Bridesmaid - 12

1881 Words
Nasya membawa Clara duduk di sebelahnya. Sementara Leon duduk tepat berhadapan dengan wanita yang telah melahirkannya itu. Bara Ariswara, ayah dari Leon sekaligus pemilik perusahaan Ariswara Grup duduk di antara putra sematawayang dan istri tercintanya. "Oh, jadi ini yang namanya Clara?" sapa Bara layaknya tuan rumah pada umumnya. "I- iya, Om," jawab Clara kaku. "Kok Om sih? Papa dong! Papa Bara ini kan akan jadi papa kamu juga, sayang," ujar Nasya membenahi. "Eh?" Clara sedikit tersentak. Wanita paruh baya di sampingnya itu selalu bisa membuat kejutan seperti ini. Clara melirik ke arah Leon, yang malah asyik menyeruput minimannya. Apakah laki-laki itu tidak peduli dengan kesusahan yang ia alami ini? "Iya. Pokoknya milik Leon, milik kamu juga," ucap Nasya menerangkan. Clara hanya bisa tersenyum tipis. Plisss... bagaimana caranya ia bisa lolos dari alur yang seperti ini? Ah... sepertinya Clara mendapat sebuah ide! "Oke deh, Ma. Halo, Pa. Nama saya Clara," ujar Clara dengan senyum lebar. Bara sedikit tersentak saat gadis muda itu mau-maunya saja dengan mudah mengikuti ucapan Nasya untuk memanggilnya 'Papa'. "Jangan terlalu dipaksakan! Senyamannya saja mau panggil saya bagaimana," ujar Bara. "Eh, nggak apa-apa kok, Pa. Clara sih nggak keberatan. Atau Papa aja yang keberatan Clara panggil seperti itu? Kalau begitu-" "Eh, tidak tidak! Kamu sudah benar, kok. Memang harusnya begitu. Anggap kami ini orang tua kamu. Oke?" potong Nasya. Clara kembali tersenyum, "oke, Ma," jawabnya. Melihat tingkah aneh Clara, membuat Leon cukup terkejut. Ia yakin, di otak kecilnya itu, Clara memiliki sebuah rencana yang cukup licik, yang akan bersifat merugikan untuk Leon. "Eh, aduh maaf!" seru Clara saat menyenggol gelas hingga air itu tumpah mengarah ke Nasya. Untung saja Nasya yang cekatan sudah lebih dulu menyingkir. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Bara pada istri tercintanya. "It's oke. Ini bukan masalah. Aku akan panggil Bibi untuk membantu membereskannya," ujar Nasya kemudian segera beranjak meninggalkan meja makan. Leon melirik ke arah Clara. Dan segera dibalas dengan senyum tak berdosa milik gadis itu. Sepertinya Leon mulai paham, dengan alur seperti apa yang akan Clara buat. Leon menghela napas panjang. Ia harus mulai memikirkan cara agar rencana licik Clara itu gagal. "Maaf ya, mungkin kamu gugup karena waktu makan malam bersama ini yang terlalu mendadak," ungkap Leon, saat Nasya sudah kembali duduk di samping Clara. Clara menyerit risih. Ia mulai menangkap sinyal-sinyal persaingan di sini. "Loh, nggak apa-apa. Aku cuma kaget aja, disambut sama makanan sebanyak dan semewah ini. Maklumlah, di rumahku kan nggak pernah ada makanan-makanan mahal seperti ini. Maaf ya, Om- eh maksudnya Pa, Ma." Maksud dan tujuan utama Clara saat ini adalah, membuat keluarga Ariswara itu ilfeel padanya. Tak masalah kalau mereka mau membahas soal perbedaan kasta antara dua keluarga. Itu justru bagus. Dengan begitu Bara dan Nasya tak akan lagi mengizinkan Leon mendekati Clara. 