Setiap sore setelah pulang sekolah dan menyelesaikan mengantar telur-telur kepada para pemesan, aku melatih sepak bola kelas lima dan enam untuk persiapan pertandingan sepak bola, tinggal dua-tiga minggu lagi. Pak Danu selalu menyertai latihan kami, penuh semangat menyoraki ketika gol dilesakkan, berteriak kala siswa menggiring bola dan tak terebut. Kawan, kulihat semangat dan harapannya kembali, dia telah menjelma menjadi pemuda belasan tahun yang penuh semangat. Ada 20 siswa. Untuk memilih pemain sayap kiri dan sayap kanan, aku mengadu kecepatan mereka berlari dari satu gawang ke gawang lain, lari sprint. Tidak tanggung-tanggung, kuulangi sebanyak 25 kali, dan beberapa siswa berguguran tak bisa meneruskan karena lari itu bukan satu kali lalu istirahat, tapi terus-menerus. Seorang penggi