Dia keluar dari mobilnya tanpa dia sadari ketika pintu dibukakan oleh sang asisten.
Dia persis seperti pangeran di kerajaan yang diperlakukan dengan hormat.
Saat Davis melangkah keluar dari mobil tatapannnya tertunduk ketika dia berkata, “Seharusnya kau bisa memberitahuku lebih dulu jika kita ingin makan malam di tempat ini agar aku bisa berganti pakaian yang dan tidak mempermalukanmu.”
Aurel menatapnya dan menyeringai sebelum berkata, “Apapun pakaian yang kau kenakan akan tetap bagus. Itu sudah cukup.”
Sebenarnya Davis memang pria yang tampan hanya saja karena berat badannya tidak proporsional dengan tingginya hingga memudarkan ketampanannnya.
Aurel menyungging senyumannya ketika sebuah ide melintas di pikirannya. ‘Pria ini akan tampak sempurna jika dia menerapkan hidup sehat. Mantannya pasti akan menyesali perubahan itu.’
“Aku… Aku tidak mengharap pujianmu.” Davis tergagap setelah mencoba bangun dari fantasi liarnya.
Ini adalah pertama kalinya dia tersenyum setelah kejadian itu. Aurel juga tertegun denga napa yang dia katakan tadi.
Dia bahkan belum pernah memuji seorang pria sebelumnya namun dia melakukannya pada pria ini.
Mungkinkah itu kemampuan barunya setelah dia menikah.
Untungnya, ini hanya sebuah percakapan pribadi. Teman-temannya pasti akan terkejut jika mereka mendengar perkataannya.
Keduanya masuk ke dalam restoran. Aurel telah memesan area di area terbuka khusus dekat ruang kepresidenan yang tampak pemandangan danau dengan pergunungan yang indah.
Chef datang membawakan nampan yang berisi beberapa hidangan lezat.
Setelah menyajikannya, beberapa pemain biola dengan menggenakan stelan jas keluar, berdiri dalam sebuah barisan dan mulai memainkan melodi yang terdengar begitu indah.
Bintang dan rembulan menerangi makan malam mereka. Suasana meja itu didekor mewah dan romantik.
Davis merasa kesedihannya telah hilang Ketika dia menikmati suasana romantik.
Aurel bertanya ketika dia hendak menyantap makan malamnya. “Apakah kau menyukai tempat ini?”
Davis berhenti mengunyah dan mendongkaknya sebelum dia menjawabnya, “Iya.”
Davis menjawab dengan singkat ketika rasa malunya menyelinap di dalam dirinya.
Lagipula, wanita anggun di depannya ini adalah putri dari keluarga bangsawan.
Selain itu, dia diperlakukan seperti pangeran yang sesungguhnya. Dia berucap syukur tanpa henti dalam hati tetapi dia tidak boleh menaruh harapannya pada wanita ini.
“Aku sangat menyukainya. Semua sajian di sini aku menyukainya seperti steak kepiting Asia. Apakah kau memesan semua ini?” Dia bertanya setelah merasa sedikit keraguan di dalam hatinya.
“Iya. Aku yang memesannya.” Aurel membenarkan pertanyaannya Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Davis.
Davis terdiam hingga tidak tahu harus bereaksi bagaimana saat ini.
Dia tidak berharap mendapatkan perlakuan yang manis dari wanita yang terkenal begitu sulit di dekati ini.
Dia bahkan memesan menu kesukaannya. Dulu, Wiska tidak punya inisiatif untuk melakukan ini padanya tetapi Aurel memberinya kejutan manis seperti ini.
Meskipun, dia selalu berusaha membahagiakan Wiska tetapi dia bahkan sering menolak berpergian dengannya karena alasan kontrak kerjanya sebagai model.
Dia mencoba mengerti kondisi Wiska saat itu tetapi apa yang dia lakukan Ketika dia telah memanjakan wanita itu. Wiska bahkan menginjak harga dirinya hingga memusnahkan perasaan cintanya.
Wiska tidak hanya mencacinya tetapi berselingkuh dengan saudara laki-lakinya.
Tiba-tiba Davis menatap Aurel dengan mata yang berbinar. Dia tampak seperti menahan air mata di dalamnya.
Wanita ini tidak terlihat seperti orang yang misterius. Faktanya, dia sangat baik dan perhatian.
Dia merasa kemunculannya di Light Entertainment pada siang hari itu semata-mata hanya untuk menemuinya.
Davis merasa tersentuh dengan perhatian itu sebelum berkata dengan lembut, “Terima kasih, Nona Aurel!”
Alis Aurel terangkat ketika dia merasa keberatan dengan cara pria itu memanggilnya.
Panggilan itu sangat formal. Dia menjawab, “Sama-sama. Mengapa kau tidak memanggil namaku saja?”
Tatapan Davis menjadi kosong ketika dia menatap gadis di depannya.
Kemudian dia menggeleng, “Itu… Itu tidak pantas untukku. Aku seharusnya menghormatimu.”
“Mulai sekarang, panggil aku Aurel tanpa menggunakan kata Nona. Oke?” Aurel berkata dengan tenang saat dia membalas tatapan pria di depannya.
“Atau kau bisa menyebutku sebagaimana mestinya sebagai suami istri…” Perkataan Aurel membekukan gerakan Davis.
“Ba-baiklah…. A-aku… Aku akan memanggilmu dengan namamu.” Davis tergagap hingga dia tidak berani menatap Aurel.
Aurel terkekeh melihat kepanikan Davis. Dia memandangi pria itu dengan tatapan matanya yang lembut.
Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan menerima lamaran dari pria asing ini. Bahkan karena penampilannya itu Davis dijauhi para wanita tanah air.
Aurel mengangguk sebagai responnya. Butuh waktu beberapa jam untuk mereka menyelesaikan makan malam yang romantik.
Begitu selesai menikmati makan malam, Aurel mengambil tagihan dan meminta Davis untuk menginap di tempat ini malam ini, mengingat malam sudah larut. Davis menyetujuinya.
Angin bertiup lembut dan bintang serta bulan memancarkan sinarnya.
Mereka naik ke rooftop untuk menyaksikan pemandangan langit yang indah.
Ketika suhu menurun, Davis menyarankan mereka agar segera meninggalkan tempat itu. Keduanya setuju untuk pulang.
Davis tersenyum setelah mengatakan, “Terima kasih untuk makan malamnya. Semoga perjalanan pulangmu selamat hingga di rumah.” Dia berbicara Ketika hendak turun dari mobil Aurel.
“Kapan kau pulang bersamaku ke rumah?” Aurel berkata dengan dingin saat dia menanggapi ucapan terima kasih pria itu.
“Setelah aku mengemasi barang-barangku,” sahut Davis.
Aurel mengangguk. Kemudian, dia mengulurkan tangannya Ketika dia berkata, “Berikan teleponmu.”
Davis menyerahkan ponselnya dengan linglung. Aurel memasukan nomornya dan berkata, “Ini nomor pribadiku. Kau bisa menghubungiku jika kau membutuhkan bantuanku. Dan juga kau bisa menghubungi Mathew untuk menjemputmu saat kau siap untuk pindah ke vilaku. Apakah kau mengerti?”
Davis mengangguk ketika dia menerima kembali ponselnya.
Setelah itu, mobilnya meluncur meninggalkan Davis dalam gelap. Akhirnya dia masuk ke dalam rumah setelah dia tidak bisa melihat mobilnya dari kejauhan.
Semua lampu di kediaman keluarga Finley masih menyala pada jam selarut ini. Kepala pelayan di kediaman Finley datang untuk menyambutnya dan berkata dengan sopan, “Tuan Muda. Nyonya Besar meminta Anda untuk menemuinya di ruang kerja saat Anda pulang. Ada hal yang ingin dibicarakan kepadamu.”
Mata Davis berkedut ketika dia menanggapinya, “Apa yang ingin dia katakan?”
Kepala pelayan itu menatapnya dengan kasihan sebelum dia berkata dengan ragu-ragu, “Tuan, utusan dari keluarga Wiska datang hari ini. Tanggal pernikahan Tuan Jayson dan Nona wiska telah diputuskan di tanggal… Ketika kau menikah dengan Nona Wiska.”
Ekpresi wajah Davis menegang dan kepala pelayan bisa merasakan udara yang menegang di sekitar mereka. Tetapi apa yang bisa dia lakukan selain mengikuti perintah majikannya.
“Tuan, maaf. Saya hanya menyampaikan pesan dari Nyonya Besar.” Wanita itu segera mengamankan posisinya karena takut membuat menyingung perasaan Davis.
Davis terdiam ketika dia melewati pria paruh baya itu saat kakinya melangkah ke ruagan kerja ibunya.
Pintu ruangan itu terbuka dan dia melihat ibunya yang duduk bersilang dengan menyesap secangkir teh perlahan-lahan.
“Kau sudah pulang?” Ibunya bertanya ketika wanita itu meletakan teh di atas meja.
“Bibi Clara bilang bahwa kau ingin berbicara denganku. Apa yang ingin kau katakan?” Davis bertanya dengan dingin tanpa basa basi.