'Leon memang menggoda. Tapi masa laluku saat bersamanya seakan jadi trauma. Jadi lebih baik memang kami tidak pernah kembali,' monolog Nasya dalam hati. Ia sudah siap dengan segala risiko yang akan ia tanggung nantinya. Yang terpenting sekarang adalah, ia harus menjaga jarak dari laki-laki itu, termasuk keluarganya. "Oh, maaf. Mama kira kamu akan senang dengan semua ini. Mama hanya ingin menyambutmu dengan spesial," sambung Nasya. "Iya, Clara ngerti kok, Ma," balas Clara. "Maaf, jadi kamu berasal dari keluarga biasa?" tanya Bara. Oh... inilah pertanyaan yang sedari tadi Clara tunggu! Inilah saatnya! "Iya, Pa. Yah... cukup jauh lah dengan keadaan keluarga ini," ucap Clara begitu jujur dan hati tenang. Leon meletakkan sendoknya. Ia memperhatikan gadisnya dengan saksama. Dalam hati, ia berharap-harap cemas orang tuanya tidak akan bereaksi sesuai kemauan gadis itu. "Jadi, saya itu mantannya Leon. Dulu saya yang mutusin karena dia punya banyak cewek. Ya, bisa dibilang saya hanya salah satu dari mainannya. Lalu-" "Ahhh! Ma!" seru Leon kesakitan sembari menatap kesal ke arah ibunya. Clara melirik satu per satu dari mereka. Tampak Nasya menatap tajam ke arah putranya. Jangan-jangan rencananya mulai berhasil. Nasya mulai ilfeel padanya. Membayangkannya saja, sudah membuat Clara tak dapat menyembunyikan senyum tipisnya. "Lalu apa, Clara?" sambung Bara. "Lalu kami bertemu beberapa hari yang lalu. Dan jujur, saya cukup terkejut sih melihat Leon yang sekarang. Dia sudah mapan, bahkan lebih dari itu. Makanya saya mau-mau saja saat dia mulai mendekati saya kembali, Pa," terang Clara sembari tersenyum tanpa dosa. Oh ayolah. Bukankah Clara sudah terdengar sangat menjijikan sekarang? "Ah ya! Dan soal malam ini! Leon bilang Mama akan mengikhlaskan gaun yang Clara rusakkan dan tak akan minta ganti rugi kalau Clara mau dat-" "Clara!" Habis sudah kesabaran Leon. Apa yang Clara lakukan sungguh keterlaluan. Leon bangkit dan berjalan cepat ke arah gadis itu. Ia menarik tangan Clara untuk berdiri. Wajah pria itu sangat mengerikan. Clara sampai bergedik dibuatnya. "Nggak mau!" tolak Clara. "Leon, kamu apa-apaan sih?" tegur Nasya. "Kita perlu bicara. Nggak di sini!" tegas Leon, dan menarik tangan Clara lebih kuat agar gadis itu ikut dengannya, menyingkir dari ruangan ini. Leon menarik Clara kembali ke teras. Ia menghempaskan lengan Clara yang sedari tadi ia tarik, lalu menatap tajam gadis itu. "Apa maksud kamu?" tanya Leon lirih, tapi penuh penekanan. "Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku-" "Kamu tidak pernah semenjijikan itu, Clara. Kamu sengaja, kan?" potong Leon. Clara menelan salivanya kasar. Ia belum pernah melihat Leon semarah ini. Bahkan ia tak pernah berpikir jika Leon bisa semarah ini padanya. Tampaknya selama ini ia terlalu meremehkan laki-laki itu. "Aku.. ak.. aku hanya tidak ingin keluargamu semakin salah paham dengan hubungan kita," lirih Clara. Leon mengacak rambutnya frustrasi. "Apa hati kamu nggak sakit saat kamu menjelek-jelekan dirimu sendiri di depan oramg lain?" Clara terdiam. Ia bahkan tak pernah memikirkan dirinya sendiri hingga sejauh itu. "Aku-" "Kalau kamu pikir dengan membuat keluargaku ilfeel padamu, lalu aku akan menjauh, kamu salah, Clara. Kali ini aku benar-benar tidak akan melepaskanmu. Bahkan jika kedua orang tuaku menentang hubungan