After Marriage 6

1001 Words
Selamat pagi Happy reading! === Daffa menyentak tangan Caca yang sedang menggenggam tangannya. Daffa menatap tajam mata Caca. Sungguh Daffa masih tidak habis pikir kenapa Caca seberani ini sekarang? "Kalo niat kamu buat manggil aku kesini untuk cerita, aku masih maklum. Tapi kalo niat kamu manggil aku buat ungkapin perasaan kamu, maaf aku rasa itu ga perlu." Caca menatap tidak percaya pada Daffa. Air mata sudah siap meluncur ke pipi mulusnya. "Kamu udah ngga ada rasa ke aku?" Daffa menggeleng. Lalu mengangkat tangan kirinya. Daffa menunjukan cincin nikah di jari manisnya. "Aku udah punya istri. Dan aku mencintai istriku melebihi aku mencintai kamu dulu," Daffa beranjak bangun untuk pergi meninggalkan Caca. Daffa keluar dari sana dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Caca berdiri mengejarnya. Caca dengan berani masuk ke dalam mobil Daffa. "Kamu bohong Daffa!" "Aku nggak bohong!" "Nggak! Kamu bohong! Kamu nggak cinta istri kamu! Kamu cuma cinta sama aku!" Caca menangis. Daffa hanya diam sambil menarik nafas. Kalimat istighfar tidak pernah lepas dari dalam hatinya. "Nggak Ca. Aku ngga cinta sama kamu lagi, nggak. Aku mencintai istriku." Caca menoleh ke arah Daffa, lalu menatap tajam mata pria itu. "u're liar!" "Nggak Caca. Aku ngga bohong. Aku minta maaf. Bisa kamu keluar?" Daffa tidak mau menatap Caca. Lelaki itu sedang menenangkan hatinya. Sungguh, pernyataan wanita itu tentang perasaannya sangat menganggu Daffa. Caca menarik tangan Daffa lalu menampar wajahnya. "kamu keterlaluan!" Blam! Caca membanting pintu dengan kencang. Daffa menarik rambutnya. "Maaf." Daffa merasa bersalah kepada Caca, tapi ia benar-benar tidak bisa bersama cewek itu. Istrinya diatas segala-galanya sekarang. Daffa menjalankan mobilnya dan segera pulang ke apartemen. *** Daffa mencium bibir Freya pelan-pelan. Ia memeluk istrinya dengan erat. Air mata mengalir dari pipinya. Ia memejamkan matanya, lalu mengusap-usap punggung Reya. "Maaf sayang, maaf.." Daffa kembali melumat bibir Reya dalam-dalam. Reya masih memejamkan matanya tapi tangannya meremas rambut Daffa yang tebal. Daffa semakin menangis. Air matanya menetesi bibir Reya. Daffa menatap wajah damai Freya yang tertidur. "Sayang... maafin ayah ya dek.." Daffa mencium perut Freya yang masih rata. Ah. Daffa tidak mau kehilangan istri dan anak-anaknya. Tidak akan. *** Freya mematut dirinya di depan cermin. Freya memakai dress bunga-bunga selutut. Siang ini ia akan mengantar Daffa ke bandara untuk mengerjakan tugasnya sebagai seorang pilot. Daffa memeluk Freya dari belakang. Menaruh dagunya di bahu wanita itu. "Kamu cantik banget," Freya mengusap pipi Daffa sambil tertawa. "Ngerayu aja kamu. Aku kan emang cantik setiap hari wle!" Daffa memejamkan matanya lalu mencium leher Freya. "Aku sayang kamu, re." "Aku lebih sayang kamu ayaah!" Daffa tertawa. Lalu tangannya beralih ke perut Freya yang masih datar. Mengusapnya perlahan sambil menyanyikan lagu yang ia buat sendiri. "Anakku, anakku. Buah hatiku, buah kamu." Freya tertawa. Lalu memegang tangan Daffa yang ada di perutnya. "Kok nyanyinya aneh sih ayah?" Tanya nya dengan suara bayi yang di buat-buat. Daffa menatap mata Freya dari depan kaca. Lalu mengigit telinga wanita itu pelan-pelan. "Nggapapaa dong. Itu namanya ayah kreatif, ya Bun ya?" "Mmmm.. iya deh ayah ngga papa! Makasih ya ayah buat lagunya! Dede sayang ayaaaaah!" Lagi. Daffa tertawa. Lalu membalikkan tubuh Freya dan mencium bibirnya. Sungguh Daffa sangat mencintai wanita mungil ini. Dan selamanya akan tetap begitu. *** Caca diam di kamarnya. Ia masih memikirkan hal yang terjadi semalam. Daffa menolaknya, dan ia sangat terluka untuk itu. Ia rela meninggalkan Galen karna ia memang tidak mencintai lelaki itu. Dan ia juga rela hak asuh Dita tidak jatuh kepadanya karna Caca pikir ia masih bisa meraih hati Daffa lagi. Tapi nyatanya tidak. Caca menatap dirinya didepan cermin. Ia mengusap rambutnya lalu menggulung-gulungnya dengan tangannya. "Aku cantik. Tapi kenapa daffa bisa berpaling secepat itu?" "Wanita itu kenapa harus ada sama Daffa?! Kenapa?!" "Daffa milikku! Sampai kapanpun, Daffa milikku. Aku akan hancurkan keluarga mu Daffa, aku harus mendapatkanmu bagaimanapun caranya!"  *** Daffa menggenggam tangan Reya. Tangan sebelahnya ia gunakan untuk menyeret koper. Dari sejak ia turun dari mobil dan jalan disepanjang lobby, sudah banyak rekan kerja yang akan terbang bersamanya maupun tidak menyapa mereka dengan hangat. Freya membalas senyuman mereka satu persatu. Ah, Reya, perempuan itu terlampau ramah. Namun tak banyak juga pramugari-pramugari yang hatinya patah karna mengetahui bahwa captain mereka sudah tidak available lagi. Memang selama ini hanya rekan terdekatnya saja lah yang tahu jika ia sudah menikah. "Banyak yang liatin kamuu," kata Freya pelan sembari tetap menggandeng lengan kekar Daffa. Daffa menatap istrinya lalu mengusap rambutnya yang panjang. Daffa terlihat gagah ketika memakai baju seragam kebanggaannya ini. "Bukan liatin aku, tapi liatin kita sayang." "Ih nggak! Itu liatin kamu doang. Huuh, males ah, suamiku ganteng sih!" Freya cemberut. Pura-pura ngambek di depan Daffa. Daffa tertawa. Ah, tawanya saja sudah membuat orang terpaku. "HAHAHAHA emang kamu mau punya suami jelek?" "Ya mau-mau aja asal yang jelek itu kamu!" "Kalo bukan aku?" "Nggamau!" "Kenapa nggamau hhm?" "Kan aku bukan jodoh dia! Jodoh aku kan kamu, mau sejelek apapun kamu kalo kamu jodoh aku ya, aku sih bodoamat. Yang penting kamu setia!" Daffa tertawa. Kalimat Reya mengingatkan Daffa pada kejadian semalam. Ah s**t. Untung saja ia tidak terhasut oleh setan. "Setiap Tikungan Ada?" Daffa mengulum bibir. Freya melepas lengannya lalu menabok lengan Daffa pelan. "Ngga mau! Emang lagian pesawat bisa nikung?" "Kamu maunya bisa atau ngga?" "Ngga aaah! Gamau! Biar Aa buat Bubun aja!" Daffa semakin tertawa. Lalu pria itu berjongkok di bawah Freya. Memeluk pinggang Reya dan menciumi perutnya. "Ayah kerja dulu ya dedek sayaangg! Jagain bubun ya! Yayah pulang 2 Minggu lagi. Nanti Yayah jenguk kamu kok!" Daffa mencium perut Reya sekali lagi. Sedangkan Reya mengusap rambut Daffa dan membalas ucapan Daffa menggunakan bahasa bayi yang dibuat-buat. "Iya captain! Dedek jagain Bubun kok. Yayah, cepet pulang yaaa!" Daffa bangkit berdiri lagi. Lalu memeluk Reya. Mencium aroma tubuh istrinya yang pasti akan ia rindukan selama dua minggu kedepan. "I love you," Daffa mencium kening Freya lama. Freya memejamkan matanya lalu tersenyum. "I love you too." Dan Daffa memeluk Reya sekali lagi. Pemandangan itu tidak luput dari rekan kerjanya yang lain. Ah pramugari-pramugari itu memandang iri ke arah Freya. Istri capt Daffa imut banget :( -mbak2 pramugari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD