Aku mengaduk jus manggaku dengan enggan. Sejak tadi ocehan Lita dan teman-temanku yang lainnya tak kuhiraukan. Mereka entah mengobrol banyak hal. Biasa, cewek. Saat membicarakan satu topik pembicaraan, maka bisa menyebar ke sepuluh topik pembicaraan lain, bahkan lebih.
"Lo kenapa, Na?"
Aku tersentak kala Lita menyentuh pundakku. Tiba-tiba seluruh mata yang ada di meja kami menoleh ke arahku. Aku berdehem kecil.
"Gak pa-pa," kataku. Begitu mendengar itu, seluruh mata itu kembali asik mengobrol. Sedangkan Lita, masih penasaran.
Ia kembali bersuara, "Gak mungkin gak kenapa-napa. Lo pasti ada pikiran." Ia tersenyum kecil. Gadis berkacamata yang sudah bersahabat denganku sejak kelas sepuluh hingga sekarang itu benar-benar seperti peramal. Ia selalu tahu apa yang kurasakan, bahkan tanpa harus bertanya lebih lanjut. Selain itu, ia juga tahu kalau aku tengah berbohong. Lita dapat menebaknya. Aku sampai kebingungan akan dirinya yang seperti peramal itu.
Aku mendekat ke arahnya. Meja kantin yang kami tempati berisi lima orang. Tiga siswi temanku lainnya yaitu Tia, Devi, dan Ajeng, meskipun tidak terlalu dekat denganku, namun mereka sering ikut nongkrong di kantin bersama aku dan Lita. Berbeda denganku yang introvert, Lita itu anaknya cukup supel dan pandai bergaul. Mereka bertiga bahkan mau bergabung bersamaku juga karena Lita. Gampangnya, mereka itu berteman dulu dengan Lita, baru mereka mau berteman denganku.
"Lo percaya reinkarnasi?" tanyaku lirih. Aku menanti responnya.
Namun Lita santai mendengar pertanyaanku dan bahkan menyendok lagi siomaynya ke dalam mulutnya. "Reinkarnasi?" tanyanya sambil mengunyah.
Aku mengangguk. "Iya, reinkarnasi."
Sebelah alis gadis itu terangkat sebelum menjawab lagi, "Oh, yang orang mati terus hidup lagi itu?"
"Iya, bener. Tapi kalo hidup lagi gitu keknya serem deh." Aku memutar bola mata. "Orang yang meninggal di masa lalu tapi hidup kembali dengan sosok baru di masa sekarang." Aku menjelaskan dengan perlahan.
Gadis itu anehnya hanya mengangguk-angguk. Benar-benar menganggap enteng topik pembicaraan kami.
"Terus?" tanyanya. Ia lagi-lagi menyendok siomay ke mulutnya.
"Ya ... lo percaya, gak?" Aku hilang kesabaran. Lita memang seperti peramal, namun kadang ia juga sedikit lola. Hihi.
"Iya ... percaya gak percaya sih," selorohnya asal.
"Loh?" Alisku terangkat.
"Iya 'kan dalam agama kita gak percaya sama gituan," jawabnya sambil memandangku. "Lagi pula, zaman sekarang mana ada kek gituan. Reinkarnasi tuh ibaratnya hanya ada kasusnya satu banding seratus ribu orang."
Sekarang ia malah membuat perbandingan aneh. Namun aku mengangguk. Perkataan Lita ada benarnya. Reinkarnasi itu memang hal yang sangat jarang terjadi, bahkan mungkin tidak ada sama sekali bagi orang yang tidak memercayainya. Dulu aku juga tidak percaya sama sekali. Namun, mimpi-mimpi itu sungguh mengusikku. Dan entah dari mana awalnya sehingga aku bisa mengira kalau aku adalah reinkarnasi dari Jasmin.
"Kenapa emangnya?" tanya Lita tiba-tiba. Ia mengerutkan keningnya sambil masih mengunyah. Gadis itu menanti jawabanku.
"Gak pa-pa." Akhirnya hanya itu yang bisa kujawab.
"Aneh banget sih lo. Tiba-tiba tanya masalah reinkarnasi. Ya, gue heran." Ia kini terkekeh.
"Kenapa?"
Tia, Devi, dan Ajeng kini ikut memandangku. Sambil memasang wajah kepo.
"Itu ... si Alana, aneh banget. Tiba-tiba tanya reinkarnasi."
"Buat tugas, Na?" tanya Devi. Ia malah sekarang menghubung-hubungkan dengan tugas.
Oh, iya! Tugas!
"Oh, iya. Ada tugas sejarah, ya. Bahas perihal reinkarnasi."
Aku baru ingat ada tugas itu.
"Lo udah?"
Kini mereka sibuk membahas tugas sejarah kami.
"Kalo semisal, ada orang di dekat kalian nih, orang itu adalah reinkarnasi dari sosok di masa lalu, menurut kalian gimana?" Aku bertanya pada mereka. Mereka yang sedari tadi sibuk membahas tugas, seketika hening. Ramai-ramai mereka memandangku. Lalu sedetik kemudian, tawa mereka berderai.
"Gak mungkin!"
"Alana kenapa sih?"
"Na, lo jadi kebawa suasana gara-gara tugas?"
"Ah, iya, gak mungkin, kan yah?" Aku tertawa sumbang.
°°°
"De, lo percaya reinkarnasi?"
Aku dan Deon sedang berjalan pulang bersama. Kami berjalan kaki seperti biasa. Mendengar pertanyaan tiba-tiba dariku, ia menghentikan langkahnya. Lalu cowok itu menoleh.
"Gak," sahutnya datar. Selanjutnya ia kembali melangkah. Aku kembali ikut menyusul langkahnya.
"Ih, Deon! Gue tanya serius. Lo percaya gak?" Aku menyejajarkan langkah kami.
Cowok itu memandang lurus ke depan. Sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celana OSIS-nya. "Enggak, Na." Ia menjawab lagi dengan nada yang dilembutkan.
"Kenapa enggak?" Aku masih belum terima dengan jawabannya.
Tanganku menarik-narik lengan bajunya.
Deon merasa risih setelahnya. "Ya ... karena gue gak percaya, Alana. Gue udah bilang kalo gue gak percaya." Ia menyentak tanganku yang sedari tadi di lengannya. Ia bahkan menghentikan langkahnya. Membuatku ikut menghentikan langkah. "Lagian, kenapa sih lo tanya begitu?" Alisnya terangkat.
Aku berdehem kecil lalu melanjutkan langkah. "Gak pa-pa," jawabku datar. Gantian membalasnya dengan datar.
"Dih." Deon mengejarku yang sudah melangkah duluan. "Kenapa, Na? Buat tugas, ya?" tanyanya. Ternyata ia penasaran juga.
"Ih, kenapa semua orang pada bilangnya buat tugas, sih?" Aku sewot. Membalik badanku, aku memberi Deon death-glare.
Ia cengo melihatku yang seketika mencak-mencak. Lenganku ditariknya untuk mendekat ke arahnya, lalu ia menempelkan telapaknya ke keningku. "Gak panas, kok."
Aku memutar mataku jengah, lalu menepis tangannya yang bertengger di keningku. "Apaan, sih?!"
Ia terkekeh. "Lagian lo ... aneh."
Aku berkacak pinggang. "De, bisa gak sih, setiap yang gue omongin tuh dianggep serius?"
"Jangan serius-serius amat, ah. Ntar lo gue seriusin malah baper." Lagi-lagi cowok itu tertawa.
Aku mencebik. "Tauk ah!" Aku kembali melangkah, meninggalkannya yang malah tertawa di belakang sambil memegangi perutnya. "Nyebelin!"
"Eh, Na! Tungguin!"
Kini ia berlari untuk mengejarku. Lenganku ditariknya hingga membuatku menoleh.
"Iya, iya. Gue percaya."
Aku memandangnya sangsi. "Bener?" tanyaku.
Deon tampak menahan tawanya, lalu sedetik berikutnya, tawanya tersembur. "Tapi boong!"
°°°
Aku dan Lita kini tengah berada di perpustakaan. Berniat mengerjakan tugas sejarah kami. Ya, yang bertema Reinkarnasi itu. Aku masuk ke bilik buku sejarah sedangkan Lita sudah menghilang entah ke mana. Sepertinya ke bilik n****+, gadis itu gemar sekali membaca n****+.
Iseng, tanganku mengambil sebuah buku berjudul "Reinkarnasi" dengan sub judul yang cukup membuatku tertarik yaitu "Apakah kamu juga bereinkarnasi?"
Sebelah alisku terangkat ketika membuka lembaran halaman awal.
Kamu percaya reinkarnasi?
Banyak orang tidak menyadari jika dirinya adalah reinkarnasi (penjelmaan/titisan) dari orang di masalalu. Jika kamu pernah mengalami beberapa hal di bawah ini, artinya kamu adalah reinkarnasi dari sosok dari masalalu.
Aku tertarik melanjutkan bacaanku. Lalu tercengang tatkala membaca beberapa ciri-ciri yang disebutkan dalam buku itu. Dari ciri-ciri yang disebutkan, ada satu ciri yang menggangguku.
Kamu sering bermimpi aneh
Jika kamu sering mengalami mimpi aneh tentang beberapa orang yang sebelumnya tak pernah kamu kenal, kamu patut mewaspadai kalau dirimu adalah sosok reinkarnasi. Mimpi-mimpi itu selalu menghantuimu karena mimpi itu ingin memberi tahu bahwa dulunya kamu adalah sosok dari beberapa orang dalam mimpi itu. Ingat, ya! Sosok reinkarnasi bisa berubah wujud dan jenis kelamin. Bisa jadi kamu dulunya adalah perempuan dan sekarang terlahir kembali menjadi sosok laki-laki, atau sebaliknya.
Orang-orang dalam mimpimu itu bisa jadi terbawa di dalam alam bawah sadarmu, kalau ada hal yang belum terselesaikan di masalalu.
"Tunggu! Maksudnya ... belum tentu gue Jasmin? Bisa aja gue Keano? Atau jangan-jangan gue si pembunuh?" monologku tiba-tiba. Aku menggelengkan kepalaku menepis ide gila itu.
"Aih, gak mungkin, 'kan?" Aku terkekeh sumbang dan melanjutkan membaca.
Mimpi-mimpi yang muncul itu akan memberi tahu tentang dirimu di masa lalu. Bisa jadi kesukaanmu, cara berbicara, berpakaian, atau bahkan bagaimana kejadian ketika kamu meninggal dulu.
Lewat mimpi itu, ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan oleh dirimu di masa lalu. Pasti ada sesuatu yang belum terselesaikan.
"Apa?! Mana lanjutannya?" Aku membalik halaman selanjutnya namun lembaran selanjutnya sobek dan malah melenceng ke topik pembahasan lain. Aku menghela napas. Apa-apaan ini? Jadi apakah benar kalau aku itu reinkarnasi dari sosok di masalalu?
Apa ini sebabnya aku sering bermimpi tentang Jasmin dan Keano?
Apa ... "Gue Jasmin?"
"Na."
Aku berjengit. Lita rupanya sudah selesai menemukan n****+ pilihannya. Gadis itu mendekatiku dengan tiga buah n****+ di tangannya.
"Kenapa lo melamun?" tanyanya.
Aku menggeleng. "Gak pa-pa. Gue udah nemu buku tentang reinkarnasi."
Lita tersenyum sumringah. "Oke, kita garap tugasnya buruan kuy!"
Akhirnya kami kembali ke kelas setelah bel masuk berdering. Diam-diam aku mulai mencari tentang hal-hal yang berkaitan dengan mimpi itu. Kucari informasi terkait peristiwa pembunuhan tersebut dalam internet. Anehnya, artikel tentang pembunuhan itu benar-benar acak.
Di dalam kelas, bukannya memperhatikan pelajaran, aku malah sibuk memainkan ponsel. Jemariku terus mencari artikel terkait masa lalu. Memang sulit. Aku juga tidak tahu kapan tepatnya kejadian itu bermula. Namun, aku tidak menyerah. Berbagai kata pencarian kutuliskan. Hingga akhirnya aku menemukannya. Ada sebuah artikel yang berisi tentang peristiwa di masa lalu. Artikel yang datang dari tahun 1998. Tepat lima tahun sebelum kelahiranku. Sontak mataku membelalak saat membaca satu persatu kalimat di dalam artikel itu.
Rasanya ingin kubanting saja ponselku.
Peristiwa Tragis Penculikan dan Pembunuhan Seorang Gadis Kecil Berusia 8 Tahun
Jakarta, 1998- Seorang gadis kecil berusia 8 tahun ditemukan tewas setelah mengalami pembunuhan sadis dalam hutan. Gadis kecil itu ditemukan dalam hutan dengan bersimbah darah dan luka tusukan juga pukulan benda tumpul di kepalanya. Sebelumnya gadis kecil itu dikabarkan hilang beberapa jam sebelum dibunuh. Gadis kecil berinisial J itu diculik dengan seorang temannya yang sebaya dengannya yang berinisial K.
Sang penculik sekaligus pembunuh dijatuhi hukuman 22 tahun penjara. Keluarga meminta penambahan hukuman.
°°°
Jasmin bingung. Yang ia tahu, dirinya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Namun kini dirinya terbangun dalam tubuh seorang gadis yang sejak kecil dipanggil Alana. Ia heran mengapa bisa dirinya dihidupkan kembali dan menjadi sosok baru.
Gadis yang dipanggil Alana itu apakah dirinya di kehidupan sekarang? Jika memang betul dirinya dihidupkan kembali sekarang, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Ada satu tujuan hingga dirinya kembali hidup dan menjadi Alana.
Lalu, jika memang benar, teman kecilnya yang bernama Keano, pasti masih hidup sampai sekarang. Jasmin merasa dirinya dihidupkan kembali untuk menyelesaikan urusannya dengan Keano. Namun, urusan apa? Seingatnya tidak ada lagi yang perlu diselesaikan.
Jasmin memutuskan untuk bangun dari tidurnya. Kakinya menyentuh lantai dengan perlahan. Lalu ia beranjak, berjalan menuju cermin besar di lemari. Di sana ia melihat bayangan dirinya terpantul di cermin. Alana. Gadis itu berdiri tepat di depan cermin itu tengah menatapnya. Kini ia yakin, dirinya terlahir kembali menjadi sosok Alana, dan harus mencari Keano untuk menjelaskan semuanya.
°°°