kita," tegas Leon. Clara kembali menelan salivanya kasar. Tatapan Leon padanya kali ini benar-benar mengerikan. Membuat mulutnya tak mampu berucap sepatah katapun. Ternyata Clara memang tidak bisa meremehkan Leon. Ia salah menilai Leon selama ini. Karena nyatanya, malam ini Leon berhasil mengintimidasinya. Membuatnya tak sanggup bersuara. "Dengar, Clara. Kamu adalah milikku. Dan selamanya akan terus begitu," pungkas Leon. Clara menunduk. Berusaha menghindari tatapan tajam Leon padanya. "Aku mau pulang," lirih Clara. "Tidak! Sekarang ayo hadapi masalah yang sudah terlanjur kamu buat!" Leon menyeret Clara kembali masuk ke ruang makan. Sementara Clara yang wajahnya sudah memerah menahan malu pun hanya bisa menurut. Malu? Ya. Entah mengapa sentilan Leon tadi berhasil menyadarkannya. Ya. Tak seharusnya ia merendahkan dirinya sendiri seperti itu. Entah bagaimana pun keadaannya. Leon sedikit menekan bahu Clara agar ia duduk, lalu Leon menyusul duduk tepat di sebelahnya. Nasya dan Bara menatap keduanya penuh selidik. Nasya juga tak banyak menuntut saat Leon membawa Clara duduk di sampingnya. "Maaf atas ketidak nyamanannya," ujar Leon. "Kalian bertengkar?" selidik Nasya. "Hmm.. tid-" "Hanya masalah kecil. Mama dan Papa tidak keberatan kan, kalau kami tetap makan malam di sini?" Leon memotong ucapan Clara. Membuat gadis itu sedikit menunduk. "Tentu saja tidak. Mama malah tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kamu bisa meredam emosimu, Leon. Bisa berbahaya menyetir dalam keadaan seperti itu. Bukankah begitu, Clara?" Clara sedikit tersentak saat Nasya kembali membawa namanya. "Hah? I- iya," jawab Clara gugup. Ia bahkan tidak tahu lagi, bagaimana cara ia menyebut Nasya saat ini. "Ya sudah. Lebih baik sekarang kita makan dulu! Kita lanjut obrolannya setelah makan malam," ujar Bara yang sedari tadi tidak terlalu banyak bicara. Semua yang duduk mengelilingi meja makan setuju dengan kepala keluarga Ariswara itu. Keempatnya pun segera menikmati hidangannya masing-masing. Dua puluh menit berlalu. Beberapa pelayan baru saja menyingkirkan sisa makanan tuannya. Sementara empat orang yang baru usai menyantap hidangannya itu masih setia pada posisinya. "Jadi, ada yang mau kamu katakan, Leon?" tanya Bara setelah keadaan hening cukup lama melanda. "Aku hanya ingin menegaskan. Seperti apapun keadaannya, aku tetap bersama dengan Clara. Aku tidak akan melepaskannya hanya karena latar belakang keluarganya," ujar Leon, yang membuat Clara mengangkat wajahnya, dan memberanikan diri menatap pria di sampingnya itu. 'Kenapa?' batin Clara menjerit-jerit. Ia tidak tahu kenapa Leon sampai harus bicara demikian di depan orang tuanya. Clara bahkan tidak pernah mengerti, kenapa laki-laki itu terus mengejarnya sejak pertemuan pertama mereka di Bali? Cinta? Bukankah itu sebuah kemustahilan? Tidak mungkin Leon langsung mencintainya di hari pertama mereka bertemu di Bali. Apalagi jika memang rasa itu sudah ada sejak dulu. Sementara masa lalu mereka saja seperti itu. Leon hanya menjadikan Clara sebagai mainannya. Kemudian menghilang begitu saja saat hubungan keduanya sudah berakhir. "Meskipun dia bukan berasal dari keluarga terpandang, dan mungkin saja banyak orang akan menjadikannya sebagai kelemahanmu?" tanya Bara lagi. Biar bagaimana pun, Bara ingin putranya selalu ingat dengan posisinya saat ini, terlebih masa depan. "Ingat, Leon! Kamu adalah pewaris perusahaan kita. Di luar sana, ada banyak orang yang ingin menjatuhkanmu. Dan memiliki pasangan yang bukan berasal dari kalangan kita akan mereka anggap sebagai kecacatan yang akan membuat mereka semakin mudah menjatuhkanmu," imbuh Bara dengan nada tegas. Clara cukup tercengang mendengar ucapan Bara. Ia pikir, menjadi orang kaya, terlebih perusahaan besar merupakan sebuah berkah luar biasa yang membahagiakan. Ia pikir kekuasaan adalah segalanya. Tapi, ternyata ia salah. Ia pikir, alasan kenapa orang kaya harus menikah dengan golongannya karena gengsi semata. Tapi, ternyata di balik itu semua, mereka hanya ingin mempertahankan hidupnya. Jika sudah demikian, tidak mungkin kan, Leon akan kekeh mempertahankannya? Di pundaknya sudah terdapat beban yang teramat berat. Dan jika ia tetap mempertahankan Clara, itu sama saja ia hanya sedang menambah beban yang ia emban selama ini. "Aku tahu, Pa. Aku selalu mengingat semua itu. Tapi keputusanku tetap sama. Aku akan memperjuangkan Clara hingga akhir. Aku tidak akan menyerah dengan keadaan. Seberat apapun itu nantinya," tegas Leon. "Apa? Kenapa?" kaget Clara. Ia bahkan tak sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Dua kata pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Dan bukankah wajar jika ia terkejut? Bara baru saja menjabarkan kesulitan macam apa yang akan Leon hadapi jika ia tetap mempertahankan Clara. Dan dengan entengnya Leon berkata ia akan tetap mempertahankan gadis itu? Bahkan Clara tidak pernah merasa ia se-spesial itu untuk dipertahankan di tengah kesulitan macam yang Bara jelaskan. "Apa? Jadi kamu masih belum mengerti alasannya? Kamu tidak bisa membacanya?" Bukannya menjawab pertanyaan Clara, Leon malah balik melempar pertanyaan pada gadis itu. Clara menelan salivanya kasar. Leon kembali menatapnya se-serius itu. Membuat degup jantungnya semakin tak beraturan. "Jadi, kamu benar-benar mencintainya, Leon?" tanya Bara. 'Cinta? Tidak mungkin!' seru Clara dalam hati. Tidak! Leon tidak mungkin benar-benar mencintainya kan? Tidak! Hal itu tidak boleh terjadi! Leon masih menyorot tajam manik mata Clara. Tatapan mereka seakan saling mengunci satu sama lain. "Ya. Aku mencintainya. Aku benar-benar mencintainya dan akan mempertahankannya sampai akhir. Seberat apapun jalan yang akan aku lalui nantinya." DUARRRRRR!!! *** Bersambung ... Nahloh... serius apa buat formalitas di depan orang tuanya aja tuh? Kalo serius, kira-kira bakal dapat restu nggak? Sudah aku katakan dari awal, Leon tidak sekalem itu :') Jangan lupa masukkan ke pustaka! Ramaikan juga kolom komentarnya agar aku lebih semangat ngetiknya. Terima kasih sudah mampir <3 Oh iyaaaaa... info give away aku share Senin, ya. InsyaAllah. Semoga enggak lupa. Pokoknya give away akan dimulai Senin depan sampai akhir bulan, pengumumannya tanggal 1 Oktober. Ingat, hanya mini give away. Hadiahnya cuma buat seru-seruan. Jadi jangan berharap terlalu banyak :')
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD