Novel Misterius

1994 Words
Kilatan blitz menyorot ke arah Aaron bersama seorang model wanita. Aaron adalah model sedari kecil hingga sekarang usianya menginjak 17 tahun. Meski masih muda ia terlatih untuk profesional dan tidak menggunakan mood dalam pekerjaannya. Aaron melakukan pekerjaan itu karena ayahnya--Anjasena yang merupakan mantan pejabat pusat, melakukan korupsi dan dipenjara selama dua puluh lima tahun. Sementara itu ibunya--Manuella yang merupakan satu-satunya yang ia punya harus menanggung biaya denda, belum lagi masalah yang terkuak pada masa itu, bahwa ayah Aaron memiliki istri simpanan yang juga menuntut cerai dan kompensasi. Manuella yang dasarnya tidak bekerja, langsung mesukkan Aaron ke rumah produksi meski usianya masih tujuh tahun. Namun, ibunya tak tahan hidup menanggung beban seperti itu sendirian. Lalu saat usia Aaron menginjak dua belas tahun, Manuella meninggalkannya. Sampai saat ini, Manuella belum juga kembali atau hanya sekedar menemuinya sebentar. Manuella benar-benar hilang ditelan bumi. Aaron sudah berusaha mencari, tetapi hasilnya nihil. Ia bahkan belajar ilmu pemrograman untuk mencari keberadaan sang ibu, tetapi data sang ibu tidak ditemukan. Ia menyimpulkan bahwa ibunya telah menggunakan identitas baru, atau jangan-jangan ibunya memalsukan identitas ketika menikahi ayahnya. Ketika ia ke penjara dan bertanya pada ayahnya, ayahnya tidak tau apa-apa tentang kepergian Manuella. Justru ayahnya malah menangis merasa bersalah sebab telah menduakan ibunya. Sampai di situ, Aaron paham bahwa ayahnya tak bisa membantu apapun dalam pencarian itu. "Kerja bagus," ujar fotografer ketika selesai sesi pemotretan terakhir. "Hai, Ron!" sapa Ginny pasangan model Aaron hari ini. "Hai!" balas Aaron tanpa ekspresi. "Mau jalan bareng?" tanya Ginny menggelayut manja pada Aaron. Aaron melepas tangan Ginny darinya dan tersenyum paksa, "Sorry, gue ada jadwal lain, bye!" ujarnya sebelum pergi. Ginny mengapalkan tangan kesal, ia sudah lama naksir Aaron tetapi respon pemuda itu tetap dingin tak tersentuh. "Gak ada jadwal lain tuh," sindir Zakia manajernya. "Gue males jalan sama cewek-cewek modelan dia, ujungnya gak cuma jalan, lo tau kan maksud gue?" tanya Aaron. Zakia mengangguk paham, "Iya sih, terus lo mau langsung pulang?" tanyanya. "Iyalah, yok cepetan!" ucap Aaron sambil melenggang pergi mendahului Zakia. ••• "Eh Bu, itu buku siapa?" tanya Della pada Bu Wiwit pemilik warung pecel lele alias bosnya. Bu Wiwit pun mengeryit, "Gak tau, mungkin Mba-mba yang tadi ke sini sendirin kali," ujarnya. "Oh iya," Della langsung mengambilnya dan bergegas berusaha mencari pemilik buku itu. Namun ia terlambat karena pemiliknya sudah tidak ada di sekitar sana. "Udahlah, kalo itu penting pasti nanti diambil lagi kok," ujar Bu Wiwit. Della menurut saja dan menyisihkan buku itu di tempat aman. Kemudian ia kembali bekerja dengan tekun seperti biasa. Hingga waktunya warung pecel lele tutup, pemilik buku itu belum juga mengambil barangnya. "Kok yang punya belum ambil bukunya yah, Bu?" tanya Della merasa terbebani. "Berarti tuh buku gak penting, atau besok mungkin balik tuh orangnya kalau memang penting. Kamu bawa balik aja tuh buku, besok bawa lagi," putus Bu Wiwit. "Iya deh Bu," ujar Della manut. Aaron baru pulang kerja ketika Pandu menelpon, ia sangat kelelahan karena sepulang sekolah langsung melakukan pemotretan dan berlanjut ke lokasi tempat jumpa fans. "Lo ngapa gak ke sini Ron?" tanya Pandu di telpon. "Hah, kemana?" tanya Aaron yang sudah tepar di atas kasur. "Ke club, lu dimana sekarang? Cepetan ke sini," ucap Pandu. Aaron tak menjawab, ia sudah tidur tanpa mematikan sambungan telepon. "Woy, tidur lo?!" tanya Pandu keras. Namun, Aaron sudah tidur dengan membawa kelelahannya setelah seharian kerja. "Ron, woy!" panggil Pandu lagi. "Sialan nih anak malah molor," umpat Pandu ketika menyadari itu. ••• Di malam hari yang tenang, jam sebelas malam setelah menyelesaikan tugas sekolahnya, Della melihat-lihat buku dengan cover tanpa nama. Cover itu memiliki gambar gedung sekolah dengan nama SMA Barnes. "Tunggu ...SMA Barnes?" tanya Della menatap cover buku itu tanp berkedip saking kagetnya. "SMA Barnes, Berprestas untuk Peradaban Unggul," ucap Della membacanya dengan ekspresi terkejut. "Kok kayak sekolah gue?" tanyanya pada diri sendiri. Karena merasa janggal dengan buku itu ia pun mengabaikan prinsip hidupnya yang tak akan mengambil atau menggunakan barang orang lain tanpa izin. Presetan dengan semua itu, Della merasa buku itu tidak benar. Dari mulai cover tanpa judul, nama sekolah dan moto sekolah yang hanya ada di sekolahnya. "Gak beres nih buku," gumamnya panik sambil membuka halaman pertama buku. "Gila gak ada penerbitnya, editor dan tahun terbitnya. Gak ada daftar isi sama kata pengantar lagi, siapa yang nulis juga gak ada namanya. Wah hororr banget nih buku." Della heboh sendiri, kemudian ia membuka lagi halaman selanjutnya yang menambilkan quote. "Dunia ini memang sesempit itu jika berurusan dengan jodoh, tetapi sangat luas jika berurusan dengan yang tidak berjodoh." Della mengeryit tak mengerti, "Oh buku ini bahas tentang jodoh ..." gumamnya, kemudian membalik halaman selanjutnya. Ia membaca bagian prolog yang mengalir sebagai perkenalan para pemerannya. Brandon Barnes atau sebutan akrabnya Ben, ia seorang pemuda tampan dengan latar belakang sebagai anak pengusaha kaya raya bahkan terkaya di Asia, ia merupakan anak tunggal sekaligus penerus keluarga Barnes. Brandon selalu menjadi sorotan dimana-mana, selain latar belakangnya yang mendorongnya berada di paling atas dari yang lain, dirinya juga memiliki fisik tampan yang ideal, ia juga cerdas dan memiliki otak bisnis yang licik seperti sang ayah. Brandon lahir dan tumbuh di Amerika, tetapi setelah ia lulus SMP, keluarganya menetap di Indonesia. Selain itu Brandon mau tidak mau harus menerima perjodohan dengan anak rekan bisnis sang ayah. Gadis itu bernama Xienna Melody Ananta, biasa dipanggil Melody. Seorang gadis kesayangan keluarga Ananta sekaligus anak bungsu keluarga kaya itu. Melody memiliki paras yang cantik ideal, ceria, baik dan perangainya secerah mentari. Di sekolah ia terkenal dengan gelar Queen of Beauty, sementara Brandon adalah King of Handsome. Brandon dan Melody selain dijodohkan oleh kedua orang tua mereka, keduanya juga dijodohkan oleh semua warga sekolah bahkan para guru ikut menjodohkan keduanya. Sifat mereka memang bertolak belakang, Brandon yang pendiam dan Melody yang cerewet. Karakter mereka digambarkan dengan warna maroon dan baby pink, bertolak belakang tetapi cantik bila dipadukan. Hubungan mereka diawali dengan pertengkaran hebat, pertengkaran yang memperlihatkan peperangan tanpa ujung. Namun, mereka berdua sepertinya lupa dengan sabda Rasulullah saw.: "Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta." (HR Tirmidzi) Pahit dan manis perjalanan cinta mereka mengalir, pemeran ketiga juga mewarnai hubungan keduanya. Aaron Raegan H., menjadi batu sandung dalam penyatuan keduanya. Aaron adalah cinta pertama Melody dan mereka putus ketika kelas dua SMP. Aaron yang terlalu sibuk dan Melody yang butuh perhatian. Ketidak cocokan itu yang akhirnya mengantarkan keduanya pada perpisahan. Ketika bertemu lagi dengan status berbeda, keduanya bimbang karena perasaan cinta itu masih ada. Di lain sisi Melody sudah cukup merasakan rasanya berpacaran dengan Aaron apalagi pekerjaannya jugasebagai seorang artis yang tiap hari muncul di publik dengan berbagai wanita yang berbeda. Melody juga butuh pengakuan sebagai kekasih Aaron. Di tengah kebimbangan tersebut, Melody tanpa sengaja harus banyak terlibat dengan Brandon yang menyebalkan, lewat pertunangan bisnis keluarga mereka. Hingga akhirnya ia jatuh hati dan memilih Brandon dan melupakan cintanya untuk Aaron. Di sisi yang lain, Aaron masih mencintai Melody, membuatnya tak terima jika Brandon bersama Melody. Alhasil ia menjadi musuh dalam selimut Brandon dan berusaha memisahkannya dengan Melody. Faktanya peran ketiga selalu menjadi umpan untuk memuluskan jalan pemeran utama. Di situlah posisi Aaron, ia yang awalnya merencanakan penculikan Melody dan memaksanya untuk terus di sisinya, akhirnya ia harus mengalami kelumpuhan karena dihajar oleh Brandon yang kalap. Pada saat itulah Melody dan Brandon bersatu hingga menikah. Della menutup bukunya setelah menyelesaikan cerita itu, ia menghela nafas. "Klise sih ceritanya, tapi keren alurnya ...jadi begadang deh gue gegara penasaran," komentarnya puas. Setelah itu ia tertidur karena ia menyelesaikan buku novel setebal 200 halaman dalam semalam. Keesokan harinya Della membawa buku novel tanpa judul itu ke sekolah karena sehabis sekolah ia akan langsung ke warung pecel lele Bu Wiwit. Dengan harapan si pemilik novel itu mengambil barang miliknya, ia juga akan minta maaf karena sudah membaca buku yang bukan miliknya. Tiba-tiba ada yang mengangkat tas ranselnya dari belakang sambil berkomentar. "Gila tas lu udah kayak karung beras aja, berat banget. Pantesan lu kagak tinggi-tinggi, bawaan lu aja berat-berat," ujar Maya si gadis tengil itu. Della mendengus, "Apa hubungannya? Gue nonton di YouTube katanya pernyataan lu tadi itu mitos," kilahnya tak terima. "Gue belum nonton di YouTube bay the way, jadi gue kagak tau kalau itu mitos. Tapi logikanya masuk kan, kalo bawaan berat bisa menekan pertumbuhan?" tanya Maya. "Iya sih, bodo ah gelap!" jawab Della ketus. "Ya udah sih Cin, jangan ngambek. Nanti gue kasih tiket nonton drama barunya Kak Aaron deh. Dia gak pernah main drama loh, baru kali ini dia mau main drama," ujar Maya merayu dengan senyum anehnya. "Kak Aaron itu siapa?" tanya Della polos. Maya mendelik karena kepolosan Della, "Lu polos atau kudet, atau gaptek?" tanyanya shock. "Harus gitu gue tau si Aaron-aaron itu?" tanya Della lagi. "Bukannya harus Sayang, tapi lo bayangin deh Kak Aaron itu anggota gengnya Kak Brandon, udah gitu dia itu aktor dan model terkenal. Kalo lo sebagai warga SMA Barnes gak tau, lo kebangetan kudetnya ..." cerocos Maya heboh. "Ya maap, kan gue emang gak perhatian ama sekitar. Tapi tunggu ..." ujar Della menghentikan langkahnya membuat Maya bingung. "Tadi lo bilang Kak Brandon sama Kak Aaron?" tanyanya lagi. "Iya mereka adalah most wanted boy di sekolah ini, apalagi Kak Brandon juga anak pemilik SMA Barnes ini," jawab Maya berbinar. "Hah?" Della terbengong menyusun ingatannya pada novel yang ia baca semalam dengan nama yang disebutkan Maya. Maya tiba-tiba memegang kedua pundak Della dari belakang dan mengarahkannya pada arah koridor sebelah kanan. Di sana terdapat empat siswa keren yang beralan beriringan dari arah parkiran. "Liat deh, gue kenalin ke elu yah ..." ujar Maya dengan suara senang. Della mendengarkan dengan seksama, ia menatapi wajah keempatnya dengan serius. "Yang paling depan itu yang bule, ada Kak Brandon Barnes. Dia pemilik sekolah ini, sekaligus cowok terpopuler di sekolah. Selain itu dia ketua geng motor bernama Gold Barnes, catet ya Say!" Della mengangguk patuh, ia masih serius mendengarkan sambil menatap orang yang dimaksud Maya. "Di sebelahnya ada Kak Pandu Budi Santoso, dia pinter banget selalu juara pararel tiap semester, dia juga dijuluki Albert Enstein lokal. Kabarnya waktu SMP ia menduduki peringkat pertama UNBK Nasional. Makanya dia diistimewakan oleh guru dan selalu ikut Olimpiade Matematika dan Fisika. Idaman banget pokoknya," ujar Maya semangat. "Di belakangnya yang bule lagi, ada Kak Aaron Reagan H., gue belum tau ‘H’ itu apaan soalnya kata Kakak Kelas juga para guru gak pernah nyebutin kepanjangannya, yang jelas dia punya darah Spanyol makanya dia dijuluki kembarannya Daniel Garcia. Model asal Barcelona yang hot itu. Nah dia itu juga jadi model dan actor film layar lebar, ini kali pertamanya dia main drama tujuh episode makanya tiketnya terbatas banget. Alhamdulillah gue kemarin mohon-mohon ama Bokap buat beliin tiga tiket. Satu buat gue, yang lainnya buat elo sama Linda juga. Seneng deh pokoknya," ujar Maya semangatnya meningkat. Della mengangguk-angguk mengerti, ia masih fokus mengolah informasi itu ke dalam otaknya. "Nah yang terakhir itu Kak Revan Aditama, kelebihannya dia ganteng. Sebenernya di gengnya Kak Brandon gak ada yang gak ganteng, tapi gue gak suka sifatnya Kak Revan yang playboy gila," ucap Maya tak berminat. "Waw!" respon Della setelah mendengar informasi itu. "Iya mereka tuh 'waw' banget, kan. Makanya gue heran banget pas lo gak tau sama sekali tentang mereka," jelas Maya. "Iya deh, gue sekarang tau," balas Della. Namun, bukan 'waw'nya mereka yang membuat Della langsung memikirkan mereka berempat, tetapi nama-nama itu sama persis dengan novel yang ia baca. "Brandon, Aaron dan Melody ..." gumam Della membuat Maya terkejut. "Lo tau Kak Melody?" tanya Maya. Della menoleh ke arah Maya dan menatapnya serius, "Jadi ada Kak Melody juga?" tanya Della. "Dia pacarnya Kak Brandon, yah ....walaupun gue patah hati tapi mereka cocok sih, cantik dan ganteng. Sama-sama anak holkay se-Asia," ucap Maya tabah. Della merasa kesadarannya dihantam batu besar, ia shock berat mengetahui fakta tersebut. "Kok ..." Brandon, Aaron dan Melody. "Kok, ceritanya hampir sama dengan novel yang gue baca?" Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD