Setelah memastikan bahwa dompetnya tertinggal di mobil Adrian, Sienna segera bersiap untuk bertemu dengannya. Dia memutuskan untuk mengalihkan segala kegelisahan dalam hatinya, terutama tentang sikap dingin suaminya. Sienna ingin menikmati harinya dan merasakan kebahagiaan, meski hanya sejenak.
Dia mengenakan dress bermotif bunga dengan warna lembut, yang membuat wajahnya terlihat semakin cerah. Saat Adrian tiba di depan rumah untuk menjemputnya, ia terlihat terpesona dengan penampilan Sienna. Adrian bahkan tak bisa menahan diri untuk berdecak kagum.
"Kau terlihat sangat cantik hari ini, Sienna," ujar Adrian tulus sambil membukakan pintu mobil untuknya.
"Terima kasih, Adrian. Aku hanya ingin menikmati hariku dengan nyaman," jawab Sienna sambil tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya.
Mereka memulai perjalanan untuk menikmati alam indah di sekitar Lombok. Adrian membawa Sienna ke tempat-tempat yang menawarkan pemandangan menakjubkan—mulai dari pantai terpencil dengan pasir putih hingga bukit yang menyuguhkan pemandangan hijau dan asri. Di sepanjang perjalanan, Adrian terus memperhatikan kebutuhan Sienna, memastikan bahwa dia merasa nyaman dan bahagia.
Saat mereka berhenti di sebuah bukit dengan pemandangan laut yang membentang luas, Sienna merasakan ketenangan yang sudah lama tidak dirasakannya. Adrian duduk di sampingnya, menikmati angin sepoi-sepoi sambil sesekali melirik ke arah Sienna.
"Kau pantas mendapatkan kebahagiaan, Sienna. Aku harap hari ini bisa menjadi momen berharga untukmu," ucap Adrian penuh kehangatan.
Sienna tersenyum, merasa dihargai dan diperhatikan. "Terima kasih, Adrian. Aku sangat menghargai waktu yang kau luangkan untukku hari ini."
Kedua orang itu menikmati waktu mereka, tenggelam dalam suasana yang damai, dan Sienna merasa bahwa dirinya akhirnya bisa mengalihkan pikiran dari segala masalah rumah tangganya.
Saat matahari semakin terik di pantai, Sienna mulai merasa kepanasan. Keringat mulai membasahi dahinya, dan dia berusaha menutupi wajahnya dengan tangan agar tidak langsung terkena sinar matahari. Melihat ketidaknyamanan Sienna, Adrian tanpa ragu segera pergi ke toko kecil di dekat pantai dan kembali dengan topi lebar dan sepasang kacamata hitam.
“Ini untukmu, Sienna. Aku tak ingin kau kepanasan,” ucap Adrian sambil tersenyum hangat, menyodorkan topi dan kacamata itu kepadanya.
Sienna menerima topi dan kacamata dengan perasaan haru. Sikap Adrian yang begitu tulus dan perhatian menyentuh hatinya, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan dalam hubungannya dengan Ardha. Dengan topi yang melindungi wajahnya dan kacamata yang menghalangi silau matahari, Sienna merasa lebih nyaman dan menikmati suasana pantai.
“Terima kasih, Adrian. Kau begitu baik padaku,” ujar Sienna, matanya sedikit berkaca-kaca karena terharu.
Adrian tersenyum, mengabaikan pujian itu. “Tidak perlu berterima kasih, Sienna. Kau berhak mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan. Aku hanya ingin memastikan kau merasa senang hari ini.”
Sienna menatap Adrian penuh rasa kagum. Dalam hatinya, dia merasa Adrian adalah pria yang tulus dan baik hati, sosok yang pantas mendapatkan pendamping yang setara dengan kebaikannya.
"Maaf, aku memanggilmu dengan nama, karena supaya lebih akrab, padahal usia kita terpaut jauh."
"Tidak masalah Sienna aku lebih suka kau memanggilku begitu supaya lebih akrab."Adrian tersenyum manis, membuat jantung Sienna berdegup kencang hingga memalingkan wajahnya ke arah jendela kaca mobilnya.
Walaupun pertemuan mereka singkat, kehangatan perhatian Adrian membawa perasaan tenang dan membuat Sienna merasa dihargai.
"Sayang sekali, aku ... terlambat bertemu denganmu,"
"Maksudnya?" Sienna menautkan kedua alisnya.
"Seandainya aku lebih dulu bertemu denganmu aku akan langsung melamarmu,"ucap Adrian.
"Oh, semua sudah ada garisnya masing-masing, lalu kenapa kamu belum menikah lagi?" Sienna menatap nanar wajah Adrian. "Kau tak perlu menjawabnya jika kau memang tidak mau menjawabnya,"ujar Sienna.
-----
Beralih ke Ardha dan Renita keluar dari hotel dengan perasaan yang penuh gairah, melanjutkan hari mereka menuju apartemen baru yang akan menjadi tempat tinggal mereka berdua. Meski hubungan mereka masih terikat secara diam-diam, Ardha sudah mulai mengatur segala kebutuhan untuk hidup bersama Renita.
Sesampainya di apartemen, Renita langsung merengek manja kepada Ardha, memanggilnya "Mas Ardha" dengan nada manis, panggilan yang baru saja ia ciptakan. Ardha membalas dengan panggilan sayang, menyebut Renita sebagai "baby," dan menanggapi setiap permintaan dengan penuh perhatian.
"Mas, aku ingin apartemennya diisi dengan furnitur yang lebih mewah. Yang seperti di hotel kemarin, biar aku merasa nyaman tinggal di sini," kata Renita, mengedipkan mata penuh rayuan.
Ardha mengangguk tanpa ragu. “Apa pun yang kamu mau, baby. Apartemen ini akan jadi tempat yang nyaman untuk kita,” ucapnya sambil merangkul Renita.
Dengan senang hati, Ardha mengabulkan setiap permintaan Renita, memesan perabot mewah dan dekorasi elegan untuk melengkapi apartemen. Renita tersenyum puas, merasa bahwa Ardha benar-benar memenuhi segala keinginannya. Dalam hatinya, ia merasa bangga bisa mendapatkan perhatian dan kemewahan yang selalu ia idamkan, terlebih dari pria seperti Ardha.
Renita merasa kehidupannya kini sempurna, terutama saat berada dalam pelukan Ardha, yang selalu menuruti segala keinginannya tanpa keberatan. Sementara itu, Ardha tampak terpesona oleh sisi manja dan keanggunan Renita, hingga dia rela membangun kehidupan rahasia ini demi membahagiakannya, meski masih terikat pernikahan dengan Sienna.
-----
Sienna menghubungi Renita sang sekretaris Ardha Sienna yang polos dan tidak tahu menahu tentang hubungan Ardha dan Renita, mencoba menghubungi Renita dengan harapan mendapatkan informasi tentang suaminya. Dengan suara yang lembut dan penuh harap, Sienna bertanya pada Renita mengenai keberadaan Ardha, berharap bisa memahami alasan Ardha sering menghilang tanpa kabar.
"Halo.. Renita, aku ingin tahu… apa kamu pernah melihat atau mendengar kabar tentang Ardha? Dia sering pergi tanpa memberi tahu aku," tanya Sienna, suaranya terdengar sedih namun tetap tenang.
Renita tersenyum penuh kemenangan, senang bahwa Sienna justru datang kepadanya untuk meminta bantuan. Ini adalah kesempatan yang sudah lama dinantikannya, kemampuan untuk memanipulasi keadaan dan secara perlahan menghancurkan rumah tangga Ardha dan Sienna.
“Oh, bu Sienna... tentu saja aku akan bantu sebisaku,” jawab Renita dengan suara manis yang terselubung kepalsuan. "Mungkin. Pak Ardha hanya butuh waktu sendiri, atau sedang sibuk dengan sesuatu yang… penting,” lanjutnya sambil memasang wajah berpura-pura peduli.
