bc

The Last Love

book_age16+
9.3K
FOLLOW
79.3K
READ
possessive
family
love after marriage
age gap
drama
comedy
sweet
bxg
campus
first love
like
intro-logo
Blurb

Note: Sequel dari My Little Girl (Bisa dibaca terpisah)

***

Devan Mahendra, pria 27 tahun yang belum pernah berpacaran, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang mahasiswi magang di kantornya, Chloe Xiomara.

Sampai akhirnya mereka pun menjalin hubungan yang serius. Devan memutuskan untuk menikahi gadis yang biasa disapa Ara tersebut. Namun, sialnya, H-1 Ara memutuskan untuk membatalkan pernikahan itu karena ia ingin melanjutkan studi ke luar negeri.

Devan yang baru merasakan jatuh cinta, langsung patah sepatah-patahnya. Di saat keterpurukannya, ada seorang gadis yang masih berseragam putih abu-abu yang selalu menemani Devan. Diam-diam Ratu Azalea menyukai pria yang umurnya terpaut jauh darinya itu.

Entah siapa yang menjadi cinta terakhirnya Devan? Mungkin Ara atau bisa jadi Ratu. Entahlah.

chap-preview
Free preview
Prolog
Umur 27 tahun, sudah didesak menikah oleh Kinan, sang ibu. Padahal menurut Devan Mahendra atau yang akrab disapa Dev, untuk usia segitu belum tua-tua amat. Apalagi telah melihat Deven —Kembarannya Devan— melangsungkan akad nikahnya tadi pagi, membuat Kinan semakin mendesak putranya itu untuk segera menikah. Kinan cuma takut karena kelamaan menjomlo, sampai lupa untuk menikah, dan lebih parah pindah haluan, karena selama 27 tahun hidup di bumi, dia tidak pernah melihat Devan pacaran. "Dev, kapan kamu nyusul Deven?" tanya Kinan yang kini berada di kamar Devan. Saat ini pria bertubuh jangkung itu tengah berdiri di depan cermin untuk memastikan penampilannya agar tidak berantakan. "Deven hari ini nikah, kamu kapan?" Devan tidak menjawab pertanyaan Kinan, karena itu adalah pertanyaan yang sama setiap harinya, dan Devan sudah bosan mendengar hal itu. "Devan, kalau ditanya itu dijawab! Punya kuping, kan?" Devan pun menoleh ke arah sang ibu, lalu meneliti wajah Kinan dengan saksama. "Ma, kerutan di dahi Mama itu udah makin bertambah, ya?" Sebenarnya itu alibi Devan saja agar Kinan berhenti mengoceh soal jodoh. "Masa sih, Dev? Perasaan Mama selalu pake cream anti penuaan!" Devan mengendikkan bahunya. "Cream gitu enggak mempan, Ma, kalau Mama tetap bawel dan suka ngomel-ngomel. Jadi syaratnya agar kulit Mama tetap kayak bayi adalah berhenti berkicau." "Dev, kamu kira Mama itu burung beo?" "Mirip." Kinan tidak terima dibilang seperti itu. "Kalau Mama beo, berarti kamu juga beo dong!" Benar juga ya, kan Devan adalah anaknya Kinan, kalau ibunya beo, berarti anaknya demikian. Daripada bahas beo semakin panjang, Devan langsung mengajak mamanya untuk segera berangkat ke hotel, tempat dilangsungkan pernikahan Deven.  Devan cukup terkesima dengan dekor ballroom hotel yang disulap dengan sebegitu mewah, dia tidak menyangka konsep pernikahan sudara kembarnya itu akan semewah ini. Pasalnya, persiapan pernikahan memang sudah dipikirkan sedemikian rupa oleh Deven dan istri, mereka mengurus persiapan pernikahan butuh waktu berbulan-bulan agar hasilnya sesuai dengan eskpektasi. Tempat resepsinya ini masih sepi, karena acaranya baru akan dimulai 30 menit lagi, tapi sebagai anggota keluarga, mereka harus datang lebih awal. "Kak Ven, congrats," ucap Kejora, adik perempuan satu-satunya. "Akhirnya Kakakku ini melepas masa lajangnya." Kemudian Kejora memeluk kakak laki-lakinya itu. "Jangan lama-lama dipeluk, nanti jasnya lecek," tegur Marischa atau yang kerap disapa icha. Wanita berdarah Indonesia-Australia itu menatap Kejora dengan tatapan tak suka, seakan mengisyaratkan bahwa, Deven punya gue. Kejora langsung melepaskan pelukannya, dan ingin memeluk Marischa sebagai bentuk ucapan selamat, naman perempuan itu langsung menepis tangan Kejora. "Don't hug me, aku enggak mau ya, gaun aku yang harganya ratusan juta ini rusak gara-gara dipeluk kamu." Devan yang sedang mengobrol dengan orang tuanya, langsung menghampiri Kejora, dia menatap perempuan yang baru resmi menjadi saudara iparnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian beralih menatap Deven. "Kayaknya lo salah milih istri, Bro." Deven tidak terima dengan ucapan Devan, lagian suami mana yang mau istrinya dijelek-jelekin meskipun itu sama suaminya sendiri. "Kenapa? Karena kejadian barusan? Wajar aja dong, Icha cuma takut kalau gaunnya lecek. Apa kata tamu undangan nanti." Kejora tidak habis pikir, ternyata Deven lebih membela perempuan yang baru dikenalnya beberapa tahun belakangan ini, daripada adiknya sendiri. Padahal Kejora hanya ingin memeluk untuk memberikan ucapan selamat. Devan mengangguk, lalu menatap Kejora. "Udah, Dek, enggak usah kasih selamat. Kita ke tempat lain aja." Devan langsung menggandeng Kejora untuk menjauh dari Deven dan Marischa. Dari dulu, Kejora memang dekat dengan Devan, tidak dengan Deven. Karena kakaknya itu lebih suka menghabiskan waktu dengan pacarnya daripada dengan keluarganya. Berbeda dengan Devan, quality time bareng keluarga adalah hal yang harus disempatkan di tengah padatnya kesibukan masing-masing. "Ih, aku emang enggak suka sama Kak Icha dari dulu, kayak nenek sihir, kok bisa sih Kak Ven mau sama dia?" omel Kejora saat menempati salah satu kursi yang tersedia, dan di sebelahnya ada Devan yang ikut duduk. "Namanya juga cinta." "Nanti Kak Dev kalau cari istri jangan kayak dia ya, aku enggak suka." Devan menyelipkan anak rambut Kejora ke belakang telinganya. "Enggak dong, kriteria Kak Dev itu enggak muluk-muluk, yang penting dia baik, enak dipandang, nyambung diajak ngobrol, dan bisa berbaur dengan keluarga kita. Kak Dev maunya cari istri yang bisa dekat sama kamu." Kejora tersenyum lega, seenggaknya dia masih punya abang yang memperlalukan seperti seorang putri, masalah tadi anggap aja angin lalu yang enggak perlu dipikirkan. Beberapa saat kemudian Kinan menghampiri Kejora dan Devan dengan raut wajah yang tak enak. "Mama kesal itu sama mantu, songong banget heran. Mama dari dulu enggak suka sama dia. Deven kayaknya dipelet deh!" ujar Kinan sambil sesekali melihat Deven dan Icha di atas pelaminan. "Kalau bukan karena anak Mama yang nikah, malas banget dampingi nanti." "Benar, Ma, Kejora juga kesal!" timpal Kejora. Sementara Devan hanya mendengarkan dua perempuan yang sedang julid ini, kalau tidak julid rasanya gatal, tapi kalau julid bisa menimbulkan dosa. "Nanti, Dev, kamu harus cari istri yang baik-baik, jangan kayak Deven. Istri kok 11 12 sama bawang merah sih." "Makanya, Ma, jangan desak Dev buru-buru nikah, nanti dapatnya yang kayak dia. Mama enggak mau, kan?" Kinan langsung menoyor kening putranya itu. Padahal sudah 27 tahun, tapi masih diperlakukan seperti anak SD. "Kelamaan dibiarin juga pedang kamu enggak baik, Dev. Kamu mau karatan karena enggak pernah diasah?" Mulai lagi bahas yang enggak mau didengar oleh Devan, mamanya ini kalau ngomong frontal, kadang asal keluar tanpa mikir perasaan Devan. Sebagai anak yang baik hanya bisa mendengarkan, padahal dalam hati, kalau bukan emak gue, udah gue sambelin itu mulut. "Emang Kak Dev punya pedang, Ma?" tanya Kejora dengan polosnya. "Punya, Ra." "Kok Kejora enggak pernah lihat? Simpannya di mana emang, terus pedangnya buat diapain?" Pertanyaan polos dari Kejora, sangat sulit dijawab oleh Devan maupun Kinan, enggak mungkin mereka menunjukkan pedang yang dimaksud itu kepada Kejora. "Udah, ah, kenapa jadi bahas pedang?" Devan langsung menarik Kejora untuk keluar dari tempat itu, biarin saja kalau mereka tidak mengikuti acara pernikahan ini sampai selesai, yang penting sudah menunjukkan batang hidung. Devan mengajak Kejora ke kedai es krim, tiba-tiba dia bertemu dengan perempuan yang selalu mengincarnya dari jaman kuliah, tapi tidak pernah ditanggapi oleh Devan, sampai perempuan itu bosan sendiri dan menganggap Devan adalah gay. "Dev, kamu sekarang udah tobat? Kamu enggak gay lagi?" Ucapan perempuan yang diketahui bernama Sandra itu membuat Kejora melotot tak percaya. "Sembarangan ngatain ab—" Devan langsung merangkul Kejora dengan posesif. "Kenalin, namanya Kejora, my future wife." "Oh." Perempuan itu langsung meninggalkan Devan dan Kejora. "Salah satu keuntungan punya adik perempuan itu adalah bisa diakui pacar, biar enggak kelihatan jomlo," ujar Devan. Setelah itu mereka memesan es krim. Apa yang dikatakan oleh Devan adalah hal benar, manusia yang ditakdirkan memiliki kakak laki-laki atau adik perempuan harus beruntung akan hal itu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
54.8K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

My Husband My Step Brother

read
55.3K
bc

Marriage Not Dating

read
553.4K
bc

Pengganti

read
302.6K
bc

Broken

read
7.1K
bc

The Unwanted Bride

read
112.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook