Nathalia Reagen berjalan anggun dan elegan menuju sebuah pintu masuk pesta mewah di Atlanta, mata indahnya melirik ke arah para tamu undangan yang ikut hadir di tempat itu. Sambil merapikan sedikit gaun panjang merahnya yang sangat cantik, bibir seksinya tersenyum memberikan sapaan sopan kepada orang-orang yang terpukau dengan penampilannya.
Sekalipun mereka yang hadir di sini tampak sama mewah dan elegannya dengan wanita yang biasa dipanggil Thalia itu, tapi tidak ada yang bisa menyaingi kecantikan dan pesonanya.
Satu-satunya perbedaan yang sangat jelas adalah mereka semua merupakan orang kaya dan berkuasa, dan hal itu membuat Thalia merasa seperti orang asing yang tidak bisa berbaur. Tapi, karena telah bersusah payah sejauh ini sampai mengorbankan tabungannya yang sangat berharga demi terlihat cantik dan berbeda, dia tidak berhenti begitu saja.
“Selamat malam, Nona,” sapa seorang butler tua di depan pintu, tersenyum hangat
Belum sempat Thalia membalasnya, tiba-tiba perhatiannya teralihkan kepada sosok tinggi dan tampan yang telah menjadi obsesi dan cinta pertamanya selama kurang lebih 7 tahun ini, Nathan Lawrence.
Dia adalah pria berwajah dingin yang menyihir semua wanita ke mana pun kakinya melangkah. Tidak hanya memiliki tubuh tinggi yang ideal, tapi juga pintar dan sangat cerdas. Nathan merupakan penerus tunggal dari keluarga Lawrence.
Bisnis Lawrence berfokus di sektor Real Estate selama bertahun-tahun. Namun, beberapa tahun belakangan ini, mereka sedang menggeliat hebat di sektor energi terbarukan. Melakukan ekspansi besar-besaran dan membuat saingan mereka tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.
Rumor yang beredar mengatakan kalau Nathan Lawrence sebentar lagi akan mengambil alih penuh sektor Real Estate keluarganya, dan jika dia berhasil menaikkan keuntungan beberapa kali lipat hanya dalam waktu 1 tahun, maka bisa dipastikan dia akan mendapatkan promosi dan langsung menjadi bos baru di sektor energi terbarukan itu. Tentu saja karirnya akan lebih cemerlang dan sangat cerah di usia yang masih begitu muda. Dia jelas akan menjadi legenda baru dalam dunia bisnis.
Sayangnya, dari semua kehebatan dan hak istimewanya sebagai keturunan keluarga Lawrence yang kaya raya, Nathan adalah seorang playboy sejati berhati dingin, sama dinginnya dengan wajah tampannya yang memikat banyak hati para wanita.
Satu rumor lagi beredar di kalangan atas baru-baru ini, yaitu mengenai pernikahan Nathan yang harus dilakukan dalam waktu dekat agar bisa menguatkan posisinya di perusahaan. Tapi, tentu saja itu tidaklah mudah, karena seperti yang semua orang ketahui, Nathan adalah pria dingin yang hanya memandang wanita sebagai alat untuk bersenang-senang. Belum pernah ada yang melihatnya menjalin hubungan yang serius dengan wanita tertentu, dan semua juga orang tahu kalau dia tidak suka kehidupan cintanya diusik, bahkan jika itu termasuk dari keluarganya sendiri.
Maka dari itu, pesta malam ini adalah pesta yang sudah dinanti-nantikan oleh banyak kalangan. Tentu saja tujuannya adalah untuk menjilat keluarga Lawrence agar putri mereka bisa menarik perhatian Nathan. Bagaimanapun, cepat atau lambat, dia tetap harus menikah dan mengambil alih perusahaan di masa depan. Ada cinta atau tidak di dalam pernikahan, sebagian besar dari mereka tidak peduli sama sekali. Yang terpenting adalah menjadi sekutu terdekat dan terkuat keluarga Lawrence.
Nathalia Reagen juga memiliki niat yang sama, meski alasannya sangat berbeda.
Dengan jantung yang berdetak kencang dan nyaris kehilangan pengendalian diri saking gugupnya, Thalia segera menggenggam erat tas pesta miliknya. Dia menguatkan tekad memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk mendekati Nathan. Senyum licik dan nakal segera terbit di bibir seksinya, menyapanya dengan nada suara yang sangat menggoda.
“Selama malam, Tuan Lawrence,” ucap Thalia, tersenyum misterius dan sangat cantik.
Nathan yang sedang berbincang dengan Phillip sang butler, perlahan menoleh ke arahnya. Dia mengamati Thalia dari atas ke bawah. Sorot mata dinginnya tampak arogan dan meremehkan. “Apakah kita pernah bertemu?”
Thalia menggeleng anggun bagaikan seorang putri bangsawan, tersenyum menggoda. Dingin dan memesona. Keseksiannya sangat bersinar hingga membuat beberapa pria di tempat itu tertegun dalam diam.
“Sepertinya tidak. Perkenalkan, nama saya adalah Nathalia Reagen. Saya telah mendengar dan selalu mengetahui banyak hal tentang Anda yang sangat luar biasa. Benar-benar sangat menganggumkan di usia yang sangat muda,” balas Thalia, dan tiba-tiba menyelipkan undangan ke tangan Nathan.
Nathan menaikkan sebelah alisnya, memerhatikan kartu itu selama beberapa detik.
‘Undangan pesta?’ batin Nathan pelan, merasa mulai tertarik dengan pendekatan Thalia yang tidak biasa.
Apakah dia sedang menggodanya secara terang-terangan di hadapan banyak orang di pesta ulang tahun kakeknya? Sungguh wanita yang sangat berani!
Nathan Lawrence merasa sangat penasaran, dan ingin mengetahui lebih banyak apa niat dan tujuan wanita itu mendekatinya. Apakah karena ketampanannya? Pengaruhnya? Ataukah karena keluarganya? Selain itu, kecantikan dan keanggunannya belum pernah dilihatnya dari sekian banyak wanita yang telah menyapa hidupnya.
“Apakah ini berarti aku telah resmi menjadi pendampingmu di pesta ini, Nona Reagen? Menarik sekali. Ayo, kita masuk kalau begitu,” goda Nathan dengan senyuman licik yang dingin dan berbahaya, segera meraih pinggang Thalia dan menatapnya nakal penuh rasa ingin tahu.
“Sebuah kehormatan bagi saya, Tuan Lawrence,” balas Thalia, tersenyum memikat dan sedikit genit.
“Nathan. Panggil saja aku Nathan.”
Menghadapi pesona serigala berbahaya seperti Nathan, Thalia yang sebenarnya adalah wanita cupu di kehidupan sehari-harinya, dan tidak pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun selama hidupnya, jelas akan merasa ini seperti berdiri ambang di pintu neraka. Namun, karena sambutannya sangat baik dan berjalan mulus daripada yang telah dia bayangkan sebelumnya, Thalia harus bersikap lebih profesional dan serius dengan pekerjaannya.
Kesempatan emas untuk menarik perhatian Nathan tidak akan datang dua kali, bukan? Sekarang adalah saatnya dia menjalankan rencananya yang licik dan nakal.
***
Semua mata tertuju kepada pasangan baru yang memasuki ruangan, terlihat sangat serasi dan anggun. Berbagai macam bisik-bisik mulai terdengar, bahkan Thalia bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
“Lihat! Berani sekali dia menjadi pendamping tuan muda Lawrence. Apakah dia adalah salah satu wanita penggali emas yang selalu mendekatinya? Benar-benar tidak tahu malu. Katanya dia langsung menghampirinya di depan pintu.”
“Tuan muda Lawrence sangat tampan. Wanita itu juga sangat cantik. Bahkan, lebih cantik daripada wanita mana pun yang pernah aku lihat seumur hidupku. Tidak heran dia langsung memilihku,”ujar salah satu pria di sebelah Nathan ketika lewat. Tentu saja dia ingin mendapat perhatiannya.
Di pesta mewah dan elit seperti ini, selain menjilat untuk mendapatkan koneksi, mereka juga bertujuan mencari muka agar terlihat baik.
“Apakah kamu gugup? Abaikan saja ucapan mereka. Aku tahu kalau kamu sudah paham risiko jika terlibat denganku, bukan? Bukankah kamu selalu mengetauhi tentang diriku?”
Nathan melirik wanita dalam pelukannya, tersenyum dingin misterius.
Thalia tidak goyah, dan malah membalas senyumnya dengan sangat anggun, serta sedikit nakal.
“Tuan muda Lawrence, apakah saya terlihat bodoh di mata Anda? Saya tahu stigma wanita cantik dan otak mereka. Tapi, jangan salah, saya tidak seperti wanita pada umumnya.”
Mendengar rasa percaya dirinya yang begitu kuat dan sangat kuat, Nathan tertawa pelan. Mengangguk antusias, dan segera mengajaknya menemui teman-temannya yang telah menunggu di sisi lain ruangan.
“Nathan sahabatku! Siapakah wanita cantik ini?” tanya seorang pria, energik dan sangat ceria. Mengulurkan tangan untuk menyapa Thalia.
“Seperti yang kalian lihat. Dia adalah pendampingku di pesta saat ini. Namanya Nathalia Reagen,” jelas Nathan dengan sikap dingin yang berwibawa dan tenang.
“Halo, nona cantik. Kenalkan, saya adalah Colton White,” terang pria itu, tersenyum menggoda seraya meraih uluran tangan Thalia.
“Halo, Tuan White. Salam kenal.”
Semua orang melihat Colton sangat tidak sabar untuk berjabat tangan dengannya.
Nathan yang tiba-tiba tidak suka melihat itu, hanya menahannya di dalam hati, dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia segera bisa memahami kalau semua pria di depannya sama tertariknya dengan dirinya.
Thalia benar-benar sangat cantik. Siapa yang tidak akan terpana?
“Maaf. Kami ingin berdansa dulu,” ucap Nathan dengan nada dingin yang tetap mempertahankan sikap tenangnya.
“Oh, ayolah, Nathan! Aku tidak bermaksud bersaing denganmu!” keluh Colton, terkekeh geli melihat pria playboy itu merasa tersaingi.
Ketika mereka pergi, temah-teman Nathan yang lain menggerutu karena tidak memiliki kesempatan untuk berkenalan dengannya.
“Apakah Anda cemburu, Tuan Lawrence?” bisik Thalia, mendekat dan berbisik ke telinga Nathan ketika telah tiba di lantai dansa.
Senyum pria dingin itu merekah, menariknya dengan anggun seolah-olah mengklaimnya di depan semua orang.
“Siapa yang tidak akan cemburu jika ada wanita secantik dirimu di pesta ini?”
“Apakah saya secantik itu, Tuan Lawrence?”
Thalia memainkan sorot matanya, sudut bibirnya tertarik nakal yang anggun, dan tangan kanannya dengan sangat ahli tampak ingin melepaskan diri dari kuasanya.
“Mau ke mana? Kamu tidak berniat pergi begitu saja setelah semua orang melihat kita, bukan?” bisik Nathan pelan, suaranya serak yang rendah, setengah menggeram bagaikan serigala yang tengah mengancam buruan kecilnya.
Thalia tertawa anggun, sedikit mengejek, tapi sangat enak didengar.
“Tangkap aku kalau begitu, Tuan Lawrence,” ucapnya penuh godaan.
Selesai kalimat itu keluar dari bibir merah seksinya, Thalia segera melepaskan diri usai satu pasangan dansa menabrak mereka, dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk memancing rasa penasaran Nathan lebih jauh.
“Ma-maafkan saya, Tuan Lawrence!” seru pria yang menabrak mereka tadi.
“Sialan!” umpat Nathan kesal, tiba-tiba panik begitu menyadari Thalia kabur darinya.
Dia tidak percaya ada wanita yang begitu berani mempermainkannya seperti ini!
Dari jauh, Thalia tampak menyilangkan kedua tangan di dadanya, tersenyum menantang dan sangat nakal.
“Benar-benar menyebalkan,” gumam Nathan, mendengus geli melihat kejahilan Thalia yang ternyata tengah menggoda dengan maksud tertentu.
Apakah dia sudah tidak sabar untuk merasakan kehangata lain darinya?
Nathan tidak percaya wanita itu mampu menyihirnya dengan cara yang luar biasa. Sederhan, tapi sangat menantang!
Thalia tidak segera membiarkan dirinya ditangkap. Mereka berdua seperti kucing dan tikus di dalam ruangan besar itu, dan akhirnya berakhir di sebuah lorong mansion sepi.
“Apakah kamu berpikir aku mudah dipermainkan? Nathalia... Reagen? Itu jika memang adalah nama aslimu?” ucap Nathan pelan, sedikit tidak sabar. Sebelah keningnya naik melihat jarak mereka hanya beberapa meter, tapi dia benar-benar sulit didekati.
Thalia bersandar di rangka pintu, berdiri dengan gaya elegan dan menggoda.
“Itu memang adalah nama asliku, Tuan Lawrence. Jika ingin mencari tahu lebih banyak tentang diriku, maka mendekatlah.”
Thalia tertawa pelan, sangat nakal dan menggoda, lalu menghilang dari balik pintu.
Nathan cukup terkejut, betapa beraninya mempermainkan sejauh ini. Tapi, pesonanya benar-benar menarik. Dia merasa tidak bisa melepaskannya begitu saja.
Tidak sebelum dia mencicip bibirnya yang menarik itu.
Nathan kemudian melangkah maju, dan memasuki ruangan tersebut. Tiba-tiba, tanpa diduga, Thalia menarik tangan kanannya, dan mengungkungnya di dinding!
“Halo, pria besar. Ingin bermain yang lebih seru denganku?” ucap Thalia percaya diri, tersenyum menantang dengan sorot mata cemerlang miliknya.
....................
*Catatan Author
Hola! NatsuHika di sini!^^
Yang ingin baca lanjutan cerita ini, bisa cek ke feis-buk saya, ya, guys! (Natsumi Hikaru --- gambar kue ikan)
Kelanjutannya ada di tempat lain di mana kisah Casilda dan Arkan yang terkunci berada, dan saya belum bisa pastikan PPJP bisa tersedia di sini seperti yang saya katakan dulu.
Sulit menjelaskannya.
Terima kasih atas dukungannya!
Love, love dari saya!^^