Renita tahu, semakin dia bermain peran sebagai ‘teman baik’ untuk Sienna, semakin besar pula peluangnya untuk memperkeruh keadaan dan membuat Sienna semakin merasa terabaikan oleh Ardha. "Dasar wanita bod***, bisa-bisanya dia bertanya padaku, haahh semakin leluasa aku menguasai mas Ardha, karena ... aku yang menjadi informannya, hihihi."
Dalam hatinya, Renita merasa senang dan puas, membayangkan rumah tangga Sienna akan perlahan hancur di tangannya, sementara dia menikmati perhatian dan kemewahan yang diberikan Ardha tanpa rasa bersalah."Kau akan lihat Sienna, hanya menunggu waktu sebentar lagi, kau akan tersingkir sebagai nyonya Bimantara, dan akulah yang akan menggantikan posisimu."
"Baby, siapa yang menelpon?"Tanya Ardha sambil memeluk tubuh sintal dan seksi Renita yang memakai Lingerie.
"Ehhmm bukan siapa-siapa mas,hanya teman kerja dia menanyakan kenapa aku tidak masuk kerja?."Renita mengalungkan tangannya ke leher Ardha.
"Ooh, Baby, aku sudah minum penambah stamina, jadi.. ayo kita produksi lagi."Ardha menautkan bibirnya dengan bibir Renita. Menuju kamar mereka. Mereka masih menikmati malam panas di kamar tersebut. Di lantai 21 Apartemen Ardha. Suara-suara manja dan desahan Renita menghiasi ruang kamar mereka, entah kenapa Ardha selalu bergair*h saat bersama dengan Renita karena Renita sangat tahu bagaimana memberikan service yang Ardha mau, berbeda dengan Sienna.
Meski Sienna sudah berusaha memberikan servis yang maksimal namun Ardha tak pernah puas, dan selalu mau menang sendiri dalam bercin** sehingga Sienna jarang mendapat kepuasan bersama Ardha.
Sementara ponsel Ardha berbunyi dan Ardha membiarkan panggilan dari Sienna berakhir begitu saja. "Arghh, ganggu saja."Ardha mendengus.
"Mas, eugh kok engga diangkat... panggilannya,"ucap Renita sambil terengah-engah ditengah aktivitas panas mereka.
"Hahhh, biar saja, sedang tanggung baby sedikit lagi."Ardha melanjutkan aktivitasnya kala itu bersama Renita.
Mereka menjelajahi semua ruangan. di apartemen itu bahkan sampai ke balkon, karena balkon mereka memiliki penutup yang bisa dibuka.
"Mas...."panggil Renita dengan manja.
"Iya baby."Ardha sambil mengusap rambut Renita yang ada di pelukannya.
"Kapan ya, aku tinggal di mansion mewah kamu!" Rengek Renita.
"Hahh, sabar beb, aku sedang mencari cara agar Sienna mau aku ceraikan."Ardha menarik napas pelan, dengan tatapan kosongnya.
"Tapi kapan mas."Renita merengek manja Sambil mengelus dad*bidang Ardha.
"Saat kau sudah hamil setidaknya aku punya alasan." Ardha menatap Renita meyakinkan Renita.
Mereka saling memeluk dalam posisi berbaring, setelah menuntaskan hasrat mereka, malam itu."Baiklah aku akan menunggu saat itu,kau janji ya mas."Renita gadis berusia 20 tahun tersebut mengacungkan kelingkingnya.
"Iya Aku berjanji. "
Tak lama sebuah panggilan masuk dari orang yang paling ditakuti oleh Ardha.
[Ardha... dimana kau? kemana saja kau sampai-sampai para investor mengatakan kau telah melewatkan rapat penting direksi?]
"Deg."Jantung Ardha berdegup kencang, matanya terbelalak mendengar suara bariton orang tersebut.
bersambung...