Kamu Selingkuh

1024 Words
"Kak kenapa tega merebut tunanganku, kami sudah mau menikah." Rancau Riana. Riana sangat terpukul saat mengetahui kakaknya menjadi orang ke tiga dalam hubungannya dengan Bastian. Riana meraung berteriak tapi tak mengubah apa pun yang ada rasa sakit yang timbul semakin dalam. Sementara Aurel hanya menatap jengah sang adik menurutnya ke kanak kanakan. Tidak bisakah Bastian di ikhlaskan untuknya saja. "Kak Aurel apa tidak ada cowok lain selain Bastian." Riana bangkit dari duduknya. Di taman ini sepi hanya ada mereka bertiga ada orang lain hanya jaraknya lumayan jauh dengan tempat mereka saat ini. "Sudahlah Riana biarkan saya bertanggung jawab dengan kesalahanku. Saya sudah menghamili Aurel. Saat ini Aurel sedang hamil anak ku." Jedar Jedar Kata kata yang terucap dari mulut Bastian membuat semuanya Runtuh, Riana kembali limbung dan duduk di tanah. Tungkainya sangat lemah dan tidak bisa menopang bobot badannya. Riana menangis sejadi jadinya menyesali semuanya, bahkan Bastian dengan mudahnya mengatakan itu, Riana berharap Bastian mengucapkan kebohongan tapi itu hanya ilusi semata. Riana pulang ke rumah sambil membawa mobil miliknya, dia tidak ingin menangis tapi air matanya keluar dengan sendirinya. Tujuan Riana saat ini ke apartemen sahabatnya Lidya, Lidya sahabat dekatnya bahkan Lidya yang slalu menguatkannya. Lidya sudah menunggu di lobi apartemen harap harap cemas, karena sahabatnya menelpon sambil menangis. Lima belas menit menunggu akhirnya Riana datang sambil menangis bahkan sudah tak bersuara. Lidya memeluk sahabatnya sambil mengucapkan kata kata motivasi agar sedikit tenang, Lidya mengajak Riana agar naik ke lantai delapan untuk bercerita lebih leluasa. "Memnagislah agar kamu baik baik saja, setelah ini berjanji untuk tidak menangis lagi." Setelah puas menangis Riana tertidur di sofa, rambutnya kusut penampilan Riana saat ini sangat berantakan seperti berantakan hatinya. Sementara di tempat lain Bastian bernegosiasi dengan orang tuanya, banyak keluarga yang menolak, tapi apalah daya jika Aurel sudah hamil duluan. "Bastian ikut ayah sama ibu di kamar, Aurel tunggu di sini saja." Pinta Aditya. "Bastian, apa alasanmu menghamili Aurel, kamu tau kan ayah tidak suka dengan anak itu." "Maaf ayah tapi Bastian melakukan ini ada alasannya." Jawabnya sambil menunduk. "Apa alasannya Bastian, kenapa mempermalukan keluarga besar kita." Tanya Sofiah ibunya. "Maaf ibu, tapi Riana telah selingkuh makannya saya selingkuh balik." Kedua orang yang sudah lanjut usia, geleng geleng kepala mendengar alasan anak semata wayangnya itu. "Apa kamu punya bukti." Tanya Aditya. Bastian yang di tanya sedemikian rupa langsung terdiam, karena itu hanya kebohongan semata, dia juga sebenarnya tidak suka dengan Aurel tapi apa mau di kata dia juga tidak menolak permainan Aurel ketika di ranjang. Bastian hanya bisa menunjuk dia tau ayah ibunya tidak merestuinya tapi demi anak yang di kandung Aurel rela melukai semuanya. Aditya melihat respon anaknya sudah bisa menilai, dia hanya bisa menunduk karena anaknya melemparkan kotoran di wajahnya, pikirannya kini tertuju pada gadis yang terluka hatinya. "Apa Riana sudah mengetahui semua ini." Tanya Sofiah. Bastian hanya mengangguk sebagai jawaban, Aditya ingin menghajar anaknya, tapi Istrinya menahannya karena percuma tak akan mengubah apa pun. Setelah semuanya tenang ke tiga orang itu keluar dari kamar dengan ekspresi yang berbeda beda. Bahkan Aditya saking geramnya beberapa kali meninggikan suaranya. "Kalian sudah siap menikah, jika sudah menikah lah di KUA saja." Ujar Aditya sekenanya diangguki oleh istrinya. Aurel yang menginginkan pesta besar besaran bahkan sudah sempat bikin gaun yang mewah. Aurel hendak protes tapi Aditya sudah lebih dulu memotongnya. "Jika kalian tidak mau yah terserah, saya juga tidak maksa kalian untuk menikah." Ujar Aditya acuh tak acuh. Terpaksa Aurel harus menahan malu karena sudah bilang di grup sama teman temannya jika pestanya akan diadakan di hotel bintang lima. "Sayang, kok kamu tidak protes sama orang tuamu, jika kamu tidak mau hanya menikah sederhana. Saya mau menikah tapi pestanya harus mewah... Kalau tidak...?" Aurel sengaja menggantung ucapannya sampai akhirnya Bastian mengiyakannya. Bastian tidak tau harus apa, dia pikir orang tuanya bisa menerima Aurel ternyata tidak. Bastian mau tak mau harus menjadi penengah antara orang tuanya dan Aurel. Aurel tidak mau tau kalau tidak akan melaporkan sama ibunya ketidak adilan ini. "Pulanglah kerumah mu, jelaskan semuanya sama orang tuamu, walaupun kamu tak dianggap di rumah itu." Nasehat Lidya. Riana pulang dengan perasaan yang tak menentu, sesampainya di rumah sudah di sambut oleh orang orang yang membenci dirinya. "Andaikan saya masih memiliki ibu, pasti akan selalu membelaku dan memberikan perlindungan." Pekiknya dalam hati. "Ngapain kamu berdiri di situ, masuk bantu mbok Sum buat makan malam." Riana melihat saja lalu berlalu begitu saja, Riana masuk dalam kamarnya dan mengambil foto ibunya yang sudah meninggal sejak dia berusia lima tahun. "Ibu Riana rindu, ayah sudah tak perhatian lagi seperti dulu, Riana sering di marahi sama ayah." Adunya padahal dia bicara sama foto ibunya. Hatinya sungguh sakit yang harusnya menjadi suaminya kini sudah menjadi milik Kaka tirinya. Tok Tok Tok "Riana kamu ngapain dalam kamar, keluar!" Teriak Aurel depan pintu. Riana tak bergeming mulai saat ini harus melawan tidak ingin di tindas siapa pun, mengingat dirinya hanyalah seorang tanpa pelindung. "Mati kau ya di dalam." Teriak Aurel lagi. Brak Brak Suara pintu di tendang tapi Riana tidak pernah beranjak dari ranjang. Sayup sayup terdengar suara tawa di luar kamarnya. "Jangan marah marah sayang." Ya itu suara Bastian. Hati siapa yang tidak sakit padahal pernikahan mereka tinggal selangkah lagi. "Yang kuat Riana." Sambil mengusap dadanya. Ke esokan harinya Riana bangun lebih awal, dia akan mencari rumah yang bisa di tinggali, berharap sama ayahnya bukanlah solusi, ayahnya kerap kali membandingkan dirinya dengan Aurel. "Hidup Riana!" Teriaknya pagi itu ketika keluar dari kamar. Sulis ibu tirinya sampai mengerutkan kening melihat anak tirinya seperti orang gila. "Ternyata gagal menikah bisa membuat gila ya." Sindirnya sambil tertawa. "Wao... Kejam kali mulut anda, anak anda itu ngakang kok gak malu." Jawab Riana. "Riana!" Teriak Handoko sang ayah. "Kenapa ayahku sayang, apa ada yang salah dengan ucapan ku." Cibir Riana. Dia sudah muak dengan perilaku ayahnya yang tidak adil itu, sementara rumah yang mereka tempati saat ini hasil kerja keras ibunya dulu. Handoko menatap Riana dengan tatapan tajam, tapi Riana seolah menantangnya. "Kamu keluar dari rumah ini sekarang juga." Teriak Aurel dengan tidak tau malunya. "Wao.. ohh.. aku sungguh terkejut." Ledek Riana sambil tertawa. Handoko mematung tanpa bisa berkata apa-apa, anaknya yang dianggap lemah itu sekarang menjadi anak yang angkuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD