau wanita tak tahu diri!” bentak Larasati sambil menjambak rambut Sienna. “Kau mau menghancurkan hidup Ardha lagi? Apa belum cukup kau menghancurkan keluarganya dulu?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD