16 - Hitam

2619 Words
        Tatapan dari mata Henry yang melihat dirinya dengan lekat membuat perasaan yang aneh dalam diri Jura. Tidak hanya itu, rasanya ada seseorang atau sesuatu yang meremas perutnya, yang malah membuatnya sedikit takut kalau hal sekecil ini bisa mengubah alur waktu dari apa yang seharusnya terjadi.         Dengan cepat Jura memalingkan wajahnya dari tatapan Henry, dan ia membuka buku catatannya untuk menulis semua alur kejadian penting yang akan terjadi sampai ia menggunakan kekuatan terkutuk itu. Tentu saja, setelah ia menggunakan sihir ilusi agar Henry melihatnya seperti sedang menulis rangkuman untuk kelas selanjutnya.         “Jura …”         Mendengar namanya yang dipanggil pelan oleh Henry membuat perasaan tidak nyaman pada perutnya semakin menjadi. Karena itu, ia juga membuat telinganya agar tidak bisa mendengar untuk sementara.         “Lebih baik,” gumam Jura pelan, kembali menulis semua kejadian yang ia pikir cukup penting.         .         .         Entah Henry terus mencoba untuk memanggilnya selama pelajaran berlangsung atau tidak, yang jelas ketika jam pelajaran telah selesai, tanpa menunggu lebih lama lagi Jura langsung keluar dari kelas itu. Tidak memedulikan Henry yang terus mengejar dan memanggil namanya terus menerus.         Untung saja, dengan alat transportasi sihir miliknya ini, Jura dapat dengan mudah meninggalkan Henry. Ketika ia baru saja sampai di rumahnya, Dyana yang saat itu entah kebetulan atau tidak sedang berada di dekat pintu masuk rumahnya langsung menyambutnya.         “Selamat datang, nona Juriann—”         “Dyana, apa kau sudah lupa apa yang kita bicarakan tadi pagi?”         Dyana mengedipkan matanya beberapa kali, seperti baru teringat sesuatu, kedua mata Dyana langsung terbelalak dengan mulut yang berbentuk huruf ‘o’. “Ah! Nona Jura, selamat datang.”         Jura menganggukkan kepalanya sedikit merasa puas. “Dyana, apa ayahku sudah pulang?”         “Oh, itu benar. Tuan baru saja pulang dan langsung menuju ruang kerjanya …”         Jura mengusap dagunya dengan pelan. Jika ia memberikan hasil ujian ketika mereka sedang makan malam, ia khawatir kalau pisau yang digunakan oleh ayahnya akan kembali melayang ke arahnya … sama seperti sebelumnya.         Mengingat sikap Henry yang berbeda dengan masa lalu, Jura juga khawatir kalau lukanya akan membuat Henry melakukan sesuatu yang mengubah masa depan.         ‘Lumina, bagaimana menurutmu?’ batin Jura.         ‘Ummmm, seperti yang kau pikirkan, aku juga khawatir kalau semuanya tidak akan berjalan lancar sesuai dengan keinginanmu yang seperti sebelumnya. Kau terlalu banyak mengubah masa lalu, Jura …’         ‘Terima kasih.’         ‘Aku tidak memujimu!’         Jura tersenyum tipis, kemudian berkata, “Dyana, aku akan pergi ke ruang kerja ayahku untuk membicarakan sesuatu.”         “Baik, nona … apa setelahnya kau akan makan malam?”         “Tentu. Tapi aku akan makan di kamarku sendiri.”         “Meski biasanya kau makan malam bersama ayahmu?” tanya Dyana yang sedikit kebingungan.         Jura mengangkat kedua bahunya, kemudian berkata, “Bukankah sudah cukup aku makan dengannya ketika sarapan? Oh, siapkan juga air hangat untukku mandi!”         Wajah Dyana semakin terlihat kebingungan, tetapi setelah menjawab ‘baik, nona’ masalahnya langsung selesai.         .         .         Jura tidak tahu apakah ini perasaan takut kepada ayahnya, atau takut karena kemungkinan perbuatannya ini bisa mengubah masa depan di mana ia tidak akan terpilih sebagai anggota The Oblivion.         Tetapi setelah dipikir-pikir, ia telah membuat banyak sekali perubahan karena apa yang ia lakukan sebelumnya, akhirnya ia memilih tidak memedulikan hal itu lagi. Yang jelas, di akhir ia harus mendapatkan buku sihir itu, kekuatan sihir itu.         Setelah menarik dan menghembuskan napasnya beberapa kali, akhirnya Jura mengetuk pintu ruang kerja milik ayahnya. “Ayah, ini aku.”         “Masuk,” jawaban ayahnya dengan singkat dari dalam ruang kerja itu.         “Ini hasil ujianku,” kata Jura sambil memberikan ayahnya rangkuman nilai hasil ujian sebelumnya setelah memasuki ruang kerja itu. Tentu saja, Jura langsung melakukan hal itu karena ia tidak ingin basa-basi dengan ayahnya … ia juga tidak berharap kalau ayahnya akan melakukan hal itu.         Wajah ayahnya yang dari pertama kali Jura masuk ke ruangan itu terus terfokus pada pekerjaannya langsung menatap ke arah Jura. Dengan tangannya yang bebas, ia menerima rangkuman nilai ujian dari Jura.         Setelahnya, apa yang dilakukan oleh ayahnya sama seperti reaksi yang Jura ingat sebelumnya. Pertama, jari yang memegang kertas yang sedang ayahnya baca sedikit bergetar. Kedua, kertas yang ayahnya pegang mulai ia remas. Ketiga, kertas itu ia banting dengan keras ke atas meja. Keempat, pandangan mata yang sangat tajam dan mengerikan langsung tertuju pada Jura. Kelima, sebagai pengganti pisau, kali ini pena yang sebelumnya terus menuliskan apa yang ayahnya inginkan dengan sihir langsung terangkat ke udara. Keenam, pena itu melesat dengan cepat menuju Jura … atau lebih tepatnya menuju sebelah mata kanan Jura. Terakhir, hasil yang sudah ia ketahui akan terjadi selanjutnya.         Namun, yang berbeda kali ini adalah Jura tidak akan diam menerima amarah ayahnya. Tanpa menggerakkan tubuhnya sedikit pun, Jura membuat penghalang magis untuk menahan pena berlapis sihir ayahnya yang melesat dengan mengerikan itu. Pena yang sebelumnya melesat cepat ke arahnya langsung terhenti di udara dan terpental jauh darinya.         Untuk sesaat, Jura bisa melihat kedua mata ayahnya sedikit bergetar. Terlihat seperti baru sadar apa yang ia lakukan. Tetapi sekali lagi, mungkin itu semua hanya bayangan Jura saja.         Dengan senyum tipis dan perasaan yang tidak bisa ia tahan lagi, Jura mendengus pelan dan berkata, “Sudah merasa lebih tenang sekarang? Apa kau tahu? Jika aku membiarkan pena itu terus melesat ke arahku, mungkin saat ini aku tidak bisa melihat menggunakan mata sebelah kananku lagi.”         “Jurianna un Reicon!” sahut ayahnya keras memanggil nama lengkap Jura. Kebiasaannya ketika ia marah besar.         “Apa? Kau lebih memilih untuk memiliki anak yang matanya buta sebelah?” balas Jura dengan perasaan yang pahit. “Apa kau pikir dengan aku yang kehilangan kemampuan untuk melihat dengan sebelah mataku, aku bisa mengalahkan anak dari keluarga Shallazar?”         Wajah ayahnya semakin terlihat mengerikan dan memerah sekarang, tangannya juga mengepal dengan keras, bahkan Jura bisa melihat urat yang tampak pada tangan ayahnya. Mungkin ia masih mencoba untuk menahan amarahnya yang memuncak karena baru kali ini Jura berbalik berbicara padanya. “Kau berani berkata seperti itu pada ayahmu!?”         Jura mendengus pelan sekali lagi sambil melipat tangannya di d**a. “Lalu apa? Kau pikir aku akan memilih untuk  diam dan membiarkanmu melukaiku? Apa dengan itu kau bisa merasa lebih puas? Jika kau mendapatkan apa yang kau mau, apa kau masih bisa mengangkat wajahmu dengan tinggi dan sombong sebagai seseorang yang dihormati di negara ini sebagai penyihir terbaik dan terkuat, disamping kabar tentang dirinya yang melukai anaknya sendiri? Ah, atau kau sebenarnya akan menyingkirkanku setelah ini agar orang-orang di luar sana tidak tahu apa yang kau lakukan pada anaknya sendiri?”         “Jurianna!”         “Oh, tunggu. Jika dipikir-pikir … apa aku benar-benar anakmu?”         ‘Jura!’         Sahutan dari Lumina akhirnya bisa membuat mulut Jura tertutup dengan rapat. Entah kenapa, amarahnya tidak bisa ia tahan lagi. Hal itu seperti minyak yang membuat licin lidahnya dan mempertajam kata-kata yang keluar dari mulutnya.         Tetapi perkataan terakhir itu membuat ayahnya terdiam. Amarah yang sebelumnya terlihat sangat jelas seketika menghilang. Baru kali ini Jura melihat wajah ayahnya yang terlihat sangat kelelahan dan … menyedihkan.         Jura menutup kedua matanya sambil membalikkan tubuhnya. “Urusanku sudah selesai,” katanya singkat dan keluar dari ruangan itu dengan membanting pintunya dengan keras.         .         .         Keesokan harinya, Jura tidak berpikir untuk sarapan dengan ayahnya sedikit pun, ia langsung berangkat menuju akademi sihir, bahkan tanpa sarapan terlebih dahulu.         Karena masih terlalu pagi, belum banyak murid akademi sihir yang datang. Mungkin hanya beberapa murid yang mengikuti kegiatan tambahan atau murid yang mengikuti organisasi tertentu. Seingat Jura, dirinya tidak pernah mengikuti hal semacam itu selama ia menjadi murid di akademi sihir ini.          Tidak ada siapa pun di kelas pada pelajaran pertamanya. Karena menunggu sampai waktu kelas pertama dimulai terasa sangat sia-sia, akhirnya Jura memilih untuk mengunjungi perpustakaan besar akademi sihirnya terlebih dahulu.         Mengikuti ingatannya yang sudah sedikit samar, akhirnya Jura sampai di perpustakaannya setelah salah berbelok menuju koridor lain beberapa kali. Namun, ketika ia melihat nyonya Griss—penjaga perpustakaan—itu lagi, kepala Jura terasa dicerahkan seketika.         Nyonya Griss, yang memiliki dagu lancip dengan menggunakan kacamata tanpa bingkai dan tidak pernah tersenyum sekali pun itu membuatnya kembali teringat dengan salah satu kejadian yang masih menjadi misteri untuknya sampai saat ini.         Seekor kucing hitam pernah menarik perhatian Jura ketika ia berada di dalam perpustakaan dahulu sekali. Namun karena saat itu Jura tidak pernah peduli pada sekitarnya, akhirnya ia memilih untuk membiarkan kucing hitam itu melakukan apa yang ia mau.         Nyonya Griss tidak pernah memperbolehkan murid akademi membawa hewan peliharaannya masuk ke dalam perpustakaan. Apalagi ia alergi dengan hewan yang memiliki banyak bulu seperti kucing. Lalu, milik siapa kucing hitam itu?         “Apa kau tidak akan masuk ke dalam?”         Pertanyaan itu langsung membuat Jura tersadar dari lamunannya. Nyonya Griss mengangkat kedua alisnya pada Jura sambil membetulkan kacamatanya. “Jika kau tidak ingin masuk ke dalam, jangan hanya berdiri di pintu perpustakaan dan menghalangi jalan!”         Jura menengok ke arah belakangnya, khawatir ada seseorang yang akan masuk ke dalam perpustakaan namun terhalang olehnya. Tetapi, tidak ada siapa pun di sana. Mungkin nyonya Griss hanya ingin Jura cepat-cepat masuk ke dalam dan berharap kalau ia tidak akan mengganggunya.         “Selamat pagi, nyonya Griss,” sapa Jura pelan sambil berjalan cepat masuk ke dalam perpustakaan. Tentu saja, nyonya Griss hanya membalasnya dengan dengusan pelan dan kembali sibuk dengan buku yang sedang ia baca.         Karena kedatangan kucing hitam itu tidak terlalu Jura ingat, dan jika ia berharap … pasti kejadian itu tidak akan terjadi, akhirnya Jura menganggap kedatangan kucing hitam itu hanya sebagai bonus kegiatannya.         Dengan teliti Jura mencari judul buku yang belum pernah ia baca sebelumnya. Namun, meski buku itu memiliki judul yang berbeda, teori mau pun konsep yang ada di dalamnya sudah ia pahami sepenuhnya. Namun karena tidak ada pilihan lain, di akhir Jura tetap membacanya.         Ketika beberapa menit lagi kelas pertama akan segera dimulai, sesuatu bergerak dengan cepat terlihat dari ekor matanya. Ujung bibir Jura langsung sedikit terangkat seketika. Seekor kucing berwarna hitam dan mata sehijau batu giok sedang membalas tatapannya tidak jauh dari tempatnya duduk.         Jura menyebarkan pandangan ke sekitarnya, memang tidak banyak orang yang mengunjungi perpustakaan di pagi hari. Saat itu hanya ada dirinya dan nyonya Griss yang berada di dalamnya. Melihat nyonya Griss yang perhatiannya hanya tertuju pada buku yang ia baca, akhirnya Jura memilih untuk mendekati kucing hitam itu.         Ketika Jura mencoba untuk menangkap kucing hitam itu, kucing itu langsung lari menjauh darinya. Namun, kucing itu selalu memutar tubuhnya untuk kembali menatap Jura. Seperti ia sedang menyuruh Jura untuk mengikutinya. Tentu saja, kali ini Jura memilih untuk mengikutinya.         Kucing ini terlalu pintar jika dibandingkan dengan kucing yang lain. Sedikit penasaran dengan kucing itu, Jura mengalirkan sedikit Mana pada matanya. Membuatnya dapat melihat bahwa kucing itu memiliki sedikit Mana pada dirinya … yang tentu saja berbeda dari kucing pada umumnya. Atau lebih tepatnya, jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah ada hal yang seperti ini.         ‘Lumina, bagaimana pendapatmu?’         ‘Hmm … apa kucing itu makhluk panggilan seseorang?’         ‘Aku juga berpikir seperti itu. Tapi, siapa? Dengan tujuan apa?’         ‘Jura … apa orang yang memanggilnya memiliki maksud tertentu padamu?’         ‘Aku tidak terlalu yakin. Entah kucing ini ingin aku mengikutinya karena aku seorang murid yang sedang mengunjungi perpustakaan, atau karena aku seorang Jurianna un Reicon …’         ‘Hanya satu cara untuk mengetahui jawabannya, ‘kan?’         ‘Sebaiknya kita kembali, ‘kan?’         Jura menyipitkan matanya sedikit, kembali memerhatikan kucing hitam itu yang menunggunya dengan sabar. ‘Ah, kita sudah sejauh ini. Lagi pula, jika aku berhenti sekarang aku tidak akan bisa tidur nanti malam karena penasaran!’         ‘Juraa!!’         Menghiraukan teriakkan Lumina, Jura kembali mengikuti kucing itu lagi. Sebagai percobaan untuk menghilangkan rasa penasarannya, Jura berhenti mengikuti kucing itu lagi, dan kucing itu juga ikut berhenti. Jika ia kembali berjalan, kucing itu pun kembali berjalan.         Meski rasa penasarannya sudah hilang, hal baru yang membuatnya lebih penasaran lagi kembali muncul. Di akhir, Jura terus mengikuti kucing itu.         Semakin lama ia mengikuti kucing itu, semakin jauh pula ia masuk ke dalam perpustakaan. Perpustakaan akademi sihir miliknya tentu sangat besar dan memiliki banyak buku dengan berbagai macam teori, konsep dan semacamnya.         Meski dahulu sekali Jura sudah membaca banyak buku teori maupun praktik, ia tidak pernah membaca buku di bagian terdalam perpustakaan tempatnya berada saat ini.         Mungkin karena tidak banyak murid yang masuk ke bagian perpustakaan ini, jajaran rak buku beserta buku yang berada di dalamnya ditutupi oleh debu. Tidak hanya itu, ruangan tempatnya berada terlihat lebih gelap karena tumpukan buku yang terlihat disimpan secara asal hampir menutupi sebagian besar jendela yang ada di sana.         “Kau akan membawaku ke mana?” tanya Jura dengan suara yang pelan.         Tentu saja, kucing hitam itu tidak menjawab. Ia hanya membalas tatapan Jura dengan mata yang berwarna hijaunya itu.         Akhirnya, kucing itu berhenti di sebuah rak buku yang terlihat sangat mencurigakan. Selain rak buku itu berada di ujung perpustakaan, cahaya yang sedikit menyinari bagian ruangan tempatnya berada, dan debu yang hampir membentuk lapisan tebal membuatnya sedikit tidak yakin untuk memeriksa buku apa yang ada di dalam rak itu.         Tetapi berbeda dengan kucing hitam yang membawa Jura ke tempat ini. Entah kucing itu sadar kalau Jura sedikit ragu untuk memeriksa salah satu buku di rak itu atau tidak, karena kucing itu mulai menggunakan tangannya yang terlihat sangat empuk dan menggemaskan itu untuk mengeluarkan salah satu buku dari dalamnya.         Sebuah buku dengan sampul berwarna hitam dengan tulisan berlapis emas di atasnya jatuh tepat di depan kaki Jura. Tulisan berlapis emas itu sedikit rusak karena termakan oleh waktu. Namun, meski pun tulisan itu tidak rusak … sepertinya Jura tetap tidak tahu apa yang tertulis di atasnya karena ia tidak pernah menemukan tulisan yang seperti itu.         ‘Apa ini tulisan kuno? Kau mengetahui sesuatu, Lumina?’         ‘Aku tidak pernah melihatnya …’         ‘Aku yakin jika kita bertanya pada nyonya Griss, ia tidak akan menjawab pertanyaan itu …’         ‘Atau bahkan ia akan merebut buku itu darimu. Karena sepertinya bagian perpustakaan ini tidak boleh dimasuki oleh sembarang murid, Jura …’         Merasa perkataan Lumina ada benarnya, dengan cepat Jura berusaha untuk mengembalikan buku itu pada rak di mana sebelumnya buku itu berada. Namun, ketika ia baru sadar kalau kucing hitam yang menuntunnya ke tempat ini tidak bisa ia temukan di mana pun, Jura menghentikan apa yang ia lakukan.         “Apa yang kau lakukan di tempat ini?”         Pertanyaan itu membuat Jura terpekik pelan. Mungkin karena refleks atau semacamnya, Jura malah memasukkan buku mencurigakan itu ke dalam tasnya. Setelahnya ia membalikkan tubuhnya dan melihat nyonya Griss yang sedang bercekak pinggang sambil menatapnya dengan mata yang disipitkan.         “Oh … aku … aku hanya mencoba untuk mencari buku dengan teori atau konsep yang bisa membuat otakku bekerja lebih keras dari pada sebelumnya!”Jura langsung menutup mulutnya setelah omong kosong itu selesai ia ucapkan.         Nyonya Griss membetulkan kacamatanya, kemudian berkata, “Hmph, anak dari Julian un Reicon, ya? Karena nilaimu memang sangat bagus, aku tidak heran jika kau ingin mencari buku seperti itu.”         “Kau kenal ayahku?”         Nyonya Griss mendesah pelan sambil memutar kedua bola matanya, seperti mendengar pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. “Siapa yang tidak kenal dengan ayahmu?”         “Ah, tentu … pertanyaan bodoh.”         “Lalu, apa kau menemukannya? Ingin aku yang mencarikannya untukmu?”         Jura mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian menjawab. “Mungkin … aku akan kembali lagi nanti. Karena jam pelajaran pertamaku segera dimulai.”         Nyonya Griss kembali membetulkan kacamatanya. “Ah, benar. Aku mencarimu karena ingin memberitahukan hal itu. Tapi … aku ingin kau mengingat perkataanku ini. Jangan kembali ke bagian ini lagi jika kau hanya ingin mencari buku yang dapat menarik perhatianmu itu.”         Meski Jura ingin menanyakan alasan apa dari perkataannya itu, Jura memilih untuk tidak melakukannya dan hanya menganggukkan kepalanya untuk membalas perkataan nyonya Griss. []                                          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD