• DUA PULUH DUA •

1024 Words
  Seattle Downtown Center, Seattle. Noel dan Smith terpaku pada seorang pria bertubuh tinggi di hadapannya. Ia menggunakan kemeja putih dan jas single breasted berwarna abu-abu muda. Lengannya yang berotot tampak tercetak jelas karena ukuran pakaiannya yang terlalu pas. Namun justru itulah yang membuat pria di hadapan mereka tampak memesona dan seksi. Pria itu adalah Jeff, sahabat Alexandra yang belakangan memang sibuk bolak-balik ke rumah agensi Sisillia karena harus mengurus beberapa kerja sama bisnis. Mata hazelnut nya yang seperti elang kini menatap intens ke arah Noel yang berdiri tepat di depannya, seolah mereka sudah saling mengenal satu sama lain sebelumnya. "Apakah ada yang bisa kubantu untuk kalian?" "Kami sedang mencari Stella," jawab Smith dengan sopan. Ia juga menunjukkan kartu identitasnya sebagai polisi kepada Jeff dengan senyumnya yang ramah di bibirnya. "Bisakah kau membantu kami untuk bisa menemuinya sekarang?" "Apa kalian...," Jeff menggantung ucapannya di udara dan berkerut kening. Menatap Smith lalu ke Noel bergantian dengan penuh selidik. "Detektif yang sedang menyelidiki kasus kecelakaan Louis?" Smith terkesiap sesaat sebelum akhirnya keduanya mengangguk mengiyakan di depan Jeff. Sementara Noel hanya diam dengan raut datar di wajahnya. "Ya, kira-kira begitu," jawab Smith canggung. Pria bertubuh atletis itu lalu tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya pada Smith. "Halo, aku Jeff." "Smith." Jeff menyodorkan tangannya pada Noel, hendak berjabatan tangan seperti yang ia dan Smith lakukan barusan. Namun sepertinya, Noel sama sekali tidak tertarik. Ia pun menurunkan senyum di kedua sudut bibirnya yang penuh dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya daripada harus berlama-lama menahan malu karena sikap tak sopan yang diberikan oleh pria di hadapannya. Kemudian Jeff beralih pada Smith yang sedikit lebih ramah kepadanya, jika dibandingkan dengan Noel. "Kalian pasti Detektif Noel dan Detektif Smith, bukan? Aku sudah mendengar banyak tentang kalian dari Alexandra. Dia sangat--" "Bisakah aku menemui Stella sekarang?" potong Noel dengan tegas. Membuat Jeff merasa tersinggung, lagi. "Ada sesuatu yang harus kami bicarakan dengannya." Noel lagi-lagi bersikap skeptis pada pandangan heran yang ditujukan Jeff untuknya saat itu. Sementara Smith hanya bisa tersenyum canggung pada Jeff karena sikap rekannya yang terkesan tidak sopan dan kasar tersebut. "Jika aku tidak salah, Stella sedang mengambil gambar terakhirnya di ruang pemotretan," kata Jeff memberi tahu. "Jeff?" Tidak disangka, wanita bernama Stella itu justru muncul dari arah lain dan langsung menghampiri ketiga pria yang nyaris memiliki ukuran tinggi badan yang sama itu. "Aku mendengar namaku disebut-sebut di sini. Ada apa? Tidak ada masalah, 'kan?" Dwi maniknya yang hitam lalu melihat Noel dan Smith bergantian. "Tampaknya ... polisi sedang mencariku. Apa ada masalah?" Noel dan Smith saling bertukar pandang sebelum akhirnya salah satu dari mereka mengangguk mengiyakan. Selanjutnya Stella mempersilakan Noel dan Smith untuk masuk ke dalam ruangan yang biasa dijadikan sebagai tempat bersantai setelah pemotretan para model di dalam gedung itu. Mereka duduk pada sofa panjang berwarna putih yang saling bersebrangan sekarang. Beberapa foto model yang bernaung di bawah agensi Nyonya Lee tampak terpajang rapih di dinding. Alexandra dan Stella termasuk di dalamnya. Mereka berfoto bersama dengan pakaian dan sepatu putih, sementara bunga matahari dipilih menjadi properti pemotretan mereka saat itu. Stella lalu menyilang kakinya dan memulai, "Jadi, seseorang bersaksi bahwa dia melihatku dan Louis memiliki hubungan khusus dan dia juga mengatakan bahwa kami sering berkencan di club malam?" Ia menjeda sebelum terkekeh geli. "Orang itu pasti Alexandra, bukan? Apa kalian tahu kalau dia baru saja menyerangku kemarin dengan alasan yang sama. Dia tiba-tiba saja datang dan menuduhku berselingkuh. Kurasa dia menjadi gila karena kekasihnya baru saja meninggal. Kupikir itu wajar karena Louis meninggalkannya sehari sebelum hari pernikahan mereka." "Bukan dia. Alexandra justru baru mengetahuinya kemarin," bela Noel dengan nada dingin. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi datar seolah ia tak suka segala sesuatu yang ada di gedung tersebut. Termasuk Jeff bahkan Stella meski wanita itu tampak cantik dan seksi di depannya. "Aku tidak akan berbasa - basi sekarang. Jika kau mau bersikap kooperatif, kami pastikan semuanya akan berjalan dengan mudah dan penyelidikan ini tidak akan mengganggu karirmu sebagai model." Stella terbungkam sementara Smith memandang rekannya takjub. "Apa kau sedang mengancamku, Detektif?" timpal Stella sinis. "Sejujurnya, aku tidak suka dengan nada bicaramu yang begitu dingin dan arogan." Detektif bertubuh proposional itu kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap Stella lurus-lurus. "Apa kau benar-benar memiliki hubungan spesial dengan Louis Harrison, Nona Stella Winchester?" tanyanya, tak menggubris opini Stella. Butuh sekitar satu atau dua menit keheningan sebelum akhirnya satu dehaman pelan terdengar dari wanita berambut pirang itu. "Aku ... aku tidak bersalah," ujarnya pelan. "Louis jatuh cinta padaku saat aku sudah lebih dulu mendambakannya. Kami saling menyukai dan kau tidak bisa menuntutku atas perasaan kami." Smith terkejut dan melirik rekannya yang justru sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Noel hanya duduk, menatap lurus ke Stella dan mendesah pendek. "Malam itu, dia berjanji akan menemuiku," lanjut Stella dengan nada sedih. "Kurasa dia mengalami kecelakaan saat hendak pergi ke rumahku karena lokasinya hanya beberapa meter lagi dari terowongan Metro." "Apa dia menghubungimu sebelum kecelakaan?" tanya Smith. Namun Stella menggeleng. "Kami bertemu beberapa jam sebelumnya dan ia berencana menikahiku dengan membatalkan pernikahannya malam itu," tuturnya sembari terisak. "Perasaanku ... aku tidak tahu bagaimana perasaanku malam itu. Aku menyesal, sedih, putus asa dan merasa marah pada diriku sendiri." Noel membenarkan posisi duduknya sebelum kembali berkomentar, "Kau tahu kalau Alexandra adalah sahabatmu, bukan?" Stella terkesiap, begitu juga dengan Smith. Namun keduanya tetap bungkam dan tidak bisa membalas ucapannya yang terdengar sarkatik. "Louis adalah kekasih sahabatmu. Jadi, bagaimana kau bisa melakukan ini pada mereka berdua?" Bukannya membuat suasana menjadi lebih baik, isak Stella justru pecah setelah Noel mengatakan hal itu dengan lugasnya. Stella jelas menyesal, tapi dia juga tidak sepenuhnya bersalah. "Louis memberiku mobil dan barang-barang mewah, tapi siapa sangka ia juga memberiku seluruh hatinya alih-alih memberikannya pada Alexandra?" Noel mendengkus pendek. "Sayang sekali seorang wanita sepertimu ternyata suka mencuri." "Noel!" Itu Smith, yang tidak tahan lagi dengan sikap Noel yang dirasa keterlaluan. "Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan Alexandra saat tahu bahwa kekasih dan sahabatnya telah melakukan kejahatan besar?" Noel beranjak dari sofa dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kau tahu apa yang lebih mengerikan daripada sebuah pembunuhan, Nona?" tanya Noel. "Saat seseorang yang paling kau percaya, justru menjadi satu-satunya yang paling besar menggoreskan luka." []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD