Kampus xxx, salah satu kampus ternama di Amerika. Banyak sekali yang ingin masuk ke Universitas itu. Anak pejabat, menteri, artis, banyak sekali orang-orang terpandang berada di Universitas xxx. Mereka ingin terlihat terpandang dengan masuk dan berada dalam satu lingkup dengan orang-orang hebat.
Lain hal nya dengan wanita bernama Kaylee, masuk ke universitas dengan modal keberuntungan karena beasiswa penuh di universitas besar itu. Apa dia seorang artis? Seorang pengusaha besar? Atau orang yang berpengaruh besar di Amerika? Tentu tidak sama sekali.
Kaylee Johansson, wanita biasa saja, dan terkesan cupu di kampusnya. Bagaimana tidak, kesehariannya hanya mengenakan kemeja, celana panjang, rambut panjang dengan poni hampir menutupi bagian mata, dan jangan lupa kacamata bulat tebalnya. Tidak sedikit karena penampilan membuatnya jadi bahan bully.
Seperti saat ini, ada siswa dengan sengaja menabrak bahu Kayle dengan keras sampai buku yang di bawanya terjatuh. Ingin sekali Kaylee berteriak 'Damn.. Dimana letak matamu, di b****g? Sampai orang lewat pun tidak llihat.' Tentu saja hanya bisa Kaylee ungkapkan di dalam hatinya. Karena Kaylee tidak ingin terlihat di kampus dan ingin lulus dengan tenang dengan prestasi yang membanggakan.
Kaylee menggerutu di dalam hatinya terus menurus kala si penabrak malah mentertawakannya dan mengatakan jika Kaylee lah yang bersalah.
"Kacamatanya sudah besar, tapi dia tetap tidak bisa melihat. Apa dia sudah buta?" Ucap pria itu tanpa bersalah sama sekali.
Kaylee hanya diam saja dan sibuk mengambil buku-buku nya yang terjatuh.
"Bukankah kau yang buta? Sebesar ini sampai tidak terlihat." Terdengar suara seseorang membela Kaylee. Tapi Kaylee terlalu malas untuk melihat siapa pria yang sudah membelanya. Bukan, Kayle terlalu tidak percaya dengan siapapun meskipun pria itu sudah membelanya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya pria itu sambil membantu membereskan buku yang ada dilantai.
"Terimakasih." Setelah selesai, Kayle berterimakasih dan langsung berlari begitu saja tanpa menatap si pria itu.
"Sudah aku bilang, wanita itu aneh, Shawn" Datang pria lain sambil terkekeh.
"Diam kau, Frank." Shawn kesal kepada sahabatanya.
"Kau telaktir aku saja di kantin okay." Frank merangkul bahu pria yang bernama Shawn itu meminta di telaktir tanpa dosa.
"Bayar dulu hutangmu." Shawn melepas rangkulan sahabatnya itu. Ia menoleh melihat kepergian Kaylee dengan senyum mengembang di wajahnya.
***
Kaylee pergi ke perpusatakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang ia pinjam disana. Dia masih saja menggerutu tentang kejadian tadi dan pria yang sudah membelanya di depan orang. Kaylee merasa jika pria itu langka. Bagaimana tidak, banyak sekali yang terang-terangan membully entah itu omongan atau dengan fisik. Tapi ada apa dengan pria itu.
Kaylee menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri. Tidak ada orang baik di kampusnya, tidak ada manusia di kampusnya yang berani bercengkrama dengannya karena takut ikut dibully juga, atau pria itu tidak waras. Kaylee kembali menaruh buku yang dia pinjam ketempat semestinya dan menyadarkan otaknya yang terus berpikir.
Drrrrrr
Ponsel di kantungnya bergetar, Kaylee pun merogoh saku nya dan melihat siapa si penelepon. Mata Kaylee membesar saat melihat nama si penelpon. Dia keluar dan pergi ketempat sepi untuk menerima panggilan itu.
'L, jam sembilan malam di hotel xx. Lakukan yang terbaik seperti biasa.' kata orang ditelpon.
"Berapa yang aku dapat?" Tanya Kaylee kepada sipenelpon.
'Haha!! Kau memang tanpa basa-basi, L. Malam ini kau dapat dua puluh ribu dollar. Kau puas?' jawab si penelpon yang belum diketahui siapa.
"Tentu saja, kau tau, L tidak akan membuat kecewa pelanggan." Kaylee dengan percaya diri.
'Haha... Aku percaya padamu, Queen b***h. Jadilah yang terbaik seperti biasa. Jangan mengecewakanku.'
"Tentu saja, aku akan melakukan yang terbaik agar pria itu puas." Jawab Kaylee lagi, dan langsung mematikan panggilannya.
Kaylee melihat disekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengar percakapannya. Malam adalah waktu dimana dia menjadi sosok lain.
****
Kaylee sedang memilih pakaian yang pas untuk dia pakai ke tempat yang sudah dijanjikan. Dia memilih dress berwarna hitam tanpa lengan, dengan tinggi sebatas paha. Bagian rambut Kaylee biarkan tergerai dan mengubahnya menjadi sedikit bergelombang. Bagian bawah, Kaylee menggunakan high heels berwarna hitam senada dengan bentuk seperti jarum setinggi tujuh belas senti.
Bagian make-up sengaja Kaylee buat Semenanjung mungkin, bibir ia polos dengan warna merah terang menatang.
Kaylee melihat dirinya sendiri dari pantulan cermin. "Perfect,
now, I am L, not kaylee." Dengan bibir terangkat memuji dirinya sendiri dan mengatakan jika sekarang adalah L, bukan si cupu Kaylee yang selalu terbully di kampus.
Jika Kaylee sudah berdandan seperti ini, siapapun di kampusnya tidak akan mengenalinya. Karena memang tampilan Kaylee sama sekali tidak menarik saat dikampus.
Kaylee bergegas karena sekarang jam. Sudah menunjukan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Wanita itu segera mengambil long jacket nya untuk menutupi b****g sintalnya. Dan karena dress yang dia kenakan sangat pendek, menungging sedikit bohong nya akan terlihat. Kaylee tidak mau tubuhnya terekspos cuma-cuma begitu saja.
***
Sekarang waktu sudah menunjukan pukul sembilan lewat sepuluh menit, Kaylee mendesah kesal karena jalanan macet membuatnya telat dan merapalkan doanya semoga klein nya kali ini tidak cerewet.
Dia pun sudah sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah diberitahu sebelumnya. Sebelum mengetuk, Kaylee merapikan tampilannya agar terlihat sempurna. Lalu setelah itu memasang wajah menggodanya.
Tidak lama pintu terbuka. Pria berumur dengan tubuh tambun memasang wajah masamnya, Kaylee berdecak, pasti p****************g itu kesal karena menunggunya. Padahal dia hanya telat sepuluh menit saja. Kaylee tidak habis akal, dia pun masuk tanpa diberi izin oleh p****************g itu.
Kaylee langsung duduk di kasur botol itu dengan menyilangkan kakinya. Terlihat jelas paha putih tanpa goresan sedikitpun. Kaylee melihat p****************g itu memperhatikan pahanya tanpa berkedip.
'Dasar lemah, baru disuguhkan seperti ini saja sudah menetes air liurnya, bagaimana diberikan yang lain.' Kaylee merasa menang karena dengan mudah membuat p****************g itu terpancing.
Itu hanya awal, karena Kaylee pun kini memulai aktingnya sebagai Queen b***h.
"Ah.. Kenapa disini panas sekali." Kaylee mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangannya. Lalu membuka jaketnya dengan sensual dan sengaja menjatuhkan jaket itu ke lantai, lalu mengambilnya kembali.
Tentu saja p****************g itu langsung onfire melihat b****g Kaylee dihadapannya. p****************g itu pun berlari menghampiri Kaylee dan menepuk b****g nya dengan keras.
Kaylee berteriak dalam hatinya karena kesal b****g indahnya ditepuk cukup keras sampai berbunyi. 'Dasar tua bangka sialan, mati saja kau.' grutu nya dalam hati.
"Ah.. Anda tidak sabaran ya, tuan." Kaylee mendekati pria itu dan membuka dasi yang masih melekat di p****************g itu. Setelah selesai, Kaylee mengajak p****************g itu untuk duduk di sampingnya.
Fokus p****************g itu terlihat jelas menatap gundukan yang menyembul dari balik dress hitam yang dikenakan Kaylee. Lalu matanya turun ke bawah untuk melihat kaki jenjang Kaylee yang sangat mulus. Tangan nakalnya kini menyentuh pahanya. Mengelus-ngelus dengan tidak sabaran.
Kaylee menahan tangan pria itu dengan cepat karena sedikit lagi,p****************g itu dapat menyentuh area terlarang nya. Terlihat jelas jika p****************g itu tidak suka jika acara menyentuh barang yang sudah dia beli dihentikan.
"Sabar dulu, sayang." Kaylee menaruh tangan pria itu agar menjauh dari pahanya.
"Apa yang kau tunggu. Aku ingin dipuaskan, kau tau, aku mengeluarkan kocek sangat dalam untuk membelimu." p****************g itu terlihat marah.
"Bagaimana sebelum mulai kita minum dulu? Aku sangat haus sampai tenggorokanku terasa kaku." Kaylee berbicara dengan nada dibuat-buat. Tentu saja, gaya manja nan menggoda adalah cara ampuh untuk meluluhkan.
"Apapun untukmu, L." p****************g itu menyentuh paha Kaylee kembali dan menepuk nya juga.
Kaylee pun langsung berdiri agar p****************g itu tidak meraba pahanya lagi. Lalu Kaylee sengaja mendorong p****************g itu sampai terlentang. Bukan hanya itu, Kaylee sengaja menyentuh 'milik' p****************g yang kaylee yakini sudah on.
Kaylee berlalu meninggalkan p****************g yang tertawa senang akibat sentuhannya. Ia membuka lemari pendingin yang ada di dalam kamar itu, lalu mengambil beer yang ada.
Tanpa sepengetahuan p****************g itu, Kaylee mengambil obat yang sengaja dia selipkan di dalam gelangnya, lalu menaburkan bubuk itu. Setelah tercampur, Kaylee memberikan kepada p****************g itu.
"Dihabiskan ya, agar malam ini bertambah panas." Kaylee dengan senyum menggodanya.
Kaylee meminum beernya sendiri sambil menatap p****************g itu yang sedang menenggaknya sampai habis tak tersisa.
"Enak?" Tanya Kaylee kepada p****************g itu.
Tidak ada jawaban, tiba-tiba p****************g itu tergeletak dengan mulut meracau tidak jelas. Kaylee pun berdiri lalu menata p****************g itu dengan senyum tercetak kembali di bibirnya. Tapi kali ini senyum berbeda.
"Mari bermain di dunia L."